Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Implant gigi expandable & pendek untuk gusi yang sudah susut

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Implant endosseous telah dimapankan selama beberapa dasawarsa. Evaluasi hasil-hasil perawatan implant di bawah aspek-aspek biomekanis, fisiologis, psikologis, sosial, dan ekonomis telah didokumentasikan dengan baik.1 Lebih dari itu, hasil-hasil berbasis pasien mengungkapkan keuntungan kualitas hidup terkait kesarasan mulut dan keuntungan itu mudah diprediksi.2

Proses perawatan implant gigi pada pasien dengan ketinggian tulang vertikal yang terbatas itu lama. Sebelum implant gigi ditanamkan, dokter gigi implant perlu lebih dulu melakukan prosedur augmentasi tulang rahang. Bergantung pada macem kelamin pasien, vaskularisasi dan mineralisasi tulang sampai 25% volume primer diresorpsi karena pemodelan ulang punggungan alveolar yang diaugmentasi.4 Belum lama ini, implant gigi pendek sudah berevolusi jadi opsi perawatan yang menjanjikan dan handal dalam rehabilitasi orofasial mandibula dan maksila atrofi, yaitu sebagai alternatif untuk augmentasi punggungan vertikal.5, 6, 7, 8 Prognosis implant pendek dan kepuasan pasien itu tinggi. 9, 10, 11, 12

Definisi implant pendek dalam literatur tidak seragam. Dalam penelitian ini, kami menggunakan implant pendek dengan panjang 5-8 mm.5, 7, 13 Peneliti lain menetapkan batas bawah 6 mm.8, 9, 11, 14, 15 Menurut makalah yang baru diterbitkan pada European Consensus Conference (EuCC) atau Konferensi Konsensus Eropa (KKE) yang ke 11, implant gigi disebut "pendek" jika panjang intra-tulang-nya berukuran lebih kecil atau sama dengan 8 mm dan dianggap "ultra pendek" jika panjangnya lebih kecil dari 6 mm.16

Penelitian-penelitian biomekanis menunjukkan bahwa tulang kresta menegang ketika menerima beban aksial dan ekstra-aksial.17 Kualitas tulang, desain dan posisi implant gigi, perangkat prostetik, dan karakteristik materi berkontribusi pada karakter distribusi tekanan. Sementara itu, peran panjang implant gigi ada di bagian bawah.17, 18 Meskipun begitu, panjang implant gigi sangat penting dalam kualitas tulang D4,19 dan panjang mahkota ke implant itu sendiri memengaruhi distribusi tekanan di bawah pembebanan ekstra-aksial pada tulang kresta20 dan dalam sekrup abutment.21 Menurut Petrie dan Williams,22 pengaruh peningkatan diameter implant gigi terhadap reduksi tekanan dalam tulang kresta lebih efisien dibandingkan peningkatan panjang implant gigi. Möhlhenrich dan rekan23 mengkonfirmasi temuan bahwa diameter implant punya pengaruh yang lebih besar pada stabilitas implant ketimbang panjang implant. Berdasarkan analisis in vitro, mereka juga menyimpulkan bahwa variasi dimensi implant diharapkan menghasilkan peningkatan signifikan stabilitas implant gigi, terutama pada pasien dengan kualitas tulang yang buruk. Lebih dari itu, distribusi tekanan pada implant pendek dipengaruhi oleh rasio kontrak tulang dengan implant.24 Konsekwensinya, beberapa opsi untuk meningkatkan permukaan implant pendek diuraikan. Opsi-opsi tersebut secara berturutan meningkatkan stabilitas implant: 25, 26, 27

  • jumlah ulir
  • bentuk ulir,
  • kedalaman ulir
  • diameter implant gigi
  • desain implant
  • topografi permukaan

Telah diketahui bahwa pencapaian stabilitas primer adalah satu prakondisi untuk terjadinya oseointegrasi dan keberhasilan perawatan. Ada sedikit laporan tentang pembebanan fungsional implan pendek segera14 dan dini (6 minggu).28  Hal ini berkaitan dengan kualitas tulang yang baik, desain implant gigi, atau persiapan lokasi implan (misalnya under-drill). Namun, under-drill pada aspek kresta dapat menyebabkan penurunan kontak tulang ke implan.29 Hal ini diinginkan guna mengurangi tekanan periimplant pada tulang kresta seraya memberi stabilitas primer yang cukup bagi seluruh kepadatan tulang.

Oleh karena itu lebih disukai optimisasi desain makro dan desain mikro implant gigi pendek  guna memperbaiki tingkat kesuksesan dan stabilitas jangka panjang. Faktanya, pasien lanjut usia dengan komorbiditas umum hendaknya menerima keuntungan dari waktu perawatan implant yang secara keseluruhan lebih pendek.28, 30 Seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya, kualitas hidup yang terkait implant terganggu selama periode penyembuhan setelah operasi insersi implant gigi,31 terutama ketika perlu prosedur augmentasi. Untuk beberapa alasan, waktu perawatan secara keseluruhan hendaknya dipersingkat pada pasien dengan punggungan alveolar atrofi.

Tujuan peneliti ini adalah untuk menganalisis secara klinis kelayakan dan keamanan sistem implant gigi pendek yang baru dengan desain kompresif expandable pada daerah apikal. Kami berhipotesis bahwa desain makro implant gigi expandable yang inovatif memberi tingkat kesukssan implant gigi yang handal dan memastikan stabilitas implant in vivo yang tinggi.

Materi dan Metode

Populasi penelitian dan pengukuran

Penelitian ini didesain sebagai penelitian kohort longitudinal monosentrik prospektif menurut kriteria STROBE. Partisipan penelitian ini direkrut di senden universitas milik Universitas Martin Luther, Halle Wittenberg, Fakultas Bedah Oral dan Bedah Plastik Maksilofasial, konsultasi implantologi dari 2014 (Juni) sampai 2015 (Juni). Kriteria inklusi dan eksklusi pasien dewasa yang berminat dengan perawatan implantologi diringkas dalam Tabel 1. Surat Persetujuan Perawatan Implantologi diperoleh dari semua partisipan individu yang dimasukkan dalam penelitian.

The study was designed as a prospective monocentric longitudinal cohort study according to the STROBE criteria. The participants of this study were recruited at the university hospital of Martin Luther University Halle-Wittenberg, Department of Oral and Plastic Maxillofacial Surgery, implantological consultation from 2014 (June) until 2015 (June). Inclusion and exclusion criteria of adult patients interested in implantological treatment are summarised in Table 1. Written informed consent was obtained from all individual participants included in this study.

Tabel 1. Rekrutmen pasien

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi
1. Pasien dewasa, laki-laki dan perempuan 1. Komorbiditas ASA kategori ≥ III
2. Pasien ompong total/ sebagian 2. Kehamilan, bruxisme (kerot)
3. Atrofi proses alveolar Cawood et Howell kategori ≥ IV 3. Merokok ≥ 10 batang sigaret / hari
4. Ketinggian tulang vertikal minimum 7–9 mm untuk penempatan implant pendek (panjang 5–7-mm)

4. Radioterapi ≥ 50 Gy72 atau terapi bisfosfonat intravena73 dengan risiko signifikan mengembangkan osteo(radio)nekrosis pada rahang.

5. Pasien tanpa keinginan untuk menerima augmentasi tulang vertikal

5. Komorbiditas psikiatri yang bisa memengaruhi alur perawatan

 

6. Diabetes mellitus yang tidak terawata atau yang terkontrol dengan buruk

 

7. Rahang yang sangat atrofi, yang memerlukan augmentasi vertikal

 

Sebagai "bukti konsep", penelitian pendahuluan dirancang untuk meneliti penanganan intraoperatif dan untuk mengevaluasi kenyamanan dan keamanan sistem implant pendek yang baru muncul ini. Karena itu, kalkulasi ukuran sampel tidak dilakukan. Variabel hasil primer adalah tingkat sukses implant yang dikalkulasi dengan mempertimbangkan kriteria sukses yang telah dikenal (implant berfungsi, tidak ada tanda-tanda infeksi atau nyeri, tidak ada mobilitas, tidak ada area radiolusen di sekitar implant.32,33 Daya tahan implant dihitung menurut metode Kaplan-Meyer. Ukuran sekunder yang dipakai adalah stabilitas implant (inisial dan sekunder) dan perubahan-perubahan tulang kresta peri-implant. Stabilitas implant diukur dengan analisis frekuensi resonansi (RFA; Osstell AB, Göteborg, Sweden).

Stabilitas primer diukur segera setelah insersi implant dan ekspansi lengkap dan stabilitas sekunder diukur setelah periode penyembuhan terpendam (3 bulan di rahang bawah, 6 bulan di rahang atas; lihat Tabel 2) selama operasi kedua (re-entry operation) tepat sebelum abutment penyembuhan dipasang. Nilai ISQ (Implant stability quotient) diperoleh memakai Smartpegs (tipe 17 dan 35). Menurut setiap pengukuran itu, stabilitas implant gigi diklasifikasi jadi rendah dan tinggi. Disebut rendah jika nilai ISQ < 60; disebut medium jika nilai ISQ antara 60-70; dan disebut tinggi jika nilai ISQ di atas 70.34

Tabel 2. Protokol perawatan bedah

Protokol bedah

1. Drilling sequence (splint)

Pengeboran pungkasan (Kualitas tulang D1)

Pengeboran pungkasan (Kualitas tulang D2)

Mendukung pengeboran pungkasan (Kualitas tulang D3)

Mendukung pengeboran pungkasan (Kualitas tulang D4)

2. Persiapan pemadatan (condensing)

Analog dengan pengeboran pungkasan (Kualitas tulang D3)

Analog dengan pengeboran pungkasan (Kualitas tulang D4)

3. Insersi implant (torsi maksimal ≤ 40 N cm)

4. Ekspansi (torsi maximum ≤ 40 N cm)

5. Evaluasi stabilitas primer berdasarkan analisis frekuensi resonansi, penutupan luka primer.
6. Radiogram digital pasca-operasi
7. Operasi re-entry setelah periode konvensional penyembuhan terpendam (rahang bawah 3 bulan, rahang atas 6 bulan), evaluasi stabilitas sekunder berdasarkan analisis frekuensi resonansi dan insersi abutment penyembuhan

Radiogram digital (ortopantomogram, radiogram periapikal standar) diambil sebelum pembedahan, setelah insersi implant dan re-entry, dan pada pemeriksaan tindak lanjut setiap tahun untuk evaluasi tulang kresta dan tulang periapikal (lihat di bawah).

Implant

Penelitian ini menggunakan implant ulir titanium expandable pendek (PYRAMIDION dental implant, DenTack Implants Ltd., Kfar-Saba, Israel). Implan ini menghasilkan kondensasi dinamis tulang apikal. Implant tersebut punya dimensi dan karakteristik khusus sebagai berikut:

  • panjang 5, 6, dan 7 mm,
  • diameter 3,75 dan 4,1 mm
  • platform hexagon  internal (panjang 7 mm) atau eksternal (panjang 5 dan 6 mm) .

Ekspansi apikal dilakukan setelah insersi implant memakai piranti ekspansi khusus dan ratchet torque (torsi roda gerigi searah) yang menghasilkan bentuk piramid (lihat gambar 1a-1f). Proses ekspansi implant pakai piranti ekspansi divisualisasi dalam link https://implantgigi.com/simulasi-proses-ekspansi/.

Protokol bedah dan protokol prostetik

Perencanaan perawatan implantologi mengikuti pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiologis yang biasa. Sehubungan dengan posisi dan jumlah implant gigi, perencanaan perawatan implantologi mengikuti kategori terekomendasi dari konferensi konsensus Jerman.35 Sekuens pengeboran, persiapan pemadatan (bila diperlukan), dan penyisipan implant secara manual beserta ekspansi implant gigi dideskripsikan secara rinci dalam Tabel 2.

Para peserta penelitian diinstruksikan untuk tidak memakai gigi palsu mereka selama 1 minggu setelah bedah. Setelah itu, gigi palsu konvensional dilapis dengan materi lunak (Viscogel, Dentsply, Salzburg, Austria). Dalam penelitian ini, periode penyembuhan terpendam yang biasanya dipilih 3 bulan untuk rahang bawah dan 6 bulan untuk rahang atas. Selama bedah re-entry, sekurang-kurangnya jaringan lunak peri-implant keratin 2 mm dipertimbangkan.

Semua perawatan prostetik diberikan di Sekolah Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Prostetik. Paling cepat, 2 minggu setelah operasi re-entry, perawatan prostetik dimulai. Semua langkah perawatan dilakukan seperti yang dideskripsikan secara rinci pada Tabel 3. Sekrup abutment dikencangkan dengan torsi 15 N cm. Kalau mungkin, implan-implan yang ada di dekatnya dibelat primer (crown, bar) dan pembebanan ekstra-aksial selama oklusi dinamis dihindari. Dalam kasus lain, panduan grup eksentrik dicapai. Untuk mengurangi pembebanan berlebih dalam tulang peri-implant dan koneksi implant-abutment, permukaan oklusal didesain lebih kecil.20, 21, 30, 36 Pasien diberi instruksi tentang kebersihan oral optimal, dan direkomendasikan menggunakan dental water jet.

Tipe perawatan prostetik Sesi Prosedur
Gigipalsu cekat 1 Buka cetakan
  2

Cek abutment,

Set-up

 • Abutment titanium

 • Framework logam biasa, dilapis seluruhnya

 • Crown yang berdekatan saling mengunci

  3

Cek dan insersi suprastruktur

 • Sementasi (ImProv™, Dentegris, Duisburg, Jerman)

Kombinasi gigi palsu lepasan-cekat (teleskop) 1

Membuka cetakan (implant dan stump)

  2

Hubungan rahang (belat lilin/ wax)

  3

Cek estetik

  4

Cek teleskop primer, cetakan fiksasi

  5

Pemeriksaan lengkap

  6

Insersi gigi palsu definitif

 • Sementasi teleskop primer (Ketac™ Cem, 3M ESPE, Neuss, Jerman)

Gigi palsu lepasan  

 

- Jaw bar 1

Buka cetakan

  2

Cek abutment

  3

Hubungan rahang (belat lilin/ wax)

  4

Pemeriksaan estetis

  5

Pemeriksaan jaw bar

  6

Pemeriksaan lengkap

  7

Penyelesaian

Perlekatan bola (ball attachment) 1

Cetakan punggungan alveolar edentulous

  2

Hubungan rahang (belat lilin/ wax)

  3

Pemeriksaan estetis

  4

Insersi matriks secara chair-side

Semua perawatan diberikan oleh dua dokter bedah maksilofasial berpengalaman (WR,CH) dan dua orang dokter gigi spesialis prostodontik (RS, JH) untuk meminimalkan bias.

Penelitian tindak lanjut

Tindak lanjut klinis pertama diatur 4 minggu setelah perawatan prostetik selesai. Tindak lanjut selanjutnya dijadwalkan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama dan setiap enam bulan sekali untuk tahun-tahun selanjutnya. Pasien diskrining secara klinis dan radiologis (tahunan) untuk komplikasi biologis dan teknis. Peneliti menerapkan kriteria sukses tersebut di atas menurut Buser et al.32 Perubahan-perubahan tulang kresta dievaluasi dengan radiogram digital (perangkat lunak pencitraan  SIDEXIS, Sirona, Bensheim, Jerman). Jarak di antara bahu implant dan kontak pertama implant-tulang pada aspek mesial dan distal setiap implant gigi diukur oleh peneliti pertama (WR) dengan panjang implant sebagai referensi dan rerata nilai per implant dikalkulasi37 setelah 1 tahun dan 2 tahun setelah pembebanan.

Pengumpulan data dan statistik

Semua nama pasien disamarkan, paramete dilekatkan ke bank data dan dianalisis secara statistik. Analisis statistik dilakukan memakai perangkat lunak (IBM SPSS statistik versi 20, Chicago, IL, USA). Statistik deskriptif menyajikan frekuensi dan distribusi beberapa kejadian serta kombinasi fitur-fitur tertentu. Statistik analitis dilakukan bergantung pada skala: test t berpasangan dan independen untuk menentukan perbedaan nilai rerata. Kelangsungan hidup implant dikalkulasi menurut metode Kaplan-Meyer. Level signifikansi ditetapkan 5%.

Hasil

Hasil-hasil pertama penelitian longitudinal ini meliputi data dari 9 pasien dengan usia rata-rata 57 tahun (berkisar dari 44 sampai 80) . Kesembilan orang ini ditanami 30 implant gigi (rahang atas n = 15; rahang bawah n = 15). Ketigapuluh implant tersebut ditanam pada 9 pasien tanpa perkara intraoperatif. Berdasarkan temuan-temuan intraoperatif dan radiologis, kualitas tulang dinilai sebagai berikut: D1 dalam n = 2, D2 dalam n = 3, D3 dalam n = 2 dan D4 dalam n = 2 kasus. Dimensi implant gigi yang dipakai adalah sebagai berikut:

  • 4.1 × 5 mm (n = 2)
  • 4.1 × 6 mm (n = 1)
  • 4.1 × 7 mm (n = 10)
  • 3.75 × 7 mm (n = 17)

Proses ekspansi bisa sukses dilakukan pada setiap kasus. Periode penyembuhan berlangsung lancar. Pasien direhabilitasi dengan gigi palsu cekat pada 5 kasus dan dengan gigi palsu lepasan dalam 4 kasus. Karakteristik klinis dasar diringkas secara rinci dalam Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik klinis kohort penelitian

Pasien L/P  Umur (Thn) Posisi Gol Mutu tulang Rawat Tindak Lanjut (bulan) Gagal
T.I. P 80 Atas 15, 13, 11, 21, 25 (Σ = 5) IIa D4 Teleskop 37 n=1c
G.S. P 65 Bwh 34, 32, 42, 44 (Σ = 4) IIIb D1 Bola 34 0
S.Sa P 64 Atas 14, 12, 22, 24 (Σ = 4) IIIab D4 Jaw Bar 34 0
Th. F. L 76 Bwh 35, 36, 37 (Σ = 3) IIb D1 Bridge 33 0
A. M. P 44 Atas 16, 15, 14 (Σ = 3) IIa D3 Bridge 32 0
S. M. L 53 Atas 16, 14, 12 (Σ = 3) IIa D3 Bola 32 n=1c
K.S. P 52 Bwh 35, 36, 37 (Σ = 3) IIb D2 Bridge 29 0
R.S. P 59 Bwh 35, 36 (Σ = 2) IIb D2 Bridge 24 0
W.K. P 72 Bwh 47, 45, 43 (Σ = 3) IIb D2 Bridge 23 0

Posisi implant FDI menurut the World Dental Federation

aKategori indikasi (IIa, IIb, IIIa, IIIb) sehubungan dengan jumlah implant35

bDimodifikasi karena kondisi lokal

cImplant copot sebelum pembebanan 

dImplant copot setelah pembebanan

Selama periode tindak lanjut 3 tahun, tingkat kesuksesan implant kumulatif secara keseluruhan pada para pasien ini adalah 28/30 (93,3%). Dua implant copot pada rahang atas posterior. Dua pasien terdampak punya rahang atas posterior yang sangat atrofi (Cawood et Howell IV–V)38 dan kualitas tulang D3-D4 (Tabel 4). Pasien laki-laki merokok dan sebelum perawatan sudah menderita penyakit karsinoma sel skuamosa di dasar mulut. Dalam kedua kasus, gigi palsu lepasan yang dibuat sudah sukses dilapis ulang dan tidak teramati ada komplikasi ulang sampai kala ini.

Analisis Kaplan-Meyer tentang ketahanan implant untuk kedua rahang divisualisasi  (log rank test, p = 0.173): ketahanan 1 tahun  96,7% dan ketahanan 2 tahun 93,3%. Tindak lanjut tahun ketiga tidak diselesaikan oleh semua pasien (Tabel 4).

 

Pengukuran stabilitas implant gigi dengan analisis frekuensi resonansi (RFA) menampilkan nilai-nilai ISQ sebagai berikut:

  • stabilitas primer 69,7 ± 10,3 95% CI (65,9; 73,6) unit ISQ
  • stabilitas sekunder 69,8 ± 10,2 95% CI (65,8; 73,5) unit ISQ

Perbedaan tidak signifikan secara statistik (p = 0.780; tes t berpasangan). Secara rinci, nilai-nilai ISQ untuk stabilitas primer yang ditampilkan pada rahang atas 66,9 ± 8,9 95% CI (61,9; 71,8), dan pada rahang bawah 72,5 ± 11,1 95% CI (66,4; 78,7). Perbedaan tidak signifikan secara statistik (p = 0,134; tes t independen). Menurut pengukuran stabilitas implant gigi sekunder, kami mengamati nilai-nilai ISQ yang sebanding di rahang atas 66,4 ± 10,0 95% CI (60,9; 71,9) dan nilai-nilai ISQ yang lebih tinggi di rahang bawah 73,0 ± 9,7 95% CI (67,6; 78,4). Perbedaan tersebut juga tidak signifikan secara statistik (p = 0,780; tes t independen). Lihat gambar histogram ISQ implant gigi rahang atas dan rahang bawah.

Selama periode tindak lanjut, rerata perubahan tulang kresta setelah pembebanan adalah sebagai berikut (masing-masing dibandingkan dengan keadaan permulaan):

  • Tahun pertama: 1,0 ± 0,9 mm 95% CI (0,5; 1,5) di rahang atas dan 0,7 ± 0,4 mm 95% CI (0,5; 1,0) di rahang bawah (p = 0,011; tes t independen),
  • Tahun kedua: 1,3 ± 0,8 mm 95% CI (0,8; 1,7) in the maxilla and 1,0 ± 0,7 mm 95% CI (0,6; 1,4) dalam rahang bawah (p = 0,644; tes t independen).

Investigasi klinis dan radiolois tidak menyingkapkan tanda-tanda inflamasi atau radiolusensi di daerah periapikal untuk semua implant yang disisipkan.

Kasus representasi rehabilitasi pasien perempuan ditampilkan dalam tautan restorasi prostetik implant gigi dan foto rontgen restorasi implant gigi.

Pembahasan

Literatur terbaru menunjukkan bahwa implant pendek telah semakin diterima di bidang implantologi mulut.9, 10, 39, 40 Sejak beberapa tahun belakangan ini, perhatian pada panjang implant endosseous telah menurun. Perlu diketahui bahwa semua implant ulir ekstra oral adalah implant pendek.41, 42 Walau begitu, ada perbedaan-perbedaan biomekanis dan fisiologis lokal.

Tingkat ketahanan implant gigi pendek didapati meningkat dari 80 ke lebih dari 90% seiring dengan waktu.39 Hal ini dikonfirmasi dalam penelitian-penelitian terbaru. Untuk implant gigi pendek yang mendukung crown tunggal dan jembatan cekat terutama di rahang bawah, dilaporkan tingkat sukses 3 tahun sebesar 97%43 dan hasil 5 tahun setinggi 92,2%.10 Selain itu, tingkat sukses 100% di rahang atas (hasil 3 tahun)15 harus dipertanyakan secara kritis dengan menimbang temuan-temuan kami.

Baru ada sedikit laporan dalam literatur yang membahas tentang implant gigi expandable. 44, 45, 46, 47 Pada tahun 2001, Jo dan rekan melaporkan sekitar ketahanan implant prospektif 40 bulan pada implant gigi expandable dengan panjang standar (10-16 mm) untuk pembebanan segera. Mereka menemukan tingkat ketahanan 3 tahun setinggi 96,1% di rahang atas dan 94,8% di rahang bawah.46 Huré dan rekan47 melakukan penelitian biomekanis dan histologis pembebann implant expandable dini dengan panjang 10 - 11,5 mm pada binatang bertaring. Enam tahun kemudian (2010, implant expandable diterapkan dalam bedah ortopedi.48 Serupa dengan penelitian ini, para peneliti tersebut membahas implant dalam kondisi tulang regional yang sulit.

Tujuan penelitian kami adalah untuk mengevaluasi penanganan intraoperatif, keamanan, dan kenyamanan sistem implant gigi expandable yang baru saja muncul dalam kohort penelitian heterogen. Kami menemukan dalam penelitian pendahuluan ini tingkat sukses implant 3 tahun secara keseluruhan setinggi 93,3%. Tingkat ini sebanding dengan literatur yang relatif baru.39 Sepengetahuan kami (PubMed), penelitian klinis ini adalah investigasi pertama yang dipublikasikan tentang penggunaan sistem implant gigi expandable pendek. Oleh karena itu, tidak ada data dari penelitian klinis lain yang sebanding.

Beberapa peneliti menganalisis preferensi indikasi implant gigi pendek di rahang bawah posterior atau rahang atas posterior, dan menguraikan efisiensi biaya dibandingkan dengan augmentasi vertikal tambahan. Dalam percobaan ini, kami memakai implant gigi pendek macem baru di kedua rahang dan hampir semua kategori indikasi yang mungkin ditampilkan, membuktikan kegunaan yang luas (Tabel 4).

Dalam penelitian kami, dua kegagalan implant gigi terjadi dini dalam periode prostetik dan kala diberi beban. Dalam ulasan sistematik sebelumnya, 11 penelitian melaporkan lebih banyak kegagalan implant pendek, sedangkan 7 penelitian melaporkan lebih banyak kegagalan implant gigi setelah pembebanan.39 Sehubungan dengan tingkat kesuksesan implant gigi dalam penelitian ini, hendaknya dipertimbankan bahwa implant yang gagal berkaitan dengan kondisi bedah yang sulit. Di samping kegagalan biologis, tidak teramati adanya komplikasi teknis dalam kohort penelitian ini. Sesuai dengan penelitian-penelitian komparatif sebelumnya, adalah nyata bahwa ketika memakai implant pendek, ada risiko komplikasi yang lebih redah dibandingkan dengan augmentasi4, 7, 8 dan lateralisasi saraf.40

Kenapa modifikasi desain? Ini tentang pengurangan waktu penyembuhan,46 keuntungan stabilitas di bawah kondisi yang sulit, dan peningkatan kontak implant-tulang,27, 49, 50, 51 dan fakta bahwa sebagian besar komplikasi implant pendek terjadi dalam periode pra-prostetik.39 Hal ini juga tentang stabilitas tulang kresta dalam jangka panjang. Penelitian-penelitian biomekanis elemen terbatas yang sebelumnya mengkonfirmasi bahwa ekspansi apikal menghasilkan pengurangan stress yang menguntungkan pada tulang kresta hampir setinggi 10%.52 Diasumsikan bahwa selain ulir mikro dan konsep alih platform, tegangan tulang periimplant bisa dikurangi oleh ekspansi apikal. Hal ini memerlukan pertimbangan terpisah dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Desain implant yang dipakai (terutama implant dengan panjang 7 mm) mengkombinasikan beberapa fitur biomekanis yang menguntungkan dan prakara itu dipertimbangkan dalam penelitian ini.

Menurut Gehrke dan rekan serta sehubungan dengan penelitian ini, desain implant gigi apikal memengaruhi stabilitas implant dan kontak implant-tulang.54 Prosedur ekspansi menampilkan penjangkaran bikortikal tambahan17 dalam arah oro-vestibular. Dalam tulang keras, prakara ini bisa jadi kurang menguntungkan dan menghasilkan ekspansi asimetris. Rekomendasi manufaktur untuk tulang keras hendaknya sangat dipertimbangkan.

Berkenaan dengan analisis frekuensi resonansi, nilai-nilai tersebut berkaitan degan kualitas dan kuantitas tulang serta ketinggian tulang yang terekspos di atas kresta tulang yang bergantung pada tipe implant dan teknik insersi implant gigi.55, 56, 57 Hasil-hasil penelitian kami sebagai berikut:

  • stabilitas primer di rahang atas 66,9 ± 8,9 unit ISQ dan di rahang bawah 72.5 ± 11.1 unit ISQ
  • stabilitas sekunder di rahang atas 66,4 ± 10,0 unit ISQ dan di rahang bawah 73,0 ± 9,7 unit ISQ)

Hasil penelitian tersebut sebanding dengan hasil penelitian Becker dan rekan yang menunjukkan stabilitas primer 72,1 unit ISQ dan stabilitas sekunder 72,6 unit ISQ.58

Nilai-nilai ini sedikit lebih rendah daripada nilai-nilai implant pendek yang hanya disisipkan di rahang atas posterior yaitu 79,0 unit ISQ.12 Peneliti lain mengukur di rahang atas posterior 68,2 unit ISQ (implant 6 mm).15 Secara keseluruhan, rerata hasil-hasil penelitian kami menunjukkan nilai stabilitas yang tinggi.34 Huré dan rekan47 mengukur nilai stabilitas implant sebagai berikut dalam penelitian mereka memakai binatang dengan panjang implant expandable ≥ 10 mm: 53,6 ± 3,0 unit ISQ untuk stabilitas primer dan  59 ± 4,5 unit ISQ untuk stabiltas sekunder (3 bulan setelah insersi),

Evaluasi nilai-nilai stabilitas selama periode oseointegrasi tidak mungkin dilakukan dalam percobaan kami karena penyembuhan terpendam sehingga masih ada pertanyaan apakah level stabilitas implant yang tercapai kala insersi bisa dipelihara selama periode penyembuhan. Hal ini hendaknya dianalisis secara terpisah untuk semua tipe tulang di hadapan nilai stabilitas terendah yang telah diketahui pada 3-4 minggu setelah penempatan semua tipe tulang59, 60, 61 dan percobaan-percobaan terbaru tentang pembebanan fungsional segera14 atau dini (6 minggu) pada sistem implant pendek macem lain.28

Dalam hubungannya dengan hasil-hasil penelitian McCullugh dan Klokkevold62 yang menemukan bahwa desain ulir makro terlihat memainkan peran positif dalam stabilitas implant dalam periode penyembuhan dini, prakara ini juga bisa diasumskan untuk sistem implant yang dipakai. Selain itu, sehubungan dengan hasil-hasil penelitian Marković dan rekan,61 penurunan stabilitas kritis karena pemodelan ulang tulang setelah pemadatan tulang (persiapan lokasi implant dan/ atau penggunan implant expandable) hendaknya tidak dicurigai; justru sebaliknya dapat ditebak.

Para peneliti tersebut menganalisis stabilitas implant gigi (implant ulir 4,1 × 10 mm) di rahang atas posterior in vivo yang bergantung pada preparasi lokasi implant (pemadatan tulang vs pengeboran tulang) dan mengkonfirmasi bahwa, setelah pemadatan tulang, hasil-hasil stabilitas implant yang sangat lebih tinggi tercapai segera setelah insersi implant gigi serta selama keseluruhan periode observasi 6 minggu. Terkecuali pada minggu ketiga dalam kedua kelompok, hasil-hasil pengukurannya adalah sebagai berikut: 66,7 ± 1,64 vs 57,1 ± 1,45 (p < 0,001).61 Dalam penelitian ini, kami mengukur rahang atas posterior 66,3 ± 10,4 unit ISQ untuk stabilitas primer dan 66,9 ± 12,0 unit ISQ untuk stabilitas sekunder.

Berbeda dengan implant ulir berlubang yang biasanya (hanya sedikit celah), problem implant expandable adalah ada celah ke arah daerah apikal. Penilaian mikroba yang sebelumnya pada antarmuka implant-abutment yang berbeda menunjukkan bahwa tak satupun koneksi marjinal punya kapasitas untuk mencegah kebocoran mikrobial.63, 64, 65 Karena itu, kebocoran mikro apikal (dibandingkan dengan implant teralih (distractable implant) dan gigi yang dirawat endodontik) bisa tidak menguntungkan sistem implant yang terlibat.66, 67

Namun, menurut informasi manufaktur, suatu penelitian mikrobiologis menyingkapkan ketiadaan kebocoran mikrobial melalui implant expandable. Sepanjang periode tindak lanjut, kami juga tidak mengamati adanya tanda-tanda inflamasi di daerah apikal, entah itu secara klinis atau pun radiologis. Walau begitu, aspek ini harus dianalisis di bawah pembebanan mekanis in vitro. Berdasarkan penelitian histologi sebelumnya yang dilakukan pada hewan47 dan penelitian klinis sampai 40 bulan46 yang merujuk ke implant expandable apikal yang sebanding, para peneliti tersebut tidak melaporkan komplikasi inflamasi periapikal. Untuk menghilangkan potensi risiko kebocoran mikro intra tulang yang dalam, dipertanyakan apakah nilai stabilitas biomekanis yang setara bisa dicapai hanya dengan desain ulir makro menghindari celah mikro yang dalam.

Dalam penelitian ini, perubahan tulang kresta di bawah pembebanan pada tahun pertama melebihi perubahan tahun kedua. Juga, perbedaan antara rahang atas dan rahang bawah di setiap tahun tidak signifikan secara statistik yang setengah cocok dengan temuan-temuan sebelumnya dalam literatur.7, 58 Di samping kondisi-kondisi mikrobiologis, ada beberapa aspek biomekanis yang memengaruhi pemeliharaan tulang kresta peri-implant. Permukaan kerucut dan permukaan paralel hubungan implant-abutment (hexagon internal) menyediakan stabilitas rotasi dan mengurangi gap mikro dan gerakan mikro.68 Faktor penting lain adalah ketebalan bahu implant69 yang bisa jadi titik lemah dalam desain implant pendek karena deformitas elastik di bawah pembebanan ekstra-aksial.

Fakta ini bisa jadi alasan untuk penyusutan tulang kresta peri-implant non-inflamasi. Kami mengatasi aspek ini dengan memisahkan implant - implant yang berdekatan jika memungkinkan.50, 51 Menurut Brenner dan rekan30 serta Pommer dan rekan, faktor-faktor prostodontik berikut dianggap menghindari pelonggaran sekrup, fraktur komponen, penyusutan tulang marjinal atau bahkan penyusutan oseointegrasi:

  • rasio mahkota-implan (pembebanan ekstra-aksial)
  • panjang kantilevel
  • status gigi oposisi
  • pembelatan implant - implant yang berdekatan
  • relief permukaan oklusal
  • dimensi

Penelitian-penelitian yang sebanding menunjukkan penyusutan tulang kresta 24 bulan sebesar 0,5 mm - 0,6 mm. Peneliti lain melaporkan rerata penyusutan 0,57 mm pada tahun ke-2; 0,55 mm pada tahun ke-3; 0,53 mm pada taun ke-5 di rahang bawah (tanpa perubahan signifikan setelah 1 tahun).10 Di sisi lain, percobaan-percobaan terkontrol acak menunjukkan penyusutan tulang marginal peri-implant 0,7 mm70 dan 1 mm7 dalam waktu 1 tahun setelah pembebanan pada implant gigi di rahang bawah. Nilai tersebut sama seperti yang diukur dalam penelitian ini.

Dalam batasan-batasan desain penelitian, jumlah implant yang sedikit, penelitian berlengan tunggal, dan tindak lanjut berjangka pendek, hasil penelitian menunjukkan perbaikan dasar rehabilitasi fungsional terutama untuk pasien lanjut usia dengan kondisi umum dan lokal yang terganggu untuk implantasi. Pertanyaan-pertanyaan kontroversial5, 71 masih tetap ada seperti apakah implant pendek cocok untuk pasien yang menjalani iradiasi dan apakah perlu implant pendek expandable untuk tulang tipe D1. Bias potensial kiranya bisa diatasi pada penelitian-penelitian selanjutnya dengan percobaan acak terkontrol.

Tim peneliti

Waldemar Reich, Ramona Schweyen, Christian Heinzelmann, Jeremias Hey, Bilal Al-Nawas, dan Alexander Walter Eckert

Publikasi

International Journal of Implant Dentistry 2017 3:46; 30 Oktober 2017

Referensi

  1. Schwarz F, Terheyden H. Significance of dental implants for health care. Bundesgesundheitsblatt Gesundheitsforschung Gesundheitsschutz. 2011;54(9):1097–101. (German)
  2. Gates WD, Cooper LF, Sanders AE, Reside GJ, De Kok IJ. The effect of implant-supported removable partial dentures on oral health quality of life. Clin Oral Impl Res. 2014;25:207–13.
  3. Fretwurst T, Nack C, Al-Ghrairi M, Raguse JD, Stricker A, Schmelzeisen R, Nelson K, Nahles S. Long-term retrospective evaluation of the peri-implant bone level in onlay grafted patients with iliac bone from the anterior superior iliac crest. J Craniomaxillofac Surg. 2015;43(6):956–60.
  4. Verhoeven JW, Rujiter J, Cune MS, Terlou M, Zoon M. Onlay grafts in combination with endosseous implants in severe mandibular atrophy: one year results of a prospective, quantitative radiological study. Clin Oral Implants Res. 2000;11(6):583–94.
  5. Nkenke E. Short implants. Do they replace reconstruction of the alveolar crest? MKG-Chirurg. 2013;6:221–7. (German)
  6. Al-Hashedi AA, Ali TB, Yunus N. Short dental implants: an emerging concept in implant treatment. Quintessence Int. 2014;45(6):499–514.
  7. Esposito M, Barausse C, Pistilli R, Sammartino G, Grandi G, Felice P. Short implants versus bone augmentation for placing long implants in atrophic maxillae: one-year post-loading results of a pilot randomised controlled trial. Eur J Oral Implantol. 2015;8(3):257–68.
  8. Schincaglia GP, Thoma DS, Haas R, Tutak M, Garcia A, Taylor TD, Hämmerle CH. Randomised controlled multicenter study comparing short dental implants (6 mm) versus longer dental implants (11-15 mm) in combination with sinus floor elevation procedures. Part 2: clinical and radiographic outcomes at 1 year of loading. J Clin Periodontol. 2015;42(1):1042–51.
  9. Srinivasan M, Vazquez L, Rieder P, Moraguez O, Bernard JP, Belser UC. Survival rates of short (6 mm) micro-rough surface implants: a review of literature and meta-analysis. Clin Oral Implants Res. 2014;25(5):539–45.
  10. Slotte C, Grønningsaeter A, Halmøy AM, Ohrnell LO, Mordenfeld A, Isaksson S, Johansson LA. Four-milimeter-long posterior-mandible implants: 5-year outcomes of a prospective multicenter study. Clin Implant Dent Relat Res. 2015;17(Suppl 2):e385–95.
  11. Thoma DS, Haas R, Tutak M, Garcia A, Schincaglia GP, Hämmerle CH. Randomised controlled multicenter study comparing short dental implants (6 mm) versus longer dental implants (11-15 mm) in combination with sinus floor elevation procedures. Part 1: demographic and patient-reported outcomes at 1 year of loading. J Clin Periodontol. 2015;42(1):72–80.
  12. Hentschel A, Herrmann J, Glauche I, Vollmer A, Schlegel KA, Lutz R. Survival and patient satisfaction of short implants during the first 2 years of function: a retrospective cohort study with 694 implants in 416 patients. Clin Oral Impl Res. 2016;27:591–6.
  13. Fan T, Li Y, Deng WW, Wu T, Zhang W. Short implants (5-8 mm) versus longer implants (>8 mm) with sinus lifting in atrophic posterior maxilla: a meta-analysis of RCTs. Clin Implant Dent Relat Res. 2017;19(1):207–15.
  14. Anitua E, Flores J, Flores C, Alkhraisat MH. Long-term outcomes of immediate loading of short implants: a controlled retrospective cohort study. Int J Oral Maxillofac Implants. 2016;31(6):1360–6.
  15. Bechara S, Kubilius R, Veronesi G, Pires JT, Shibli JA, Mangano FG. Short (6-mm) dental implants versus sinus floor elevation and placement of longer (≥10 mm) dental implants: a randomized controlled trial with a 3-year follow-up. Clin Oral Implants Res. 2016. doi:10.1111/cir.12923.
  16. Zöller J, Neugebauer J. Update on short, angulated and diameter-reduced implants. Consensus paper of the 11th European Consensus Conference (EuCC) 2016 in Cologne. https://www.bdizedi.org/. Accessed 01 Oct 2017 (German).
  17. Pierrisnard L, Renouard F, Renault P, Barquins M. Influence of implant length and bicortical anchorage on implant stress distribution. Clin Implant Dent Relat Res. 2003;5(4):254–62.
  18. Geng JP, Tan KB, Liu GR. Application of finite element analysis in implant dentistry: a review of the literature. J Prosthet Dent. 2001;85(6):585–98.
  19. Baggi L, Capelloni I, Di Girolamo M, Maceri F, Vairo G. The influence of implant diameter and length on stress distribution of osseointegrated implants related to crestal bone geometry: a three-dimensional finite element analysis. J Prosthet Dent. 2008;100(6):422–31.
  20. De Moraes SL, Verri FR, Santiago JF Jr, Almeida DA, de Mello CC, Pellizzer EP. A 3-D finite element study of the influence of crown-implant ratio on stress distribution. Braz Dent J. 2013;24(6):635–41.
  21. Moraes SL, Pellizzer EP, Verri FR, Santiago JF Jr, Silva JV. Three-dimensional finite element analysis on stress distribution in retention screws of different crown-implant ratios. Comput Methods Biomech Biomed Engin. 2015;18(7):689–96.
  22. Petrie CS, Williams JL. Comparative evaluation of implant designs: influence of diameter, length, and taper on strains in the alveolar crest. A three-dimensional finite-element analysis. Clin Oral Implants Res. 2005;16(4):486–94.
  23. Möhlhenrich SC, Heussen N, Elvers D, Steiner T, Hölzle F, Modabber A. Compensating for poor primary implant stability in different bone densities by varying implant geometry: a laboratory study. Int J Oral Maxillofac Surg. 2015;44:1514–20.
  24. Yazicioglu D, Bayram B, Oguz Y, Cinar D, Uckan S. Stress distribution on short implants at maxillary posterior alveolar bone model with different bone-to-implant contact ratio: finite elemnt analysis. J Oral IMplantol. 2016;42(1):26–33.
  25. Sivan-Gildor A, Machtei EE, Gabay E, Frankenthal S, Levin L, Suzuki M, Coelho PG, Zigdon-Giladi H. Novel implant design improves implant survival in multirooted extraction sites: a preclinical pilot study. J Periodontol. 2014;85:1458–63.
  26. Jain N, Gulati NJM, Garg M, Pathak C. Short implants: new horizon in implant dentistry. J Clin Diagn Res. 2016;10(9):ZE14–7.PubMedPubMed CentralGoogle Scholar
  27. Quaranta A, D’Isidoro O, Bambini F, Putignano A. Potential bone to implant contact area of short versus standard implants: an in vitro micro-computed tomography analysis. Implant Dent. 2016;25(1):97–102.
  28. Makowiecki A, Botzenhart U, Seeliger J, Heinemann F, Biocev P, Dominiak M. A comparative study of the effectiveness of early and delayed loading of short tissue-level dental implants with hydrophilic surfaces placed in the posterior section of the mandible—a preliminary study. Ann Anat. 2017;212:61–8.
  29. Cohen O, Ormianer Z, Tal H, Rothamel D, Weinreb M, Moses O. Differences in crestal bone-to-implant contact following an under-drilling compared to an over-drilling protocol. A study in the rabbit tibia. Clin Oral Investig. 2016;20(9):2475–80.
  30. Brenner M, Brandt J, Lauer HC. Prothetische Versorgung auf kurzen Implantaten. Zahnmedizin up2date. 2014;2:123–42. (German)
  31. Eitner S, Wichmann M, Schlegel KA, Kollmannberger JE, Nickenig HJ. Oral health-related quality of life and implant therapy: an evaluation of preoperative, intermediate, and post-treatment assessments of patients and physicians. J Craniomaxillofac Surg. 2012;40(1):20–3.
  32. Buser D, Weber HP, Lang NP. Tissue integration of non-submerged implants. 1-year results of a prospective study with 100 ITI hollow-cylinder and hollow-screw implants. Clin Oral Impl Res. 1990;1:33–40.
  33. Karoussis IK, Brägger U, Salvi GE, Bürgin W, Lang NP. Effect of implant design on survival and success rates of titanium oral implants: a 10-year prospective cohort study of the ITI dental implant system. Clin Oral Implants Res. 2004;15(1):8–17.
  34. Sennerby L. 20 years of experience with resonance frequency analysis. Implantologie. 2013;21(1):21–33. (German)Google Scholar
    Terheyden H. Indikationsklassen für Implantatversorgung zur Regelversorgung. Consensus conference implantology. 2014. https://www.konsensuskonferenz-implantologie.eu/. Accessed 05 May 2014 (German).
  35. Gross MD. Occlusion in implant dentistry. A review of the literature of prosthetic determinants and current consepts. Aust Dent J. 2008;53(Suppl1):S60–8.
  36. Gomez-Roman G, Schulte W, d’Hoedt B, Axman-Krcmar D. The Frialit-2 implant system: five-year clinical experience in single-tooth and immediately postextraction applications. Int J Oral Maxillofac Implants. 1997;12(3):299–309.
  37. Cowood JI, Howell RA. A classification of the edentulous jaws. Int J Oral Maxillofac Surg. 1988;17:232.
  38. Karthikeyan I, Desai SR, Singh R. Short implants: a systematic review. J Indian Soc Periodontol. 2012;16(3):302–12.
  39. Dursun E, Keceli HG, Uysal S, Güngör H, Muhtarogullari M, Tözüm TF. Management of limited vertical bone height in the posterior mandible: short dental implants versus nerve lateralization with standard length implants. J Craniofac Surg. 2016;27(3):578–85.
  40. Tjellström A, Lindström J, Nylén O, Albrektsson T, Brånemark PI, Birgersson B, Nero H, Sylvén C. The bone-anchored auricular episthesis. Laryngoscope. 1981;91(5):811–5.
  41. Choi KJ, Sajisevi MB, McClennen J, Kaylie DM. Image-guided placement of osseointegrated implants for challenging auricular, orbital, and rhinectomy defects. Ann Otol Rhinol Laryngol. 2016;125(10):801–7.
  42. Malmstrom H, Gupta B, Ghanem A, Cacciato R, Ren Y, Romanos GE. Success rate of short dental implants supporting single crowns and fixed bridges. Clin Oral Implants Res. 2016;27(9):1093–8.View ArticlePubMedGoogle Scholar
    Garfield RE. An expandable implant fixture. Dent Implantol Updat. 1998;9(5):37–40.
  43. Nowzari H, Chee W, Tuan A, Abou-Rass M, Landesman HM. Clinical and microbiological aspects of the Sargon immediate load implant. Compend Contin Edu Dent. 1998;19(7):686–9.
  44. Jo HY, Hobo PK, Hobo S. Freestanding and multiunit immediate loading of the expandable implant: an up-to-40-month prospective survival study. J Prosthet Dent. 2001;85(2):148–55.
  45. Huré G, Aguado E, Grizon F, Baslé MF, Chappard D. Some biomechanical and histologic characteristics of early-loaded locking pin and expandable implants: a pilot histologic canine study. Clin Implant Dent Relat Res. 2004;6(1):33–9.
  46. Folman Y, Ron N, Shabat S, Romano G, Galasso O. The fixation expandable stem hemiarthoroplasty for displaced femoral neck fracture: technical features and pilot study. Arch Orthop Trauma Surg. 2010;130(4):527–31.
  47. Xiao JR, Li DH, Chen YX, Chen SJ, Guan SM, Kong L. Evaluation of fixation of expandable implants in the mandibles of ovarectomized sheep. J Oral Maxillofac Surg. 2013;71:682–8.
  48. Pommer B, Hingsammer L, Haas R, Mailath-Pokorny G, Busenlechner D, Watzek G, Fürhauser R. Denture-related biomechanical factors for fixed partial dentures retained on short dental implants. Int J Prosthodont. 2015;28(4):412–4.
  49. Kim Y, Oh TJ, Misch CE, Wang HL. Occlusal considerations in implant therapy: clinical guidelines with biomechanical rationale. Clin Oral Implants Res. 2005;16(1):26–35.
  50. Xiao JR, Li YF, Guan SM, Song L, Xu LX, Kong L. The biomechanical analysis of simulation implants in function under osteoporotic jawbone by comparing cylindrical, apical tapered, neck tapered, and expandable type implants: a 3-dimensional finite element analysis. J Oral Maxillofac Surg. 2011;69:e273–81.
  51. Yun HJ, Park JC, Yun JH, Jung UW, Kim CS, Choi SH, Cho KS. A short-term clinical study of marginal bone level change around microthreded and platform-switched implants. J Periodontal Implant Sci. 2011;41(5):211–7.
  52. Gehrke SA, Pérez-Albacete Martinez C, Piattelli A, Shibli JA, Markovic A, Calvo Guirado JL. The influence of three different apical implant designs at stability and osseointegration process: experimental study in rabbits. Clin Oral Implants Res. 2017;28(3):355–61.
  53. Herrero-Climent M, Santos-Garcia R, Jaramillo-Santos R, Romero-Ruiz MM, Fernandez-Palacin Lazaro-Calvo P, Bullon P, Rios-Santos JV. Assesment of Osstell ISQ’s reliability for implant stability measurement: a cross-sectional clinical study. Medicina Oral Pathologia Oral y Cirugia buccal. 2013;18:e877–82.
  54. Gupta RK, Padmanabhan TV. Resonance frequence analysis. Indian J Dent Res. 2011;22(4):567–73.
  55. Kang IH, Kim CW, Lim YJ, Kim MJ. A comparative study on the initial stability of different implants placed above the bone level using resonance frequence analysis. J Adv Prosthodont. 2011;3(4):190–9.
  56. Becker W, Becker BE, Hujoel P, Abu Raz Z, Goldstein M, Smidt A. Prospective clinical trial evaluating a new implant system for implant survival, implant stability and radiographic bone changes. Clin Implant Dent Relat Res. 2013;15(1):15–21.
  57. Barewal RM, Oates TW, Meredith N, Cochrane DL. Resonance frequency measurement of implant stability in vivo on implants with a sandblasted and acid-etched surface. Int J Oral Maxillofac Implants. 2003;18(5):641–51.
  58. Huwiler MA, Pjetursson BE, Bosshardt DD, Salvi GE, Lang NP. Resonance frequency analysis in relation to jawbone characteristics and during early healing of implant instillation. Clin Oral Implants Res. 2007;18(3):275–80.
  59. Marković A, Calasan D, Colić S, Stojčev-Stajčć L, Janjić B, Mišić T. Implant stability in posterior maxilla: bone-condensing versus bone-drilling: a clinical study. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2011;112(5):557–63.
  60. McCullough JJ, Klokkevold PR. The effect of implant macro-thread design on implant stability in the early post-operative period: a randomized, controlled pilot study. Clin Oral Implants Res. 2016. doi:10.1111/cir.12945.
  61. Teixeira W, Ribeiro RF, Sato S, Pedrazzi V. Microleakage into and from two-stage implants: an in vitro comparative study. Int J Oral Maxillofac Implants. 2011;6(1):56–62.
  62. Canullo L, Penarrocha-Oltra D, Soldini C, Mazzocco F, Penarrocha M, Covani U. Microbial assessment of the implant-abutment interface in different connectioins: cross-sectional study after 5 years of functional loading. Clin Oral Implants Res. 2015;26(4):426–34.
  63. Mishra SK, Chowdhary R, Kumari S. Microleakage at different implant abutment interface: a systematic review. J Clin Diagn Res. 2017;11(6):ZE10–5.
  64. Feichtinger M, Gaggl A, SChultes G, Kärcher H. Evaluation of distraction implants for prosthetic treatment after vertical alveolar ridge distraction: a clinical investigation. Int J Prosthodont. 2003;16(1):19–24.
  65. Pradeep PR, Kasti KJ, Ananthakrishna S, Raghu TN, Vikram R. Evaluation of different dentin adhesive systems and its effect on apical microleakage: an in vitro study. J Int Oral Health. 2015;7(5):44–8.
  66. Streckbein P, Streckbein RG, Wilbrand JF, Malik CY, Schaaf H, Howaldt HP, Flach M. Non-linear 3D evaluation of different oral implant-abutment connections. J Dent Res. 2012;91(12):1184–9.
  67. Pellizzer EP, de Mello CC, Santiago Junior JF, de Souza Batista VE, de Faria Almeida DA, Verri FR. Analysis of the biomechanical behavior of short implants: the photo-elasticity method. Mater Sci Eng C Mater Biol Appl. 2015;55:187–92.
  68. Felice P, Pistilli R, Barausse C, Bruno V, Trullenque-Eriksson A, Esposito M. Short implants as an alternative to crestal sinus lift: a 1-year multicentre randomised controlled trial. Eur J Oral Implantol. 2015;8(4):375–84.
  69. Schwartz SR. Short implants: are they a viable option in implant dentistry? Dent Clin N Am. 2015;59(2):317–28.
  70. Granström G. Osseointegration in irradiated cancer patients. An analysis with respect to implant failures. J Oral Maxillofac Surg. 2005;63:579–85.
  71. Grötz KA, Schmidt BLJ, Walther C, Al-Nawas B. In which bisphosphonate patients am I allowed to place implants? A systematic review. Z Zahnärztl Impl. 2010;26(2):153–61. (German)

 

 


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in