Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Kesuksesan implant perlu lapisan oksida titanium (2)

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Meneliti pengaruh titanium oksida pada osteointegrasi itu tidak mudah. Tantangan terutama dari penelitian ini adalah bagaimana caranya mengisolasi variabel-variabel yang mencirikan permukaan, kemudian menganalisis variabel-variabel itu satu per satu. Sebagai contoh, dalam suatu penelitian perlu untuk mengubah jenis lapisan oksida (struktur kristal) tertentu saja sambil mempertahankan kekasaran dan ketebalan yang sama. Sementara dalam penelitian yang lain, perlu untuk mengubah kekasaran. Begitu seterusnya.

Larsson et al. meneliti pembentukan tulang di sekitar implan titanium yang morfologi permukaannya berbeda-beda. Ada yang diproses dengan mesin, ada yang yang dielektropolis, dan ada pula yang dielektropolis kemudian diproses anodisi (anodizing). Hasil penelitian menunjukkan, setelah satu minggu, lapisan tipis tulang tertutup dengan osteoid dari endosteum yang teramati di sekitar implan. Setelah tujuh minggu, jumlah tulang di sekitar permukaan implan yang dielektropolis jadi lebih rendah daripada permukaan yang dianodasi dan yang diproses dengan mesin.

Oksidasi anoda permukaan elektropolis menghasilkan peningkatan kekasaran dan penebalan oksida permukaan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan pembentukan tulang. Tulang di sekitar implan elektropolis terbentuk lebih sedikit karena rendahnya kekasaran permukaan dan tipisnya lapisan oksida. Perilaku ini bisa berkaitan dengan fakta bahwa sel-sel osteoblas melekat dan menyebar lebih mudah pada permukaan yang kasar daripada permukaan yang halus. Mereka menyimpulkan bahwa topografi permukaan pada skala submikrometer dan ketebalan oksida memengaruhi respon tulang terhadap titanium.

Karena sel-sel inang berinteraksi dengan protein yang diadsorpsi dan bukan dengan materi itu sendiri, maka tipe dan keadaan protein yang diadsorpsi itu faktor penentu yang penting sekali untuk terjadinya respon sel terhadap biomateri implan. Albumin, fibrinogen, dan immunoglobulin ada banyak dalam darah dan jaringan yang kontak dengan biomateri. Darah mengandung lebih dari 150 macam protein. Berdasarkan pertimbangan transportasi masal, protein yang lebih banyak dan protein dengan koefisien difusi yang paling tinggi akan pertama tiba di permukaan implan.

Protein yang paling banyak adalah albumin (40 mg/ mL), IgG (15 (mg/mL), α1–Antitrypsin (3 mg/mL), dan fibrinonogen (3 mg/mL). Karena konsentrasi dan konefisien difusinya paling tinggi  (6.1 10-7 cm2/s), albumin mendominasi interaksi tubuh tahap permulaan dengan implant gigi. Fibrinogen bisa mendominasi permukaan karena afinitasnya yang tinggi.

Implan yang diberi lapisan hidroksiapatit punya antarmuka tulang-implan yang paling luas bila dibandingkan dengan implant tanpa lapisan hidroksiapatit. Pada macem implant ini, jumlah celah antara lapisan hidroksiapatit dan tulang jadi lebih rendah dan pembentukan modul yang termineralisasi tampak lebih menonjol. Di samping sisi kelebihan ini, implant hidroksiapatit punya kekurangan, yaitu ada risiko terjadinya periimplantitis setelah implant terpasang. Risiko ini menuntut pasien dan dokter gigi implant terus bekerjasama bahkan setelah implant telah selesai dipasang untuk mencegah dan menangani risiko sedini mungkin jika dokter memutuskan untuk memakai macem implant ini.

Sumber: Elias


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in