Beberapa macem obat-obatan tertentu dan kecanduan alkohol mengganggu imunologi manusia. Karena itu, pasien yang minum obat-obatan macem ini bisa mengalami gangguan imunologi. Agen-agen kemoterapi kanker bisa menurunkan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi hingga kadar yang rendah, umumnya kurang dari 1000 sel per mili liter (sel/ mL). Apabila prakara ini terjadi, maka pasien tidak akan mampu melindungi dirinya sendiri secara efektif dari serangan bakteri.

Pasien yang menerima terapi imunosupresi juga mengalami gangguan kekebalan tubuh. Contohnya, pasien yang menerima transplantasi organ atau pasien penderita penyakit autoimun. Obat yang umum dipakai dalam kategori ini adalah cyclosporine, corticosteroids, tacrolimus (Prograf), dan azathioprine (Imuran).

Obat-obatan ini menurunkan fungsi limfosit T dan B dan juga menurunkan produksi imunoglobulin. Dampaknya, pasien yang menerima obat-obatan ini jadi lebih cenderung untuk mengalami infeksi yang lebih parah. Efek imunosupresi dari beberapa agen kemoterapi kanker bisa berlangsung sampai satu tahun setelah terapi selesai.

Pada pokoknya, bila dokter mengevaluasi pasien yang keluhan utamanya mungkin infeksi, maka sejarah medis pasien hendaknya perlu ditinjau secara cermat apakah ada diabetes, penyakit ginjal yang parah, alkoholisme yang disertai dengan malnutrisi, leukimia, limfoma, kemoterapi kanker, dan terapi imunosupresi.

Jika ternyata sejarah pasien menunjukkan penyakit-penyakit tersebut di atas, maka pasien penderita infeksi harus dirawat ekstra cermat. Perlu pula untuk mempertimbangkan apakah pasien perlu rujukan ke dokter bedah oral-maksilofasial untuk bedah dini dan agresif guna mengatasi penyebab dan untuk memulai terapi antibiotik parenteral.

Di samping itu, apabila pasien dengan sejarah satu atau lebih penyakit-penyakit tersebut menjalani prosedur bedah oral rutin, maka dokter gigi perlu memberi pasien terapi antibiotik profilaktik untuk menurunkan risiko infeksi luka pascaoperasi.