Klasifikasi kepadatan tulang
Pemasangan dan perawatan implan gigi sangat bergantung pada kepadatan tulang pasien. Implan hanya dapat tahan lama pada tulang dengan kepadatan cukup. Oleh karena itu, dokter gigi implan lebih dulu mengevaluasi dan megklasifikasi tulang rahang pasien untuk mengetahui apakah implant mungkin ditanamkan padanya.
Klasifikasi tulang yang umum dipakai adalah klasifikasi kepadatan tulang menurut Carl E. Misch (1999) yang dikombinasikan dengan klasifikasi Lekholm dan Zarb (1985). Dalam buku tersebut, ia mengklasifikasi kepadatan tulang menjadi 5 jenis, yaitu: D1, D2, D3, D4, dan D5.
Jenis tulang berdasarkan kepadatan tulang
- D1 (> 1250 HU)
Tulang kortikal adalah tulang yang padat. Hampir seluruh tulang terdiri dari tulang kompak yang homogen. Jenis tulang ini sangat padat dan keras. Karena begitu padatnya, macem tulang ini hanya dialiri sedikit darah. Pasien dengan kepadatan tulang macem ini perlu waktu sedikit lebih lama ketimbang tipe D2 untuk berpadu dengan implan. Tapi, begitu sukses berpadu, pegangannya pada implant sangat kuat asalkan tidak digerogoti kuman dan infeksi. Tingkat keberhasil implant pada tulang ini berkisar antara 90%-98%. - D2 (850 - 1250 HU)
Lapisan tebal tulang kortikal tebal dan padat melingkupi tulang kortikal berpori di kresta dan tulang trabekular kasar di dalamnya. Peluang sukses dengan tulang ini masih cukup tinggi. Perkiraan waktu tulang macem ini untuk berpadu dengan implant adalah 4 bulan. - D3 (350 - 850 HU)
Lapisan tipis tulang kortikal padat mengelilingi tulang trabekuler halus di bagian dalam. Kepadatan tulang tidak sebagus tipe D1 dan D2. Sehingga, macem tulang D3 perlu waktu lebih lama untuk beroseointegrasi dan membangun penjangkaran mekanis dengan mengisi ceruk-ceruk fisik implan. Perkiraan waktu untuk proses ini adalah 6 bulan. Pasien bisa menggunakan implannya mulai bulan ke-7. Peluangnya untuk gagal lebih besar ketimbang dua tipe di atas. - D4 (150 - 350 HU)
Tulang trabekular halus seperti gabus stirofoam. Jenis tulang D4 ini perlu waktu sekitar 8 bulan untuk melakukan oseointegrasi dan membangun penjangkaran mekanis implan. Pembebanan secara bertahap dan perlahan akan meningkatkan kepadatan tulang seiring waktu dalam jangka panjang. Pasien seringkali perlu prosedur tambahan bone graft atau augmentasi tulang agar implant bisa tertanam pada macem tulang ini. Tingkat kegagalan implant lebih tinggi ketimbang jenis-jenis tulang lainnya. Tingkat keberhasilan implant pada tulang ini berkisar antara 76%-96%. - D5 (< 150 HU)
Tulang non-mineralisasi belum dewasa. Teknologi kala ini belum memungkinkan implant dipasang pada macem tulang yang pungkasan ini.
Misch, "Kedokteran Gigi Implan Kontemporer", edisi 2, St. Louis, 1999, Mosby Inc. halaman 113-114.
Lekholm U, Zarb GA, Albrektsson T. Patient selectino and preparation. Tissue integrated prostheses. Chicago: Quintessence Publishing Co. Inc., 1985;199-209.