Malpraktik implant, mungkinkah terjadi?
Penelitian ilmiah telah mengeksplorasi jenis-jenis tuntutan hukum yang berkaitan dengan malpraktik di AS. Sebelum tahun 2005, Charles Sloin, pakar di bidang manajemen risiko gigi melakukan penelitian yang tak dipublikasikan pada lebih dari 1.200 klaim makpraktik gigi yang telah terselesaikan antara tanggal 1 Januari 1987 sampai 31 Desember 1995. Selanjutnya, pada tahun 2005, Asosiasi Gigi Amerika juga melakukan survei pada perusahaan-perusahaan asuransi yang mengasuransikan 104,557 dokter gigi. Penelitian ini merinci persentasi klaim yang dibayar yang berasal dari berbagai perawatan. Hasil kedua penelitian itu sebagai berikut.
Laporan penelitian 1995 di AS
- Endodontia: 18,8%
- Exodontia: 13,2%
- Perawatan gigi umum: 12,0%
- Lain-lain: 10,6%
- Mahkota dan jembatan: 10,5%
- Ortodontia: 9,2%
- Klaim korporat: 9,1%
- Kegagalan diagnosis atau merawat penyakit periodontal: 6,1%
- Gigi palsu penuh atau sebagian: 4,6%
- Bedah mulut mayor: 2,2%
- Anestesia: 2,1%
- Implan gigi: 1,6%
Laporan survei 2005 di AS
- Mahkota dan Jembatan: 21,8%
- Terapi saluran akar: 20,0%
- Cabut gigi: 19,3%
- Gigi palsu: 6,7%
- Pemeriksaan oral: 5,1%
- Implan: 2,9%
- Ortodontik: 2,0
- Bedah periodontal: 1,4%
- Perawatan TMJ: 0,2%
- Lain-lain: 20,6%
Dua penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa malpratik implan gigi ternyata sangat rendah, yaitu 1,6% pada laporan tahun 1995 dan 2,9% pada survei tahun 2005. Ada sedikit sekali kenaikan dalam 10 tahun, yaitu hanya 1,3%. Bandingkan dengan kasus malpraktik mahkota dan jembatan gigi yang meningkat 11,3% dari 10,5% pada tahun 1995 jadi 21,8% pada tahun 2005.
Rendahnya kasus malpraktik pada implan gigi mungkin dikarnakan persiapan perawatan yang dilakukan jauh-jauh hari. Dokter gigi implant menyiapkan operasi pemasangan implan gigi lebih kurang 2 minggu sebelumnya, bahkan ada yang lebih lama dari 2 minggu jika kasusnya berat. Persiapan yang panjang, matang dan teliti mempersempit peluang terjadinya malpraktik.
Pinchi et al. (2014) yang melakukan penelitian tentang klaim malpraktik di kedokteran gigi implan di Italia menunjukkan bahwa sebagan besar kesalahan teknis dilakukan selama insersi implant (82,6%). Kesalahan teknik tersebut melibatkan struktur yang ada di sekitarnya, seperti kerusakan saraf alveolar inferior (32,2%) atau saraf lingual (2,5%), invasi sinus rahang atas (9,1%) atau nekrosis dental pulpal pada gigi di dekat implant (6,6%).
Hasil penelitian Pinchi et al. tersebut memberi pelajaran pada dokter implant lainnya agar meningkatkan kewaspadaan pada tahap pengeboran dan insersi implan. Kehati-hatian juga perlu ditingkatkan agar jangan sampai mengenai saraf alveolar inferior dan saraf lingual. Pastikan tulang rahang atas pasien cukup tebal sebelum memutuskan akan memberi pasien implan. Bila kualitas dan kuantitas tulang rahang atas pasien kurang memenuhi syarat, dokter lebih baik menolak permintaan pasien dan menawarkan alternatif bagi implan.
Konsultasi lebih lanjut, yuk telpon saja nomor kami ini.
- doctor✚dentist
- Klinik Gigi & Implan Gigi Jakarta
- Layanan umum: (+62)21 2253 9385 (Pos Pengumben)Layanan umum: +622153654792 (Palmerah)
- Jl. Pos Pengumben No. 40c Jakarta Barat, Jakarta 11560 Indonesia
Jl. Palmerah Barat No. 108 Jakarta Barat, Jakarta 11480 Indonesia
Referensi
Charles A. Babbush, Jack A. Hahn, Jack T. Krauser, Joel L. Rosenlicht. Dental implants: The art and science. Missoury: Saunders Elsevier, 2011
Referensi
Pinchi V, Varvara G, Pradella F, Focardi M, Donati MD, Norelli G. Analysis of professional malpractice claims in implant dentistry in Italy from insurance company technical reports (Analisis tentang klaim malpraktik profesional dalam kedokteran gigi implant di Italia dari laporan teknik perusahan asuransi). 2006 to 2010. Int J Oral Maxillofac Implants. 2014 Sep-Oct;29(5):1177-84. doi: 10.11607/jomi.3486.