Neurotmesis (saraf putus)
Perencanaan dan pelaksaan perawatan implant yang kurang tepat dapat menimbulkan risiko saraf mengalami neurotmesis. Neurotmesis berarti saraf putus. Kondisi ini adalah kondisi yang lebih parah daripada neuropraxia dan axonotmesis. Neurotmesis dicirikan dengan kerusakan parah komponen jaringan ikat batang saraf. Walau begitu, kondisi ini masih mungkin untuk disembuhkan.
Neurotmesis berkaitan dengan kondisi putus saraf sepenuhnya dan disrupsi endoneurium. Pada neurotmesis, akson, selubung myelin, dan komponen jaringan ikat mengalami kerusakan, disrupsi, atau transeksi. [2] Seperti halnya axonotmesis, neurotmesis memulai degenerasi Wallerian, namun prognosis sarafnya buruk. Neurotmesis biasanya terlihat setelah laserasi atau cedera iskemik.
Klasifikasi Sunderland yang dibangun di atas sistem Seddon, membagi tahap pungkasan neurotmesis menjadi tiga subkategori. Oleh karena itu, ada lima tingkat cedera saraf menurut sistem Sunderland.
Etiologi cedera saraf adalah traksi, kompresi, cedera injeksi, cedera kimia, toksisitas anestesi lokal atau gangguan lengkap laserasi dan avulsi/ koyak pada batang saraf. Pada macem cedera saraf ini, pemulihan sensorik dan fungsional sudah tidak bisa lagi sempurna seperti sediakala.
Respon psikofisik terhadap luka-luka ini adalah anestesia langsung. Hal ini bisa diikuti dengan paresthesia atau mungkin respons neuropatik seperti allodynia, hyperpathia, hyperalgesia, atau nyeri kronis. Jenis cedera saraf ini punya kemungkinan yang tinggi untuk mengembangkan neuroma sentral (LaBanc, 1992).
Untuk mengantisipasi neurotmesis, persiapan dan pelaksanaan implant harus dilakukan secara cermat. Pemasangan implant sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh dokter yang punya latar belakang pendidikan implant dan punya pengalaman yang cukup.