Banyak peneliti telah menginvestigasi berbagai aspek pemaduan tulang dengan implan, suatu proses yang dikenal dengan nama "oseointegrasi". Banyak hasil yang telah diperoleh. Walaupun begitu, para peneliti masih punya keraguan tentang mekanisme mikro aktual yang terlibat dalam proses penyatuan titanium implant dengan tulang, terutama tentang perlu-tidaknya rangsangan mekanik untuk menginduksi koneksi tulang.

Setelah implan gigi ditanam, implan gigi itu harus memberi stabilitas mekanik permulaan untuk mencegah gerakan implan. Implan harus betul-betul diam tak bergerak di tempatnya. Gerakan dalam skala mikrometer saja sudah bisa menggagalkan respon yang mengarah ke oseointegrasi. Alasannya, gerakan permukaan implan pada permukaan jaringan keras memicu pembentukan kapsul fibrosa di sekitar implan, alih-alih memicu mekanisme oseointegrasi. Dari segi klinis, mekanisme enkapsulasi implant ini lebih kaprah terjadi pada implant berbahan stainless steel, alumina, zirkonia, dan lebih jarang terlihat pada implant berbahan cp Ti yang diam tanpa bergerak.

Fakta menunjukkan, penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti implant pada hewan laboratorium menghasilkan ambang gerakan mikro antara 50 - 100 mikro meter. Artinya, implant yang bergeser di bawah 50 μm masih aman, implan  yang bergeser antara 50 μm - 100 μm mungkin aman, dan implant yang bergeser di atas 100 μm memicu resorpsi tulang pada antarmuka tulang-implan sehingga memicu dimulainya mekanisme enkapsulasi yang menghasilkan fibrosis di sekitar implan.

Stabilitas implant bergantung pada penguncian atau penjangkaran yang terjadi antara permukaan implant dan tulang sekitarnya. Ada tiga macem stabilitas yang berkenaan dengan implant dan tulang, yaitu:

1. Stabilitas primer
   Stabilitas primer adalah stabilitas yang diperoleh langsung saat implant dimasukkan ke dalam lubang yang betul-betul pas untuknya. Lubang yang pas banget untuk implan memperkecil risiko gerakan implan, sekalipun itu gerakan implant mikro.
2. Stabilitas sekunder
   Stabilitas sekunder adalah stabilitas yang diperoleh dari oseointegrasi dan pertumbuhan tulang ke dalam ceruk-ceruk implan. Sel yang tumbuh ke dalam ceruk-ceruk implant menghasilkan penguncian mekanis dan sel tulang yang berpadu dengan tulang menghasilkan penguncian bioaktif.
3. Stabilitas tersier
   Stabilitas tersier adalah stabilitas yang diperoleh dari pemeliharaan oseointegrasi yang telah sukses pada tahap sebelumnya..

Ketiga stabilitas itu faktor penentu sukses perawatan implant gigi. Stabilitas tersier berasal dari stabilitas sekunder, stabilitas sekunder berasal dari stabilitas primer. Untuk menghasilkan ketiga stabilitas itu, target yang dikejar pertama adalah stabilitas primer. Tanpa stabilitas primer, stabilitas sekunder dan stabilitas tersier tidak mungkin ada. Stabilitas primer implant bisa sangat menurun atau tidak tercapai apabila implant ditanam dalam tulang berkuantitas dan berkualitas rendah. Ini menunjukkan pentingnya kualitas dan kuantitas tulang sebagai faktor penentu sukses perawatan implant gigi.

Pasien disarankan untuk tidak melakukan aktivitas berat selama 3 bulan terhitung dari hari operasi implan. Aktivitas yang menuntut banyak gerakan tubuh juga dikurangi. Bagian sekitar daerah operasi tidak boleh kena benturan. Tujuan dari semua ini adalah memperkecil risiko implant bergerak.

Hingga sekarang belum ada penelitian konklusif tentang stabilitas primer minimum yang menjamin osteointegrasi pasti terjadi. Hasil klinis menunjukkan bahwa ketika torsi penyisipan implan gigi lebih tinggi daripada 40 N.cm, peluang keberhasilan meningkat. Peluang ini belum mencapai 100% karena teknologi permulaan abad 21 kala ini belum sanggup menyibak seluruh misteri di balik kesuksesan implant gigi. Jika nanti seluruh faktor penentu telah diketahui, maka manusia bisa memperoleh peluang 100% (peluang pasti).