Fluorosis gigi
Fluorosis gigi adalah kondisi kosmetik yang memengaruhi gigi. Fluorosis dihasilkan dari paparan fluorida secara berlebihan pada gigi dalam delapan tahun pertama kehidupan seseorang. Gigi permanen belum tumbuh pada umur ini. Walaupun begitu, tingginya kadar fluor dalam tubuh seseorang memengaruhi pembentukan gigi permanen pada rentang usia ini.
Gigi yang terkena fluorosis terlihat mengalami perubahan warna dibandingkan gigi yang normal. Dalam kasus ringan, warna gigi berubah jadi putih renda. Dalam kasus yang parah, gigi bisa berwarna kuning hingga cokelat gelap dan permukaan gigi jadi tidak rata (bergelombang). Walaupun tampilannya jadi kurang menarik, tapi gigi yang terkena fluorosis lebih sulit berlubang atau membusuk dibandingkan dengan gigi normal.
Fenomena fluorosis pertama kali menarik perhatian peneliti pada permulaan abad 20 Masehi. Mereka semula heran dengan tingginya prevalensi “Colorado Brown Stain”, yaitu suatu fenomena di mana banyak penduduk yang lahir dan besar di Colorado Springs punya gigi yang berwarna kecoklatan. Penelitian kemudian dilakukan. Hasilnya, warna gigi penduduk Colorado Spring ternyata dikarenakan tingginya kadar fluorida dalam pasokan air lokal.
Penduduk Colorado yang mengkonsumsi air dengan kadar fluorida tinggi punya daya tahan yang sangat tinggi terhadap penyakit gigi berlubang. Hal ini lantas menimbulkan gagasan untuk memasukkan fluorida secara sengaja ke pasokan air minum publik dengan kadar yang dapat meningkatkan daya tahan gigi terhadap serangan bakteri pelubang gigi tapi tanpa menghasilkan fluorosis.
Fluorosis memengaruhi 1 di antara 4 penduduk Amerika yang berumur antara 6 sampai 49 tahun. Prevalensi yang paling tinggi ditemukan di antara umur 12 sampai 15 tahun, berdasarkan penelitian di negara tersebut pada pertengahan dasawarsa 1980an. Umumnya kasus berada pada tingkat yang ringan, 2% pada tingkat sedang, dan kurang dari 1% pada tingkat parah.
Fluorosis gigi tidak termasuk penyakit. Meskipun begitu, warna gigi yang cokelat dapat memengaruhi kejiwaan anak, misalnya, anak jadi merasa kurang percaya diri dengan penampilan giginya. Hal itu dapat memengaruhi psikologisnya. Lebih mudah untuk mencegah fluorosis daripada membuat gigi yang terkena fluorosis jadi normal. Menurunkan kadar fluor pada gigi tidak mudah.