Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Ameloblastoma dan Kista Dentigerus Terkait Impaksi Gigi (4)

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

(lanjutan) Tumor odontogenik keratosistik juga terkait dengan impaksi gigi, meskipun tumor ini dapat muncul dalam lapisan kista primordial yang tidak ada giginya. Tumor ini dianggap berkembang dari lamina dental yang ditemukan di seluruh rahang, dan dapat terjadi di sepanjang daerah periapikal dan primordial. Tumor odontogenik keratosistik dilapisi oleh lapisan refraktil parakeratin yang berada di atas epitelium skuamosa tipis dan dinding fibrosa tipis.

Lumen kista mengandung substansi dengan konsistensi yang menyerupai keju. Tumor odontogenik keratosistik menunjukkan pertumbuhan yang lebih agresif ketimbang kista odontogenik lainnya. Tumor ini punya tunas dari lapisan basal dan  membentuk anak, karena pertumbuhannya agresif, multiplikasinya agresif, dan cenderung kambuh dengan perawatan yang lebih konservatif.

Pada kasus kami, diagnosis diferensial meliputi tumor odontogenik yang kurang umum (misal, tumor odontogenik keratosistik dan lesi miksoma odontogenik) dan lesi non-odontogenik (misal, karsinoma mukoepidermoid dan kista tulang traumatis). Sumber utama kebingungan diagnostik adalah koeksistensi sejumlah ciri pada hasil pemotretan yang konsisten dengan kista dentigerus (ekspansi unilokular dan inklusif mahkota gigi dalam massa tersebut).

Sumber lainnya adalah sejumlah ciri yang lebih menyarankan bahwa massa itu adalah ameloblastoma (penipisan tulang atau erosi tulang sepenuhnya, peningkatan nodulus, dan perluasan massa ke jaringan lunak di sekitarnya). Untuk memecahkan dilema ini, maka dilakukan diagnosis ameloblastoma dan kista dentigerus secara sinkron.

Ringkasnya, kasus yang kami tangani konsisten dengan hubungan kista dentigerus dan ameloblastoma dengan gigi molar ketiga non-erupsi yang telah dikenal. Diagnosis lesi odontogenik sangat bersandar pada evaluasi histopatologis. Pada kasus yang kami tangani, temuan dari pemotretan penampang bersesuaian dengan ciri-ciri patologis kasar dan membantu untuk makin mempersempit diagnosis awal, bila dibandingkan dengan apa yang mungkin dilakukan dengan evaluasi radiografis konvensional.

Pada pemeriksaan tindak lanjut, pasien didapati menderita komplikasi seperti misal pembekuan saluran vena keluar pada flap yang dirawat dengan reanastomosis dan penggantian flap kulit, dan pembentukan saluran sinus mandibula kambuhan yang dirawat dengan prosedur bedah majemuk, termasuk pelepasan perangkat keras.

Sumber: Ceylan et al.


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in