Kedokteran gigi dan mulut dalam rumah sakit
Rumah sakit kerap jadi tempat untuk kasus-kasus yang paling rumit dalam kedokteran mulut dan gigi. Pasien rawat inap sangat mungkin menderita komplikasi oral atau dental dengan penyakit-penyakit lain, seperti infeksi HIV, keganasan hematologi, diabetes yang tidak terkontrol, gangguan pendarahan berat, dan penyakit jantung tahap lanjut. Rumahsakit yang ingin memberi layanan perawatan optimal bagi pasien-pasiennya perlu punya departemen gigi.
Departemen gigi dalam senden bertindak sebagai pusat rujukan komunitas dengan menyediakan perawatan gigi terbaik bagi pasien penderita penyakit sistemik dan evaluasi perkara diagnostik untuk daerah mulut dan rahang, terutama bagi pasien yang kondisinya parah, karena senden punya perlengkapan diagnostik dan alat-alat penopang kehidupan yang lebih lengkap. Di samping itu, dokter spesialis dari berbagai bidang juga tersedia dalam rumah sakit.
Masalah kedokteran mulut senden bisa dilihat oleh dokter gigi dengan tiga cara, yaitu:
- Pasien didaftarkan sebagai pasien rawat inap untuk layanan gigi. Ini paling sering terjadi untuk pasien penderita penyakit serius yang perlu perawatan gigi.
- Pasien bisa diperiksa sebagai pasien rawat jalan. Prosedur ini adalah prosedur yang umum untuk sebagian besar pasien dengna perkara mukosa oral, rahang, dan kelenjar saliva.
- Pasien diperiksa atas permintaan departemen lain dalam rumah sakit. Ini untuk perkara yang sangat sulit dan yang tidak umum.
Contoh perkara kesarasan yang jarang ada pada pasien rawat jalan tapi umum dilihat pada pasien rawat inap meliputi:
- ulkus oral
- pendarahan oral
- infeksi oral sekunder terhadap dikrasia darah atau kemoterapi
- parotitis akut pada pasien lemah
- perawatan gigi untuk mencegah osteoradionekrosis sebelum radioterapi
- perawatan gigi untuk mencegah infeksi sebelum transplantasi organ atau bedah jantung terbuka.
Dalam rangka untuk menangani konsultasi dengan tepat, dokter gigi harus familiar dengan metode yang tepat untuk konsultasi tanya-jawab. Bentuk konsultasi tiap lembaga rumahsakit bisa berbeda-beda, tapi perlu mengikuti metode yang diterima secara universal.