Gigi ompong di usia muda
author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID
Ompong pada usia muda meliputi rentang bayi, kanak-kanak, remaja, dan dewasa muda. Ompong pada rentang tahapan perkembangan ini terjadi karena aneka faktor sebagai berikut:
- Kebersihan mulut yang kurang baik
Jarang menyikat gigi, menyikat gigi kurang bersih, menyikat gigi dengan cara yang salah, dan tidak membersihkan sela-sela gigi memakai benang gigi bisa membuat sisa-sisa makanan menempel di celah-celah gigi. Sisa-sisa makanan tersebut jadi gudang makanan bagi bakteri yang membusukkan dan melubangi gigi yang mampu mengubahnya jadi asam. Padahal, asam merusak gigi.
Antisipasi : Sikat gigi dengan cara yang benar minimal pagi dan sore, lebih baik lagi ditambah setiap kali habis makan. Bukti menunjukkan, orang yang rajin sikat gigi 2 kali sehari plus setiap kali habis sarapan, makan siang, dan makan malam punya gigi yang relatif awet hingga usia lanjut. - Makanan
Beberapa macem makanan disukai oleh bakteri dan mendukung kecepatan bakteri dalam mulut. Makanan tersebut meliputi gula dan karbohidrat. Kelimpahan makanan membuat bakteri berkembang dengan cepat sehingga kinerja bakteri dalam membusukkan gigi juga jadi lebih cepat. Jenis makanan lain yang dapat merusak gigi secara langsung tanpa bantuan bakteri adalah makanan yang mengandung asam dengan pH di bawah 5.
Antisipasi: Kurangi mengkonsumsi makanan asam dan makanan yang manis. Minuman yang asam sebaiknya diencerkan dengan air putih agar tidak terlalu asam. - Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang bisa mempercepat ompong di usia muda meliputi kerot (bruxism), clenching (mengadu gigi sampai bergemeletukan), dan merokok.
Antisipasi: Hentikan kebiasaan buruk. Gunakan pelindung gigi untuk pasien kerot dan clenching. Berhenti merokok dapat dilakukan dengan mengurangi rokok secara bertahap dari sehari sekali, seminggu sekali, dan seterusnya sampai berhenti sama sekali. - Kurangnya pendidikan
Kurang pendidikan memengaruhi tingkat kesadaran dalam merawat kebersihan dan kesarasan gigi.
Antisipasi: Pasien dididik tentang pentingnya kebersihan dan kesarasan gigi. - Fobia
Fobia dental membuat pasien takut untuk datang ke dokter gigi. Dampaknya, sakit gigi jadi tidak dirawat, lalu lama-kelamaan gigi copot dan jadilah penderita dental jadi ompong.
Antispasi: Perawatan kejiwaan pada pasien penderita fobia \dental. - Depresi
Depresi membuat penderitanya mengabaikan kebersihan badan dan kebersihan mulut. Penderita depresi bisa tidak mandi dan tidak menyikat gigi selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Bukan hanya itu, kondisi lingkungan dimana pasien depresi tinggal juga bisa sangat kotor karena penderita depresi bisa sampai tahap mengabaikan kebersihan sama sekali. Kondisi kotor yang dipicu oleh pengabaian karena depresi membuat gigi jadi lebih mudah rusak dan copot.
Antisipasi: Rawat atau ringankan penderita depresi. Kondisi yang lebih baik akan membuat penderita depresi mulai menata hidupnya, termasuk mulai punya perhatian pada faktor kebersihan sedikit demi sedikit. - Malu
Rasa malu bisa membuat pasien enggan ke dokter gigi. Rasa malu bisa dipicu oleh faktor lingkungan, misalnya, diejek oleh teman-temannya.
Antisipasi: Beri pasien lingkungan yang lebih baik dan beri motivasi untuk bisa mengatasi rasa malunya. - Kondisi keuangan
Kondisi keuangan yang berkekurangan membuat penderita punya kemungkinan yang tinggi untuk mengabaikan giginya. Ompong tidak membuat orang mati sedangkan kelaparan bisa membuat orang mati. Begitulah lebih kurang jalan pikiran kenapa orang mengabaikan kondisi giginya karena ketiadaan uang dan lebih memprioritaskan makan.
Antisipasi: Pasien diarahkan untuk mengikuti BPJS untuk orang miskin. BPJS macem ini gratis. Lalu pasien juga diberitahu agar berobat ke senden yang menyediakan layanan BPJS. - Trauma
Bayi dan anak-anak lebih rentang mengalami ompong karena trauma. Contohnya, terbentur daun pintu, jatuh, dsj. Pada remaja dan dewasa muda, ompong karena trauma bisa terjadi karena berkelahi, bekerja, kecelakaan kendaraan, dan hobi.
Antisipasi: Hati-hati. Pakai pelindung gigi. - Kondisi sistemik
Kondisi-kondisi sistemik, seperti penyakit jantung, penyakit respirasi, infeksi HIV, kurang gizi, dan imunosupresi berkaitan dengan periodontitis yang bisa menghasilkan gigi copot.
Antisipasi: Kontrol penyakit sistemik yang Anda derita. Kontrol ke dokter gigi minimal 3 bulan sekali. Kontrol ke dokter gigi berguna untuk mengenali penyakit periodontitis sedini mungkin. Semakin cepat dikenali, semakin besar kemungkinan untuk mempertahankan gigi. - Perawatan medis
Beberapa macem perawatan medis bisa membuat gigi copot sehingga kondisi ompong bisa terjadi pada usia muda. Contoh perawatan semacam itu meliputi: kemoterapi, terapi radiasi kepala, dan medikasi imunosupresi.
Antisipasi: Antisipasi hanya bisa diberikan dengan mengenali kondisi pasien. Itu berarti konsultasikan dengan dokter yang melakukan perawatan medis dan dokter gigi Anda.