Antisipasi faktor eksogen kegagalan implant awal
Faktor eksogen penyebab kegagalan implant awal ada 2, yaitu: faktor yang berkaitan dengan operator dan faktor yang berkaitan dengan biomaterial.
1. Faktor kegagalan implant terkait operator
Sejumlah penelitian implan gigi oleh Listgarten (1997), Morris, Manz, dan Tarolli (1997), Lambert, Morris, dan Ochi (1997), Preiskel dan Tsolka (1995), dan Truhlar, Morris, Ochi, dan Winkler (1994) menyarankan bahwa tingkat kegagalan implant yang lebih tinggi berkaitan dengan pengalaman operator implan.
Dokter dengan pengalaman kurang dari 50 implant punya tingkat kegagalan implan 2 kali lebih tinggi dibandingkan dokter dengan pengalaman lebih dari 50 implan. Demikian saran dari Lambert, Morris, dan Ochi (1997) berdasarkan penelitian yang telah mereka lakukan.
Truhlar, Morris, Ochi, dan Winkler (1994) mengamati bahwa kekurangan pengalaman dokter berperan dalam kegagalan implant purwa yang terjadi pada tipe tulang 1. Esposito et al. (1998) berargumen bahwa operator yang berpengalaman bisa langsung menghindari kegagalan implant dengan memilih secara akurat pasien dan lokasi pemasangan implan. Selain itu, penguasaan teknik yang memadai berguna untuk meminimalkan trauma bedah dan kontaminasi bakteri. Dua prakara ini sangat berguna untuk menghindari kegagalan implan.
Antisipasi
Antisipasi faktor pertama ini adalah memilih dokter dengan pengalaman pemasangan implan gigi lebih dari 50-55 implan.
2. Faktor kegagalan implant terkait biomaterial
Benda-benda dari luar tubuh yang ditanamkan ke dalam tubuh manusia selalu memicu respon inflamasi dan menyebabkan implant ditolak oleh tubuh. Berbagai bahan telah diujicoba dan pada umumnya punya tingkat kegagalan yang tinggi. Pada tahun 1965, Branemark menemukan tubuh tidak menolak implant titanium. Sejak kala itu, titanium menjadi bahan utama untuk implant dengan tingkat kesuksesan yang tinggi dan tingkat kegagalan yang rendah.
Titanium bukan logam mulia. Sifat tahan karat dan degradasi yang rendah pada logam ini berasal dari lapisan titanium dioksida yang melapisi permukaannya. Kontaminan yang dilepaskan oleh permukaan implant dihipotesiskan berkaitan dengan respon inflamasi yang bisa berkaitan dengan kegagalan implant awal.
Antisipasi
Pilih implant dengan segel masih tertutup rapat dan sekurang-kurangnya telah lulus uji FDA Eropa atau AS, memenuhi standar internasional (ISO). Implan dengan titanium dioksida mencegah terjadinya korosi pada implant gigi.
Ingin info lebih banyak, silakan telepon saja nomer ini.
- doctor✚dentist
- Klinik Gigi & Implan Gigi Jakarta
- Layanan umum: (+62)21 2253 9385 (Pos Pengumben)Layanan umum: +622153654792 (Palmerah)
- Jl. Pos Pengumben No. 40c Jakarta Barat, Jakarta 11560 Indonesia
Jl. Palmerah Barat No. 108 Jakarta Barat, Jakarta 11480 Indonesia
Referensi
Listgarten MA. Clinical trials of endosseous implants: issues in analysis and interpretation. Ann Periodontol 1997; 2: 299-313.
Morris HF, Manz MC, Tarolli JH. Success of multiple endosseous dental implant designs to second-stage surgery across study sites. J Oral Maxillofac Surg 1997; 55: 76-82.
Lambert PM, Morris HF, Ochi S. Positive effect of surgical experience with implants on second-stage implant survival. J Oral Maxillofac Surg 1997; 55: 12-8.
Preiskel HW, Tsolka P. Treatment outcomes in implant therapy: the influence of surgical and prosthodontic experience. Int J Prosthodont 1995; 8: 273-9.
Truhlar RS, Morris HF, Ochi S, Winkler S. Second-stage failures related to bone quality in patients receiving endosseous dental implants: DICRG Interim Report No. 7. Dental Implant Clinical Research Group. Implant Dent 1994; 3: 252-5.
Esposito M, Hirsch JM, Lekholm U, Thomsen P. Biological factors contributing to failures of osseointegrated oral implants. (II). Etiopathogenesis. Eur J Oral Sci 1998b; 106: 721-64