Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Osteomyelitis

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Semua orang tahu bahwa tulang itu keras. Tulang rahang juga keras. Walau begitu, Anda perlu tahu, sekeras apapun tulang, dia tidak kebal terhadap osteomyelitis. Ada risiko untuk itu. Tulang rahang yang jadi fondasi implan gigi juga tidak kebal terhadap osteomyelitis. Risiko ini perlu dikenal. Pengenalan risiko ini memungkinkan dokter melakukan upaya untuk pencegahan yang diperlukan.

Osteomyelitis adalah inflamasi tulang yang dikarnakan oleh organisme yang menginfeksi tulang sehingga tulang mengalami inflamasi. Mikroogranisme pada infeksi tulang rahang biasanya tumbuh dan berkembangbiak dalam biofilm. Benda ini melindungi bakteri dari perawatan dengan obat-obatan anti-mikro dan dari respon kekebalan tubuh inang.

Osteomyelitis perlu dikenali sedini mungkin agar perawatan yang spesifik bisa diberikan sedini mungkin. Semakin cepat dikenali, kerusakan bisa diminimalkan atau bahkan bisa dicegah. Terapi antibiotik memerlukan identifikasi mikroorganisme penyebabnya. Banyak infeksi tulang osteomyelitis dikarnakan oleh Staphylococcus aureus, tapi tidak semua infeksi tulang dikarnakan oleh spesies ini.

Normalnya, tulang punya daya tahan terhadap infeksi. Tapi, bila mikroorganisme berhasil menyusup masuk ke dalam tulang melalui darah yang mengalir melalui struktur di sekelilingnya atau dari inokulasi langsung dari bedah, seperti pada bedah implant gigi, atau  dari trauma, maka osteomyelitis punya peluang untuk terjadi.

Infeksi tulang juga bisa terjadi dari perawatan terhadap trauma. Perawatan yang tidak steril membuat patogen masuk ke dalam tulang dan berkembang biak pada jaringan yang mengalami trauma. Infeksi tulang yang berlangsung berbulan-bulan (osteomyelitis kronis) bisa polimikrobial.

Faktor penting dalam patogenesis osteomyelitis termasuk virulensi organisme penginfeksi, penyakit yang mendasari, status kekebalan tubuh inang, serta tipe, lokasi, dan vaskularitas tulang. Bakteri bisa berkontribusi pada perkembangan osteomyelitis.


Pencegahan

Infeksi yang muncul selama hari-hari purwa pasca operasi disertai dengan edema, eksudasi, dan nyeri. Penyebab infeksi ini adalah kontaminasi bakteri melalui kontak dengan benda-benda yang tidak steril. Risiko ini bisa dikurangi dengan mengikuti prinsip-prinsip asepsis.

Di samping ruang operasi yang harus bersih dan steril, protokol aseptis meliputi disinfeksi kulit perioral dengan larutan yang mengandung povidone-iodine dan alkohol, disinfeksi mukosa oral dengan 0,2% klorhexidin untuk menurunkan jumlah bakteri dalam saliva selama 4 jam, dan membersihkan sarung tangan bedah dalam air garam (salin) yang steril untuk menghilangkan debu dan kontaminan.

Langkah pencegahan juga meliputi pemberian terapi antibiotika sebelum implan dan setelah implan serta pemberian resep kebersihan mulut yang tepat di rumah dengan obat kumur yang mengandung 0,12% klorhexidin selama dua minggu pertama setelah prosedur. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan klorhexidin berkaitan dengan penurunan signifikan infeksi sebanyak 4,1% dalam kelompok test dan 8,7% dalam kelompok kontrol.

Referensi

Lambert PM, Morris HF, Ochi S. The influence of 0.12% chlorexidine digluconate rinses on the incidence of infectious complications and implant success (Pengaruh 0,12% bilasan klorhexidin diglukonat pada tingkat kejadian komplikasi dan kesuksesan implan). J Oral Maxillofac Surg. 1997;55(suppl 5):25–30.

S. Annibali, M. Ripari, G. LA Monaca, F. Tonoli, dan M.P. Cristalli. Local complications in dental implant surgery: prevention and treatment (Komplikasi lokal dalam bedah implant gigi: pencegahan dan perawatan). Oral Implantol (Rome). 2008 Apr-Jun; 1(1): 21–33.


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in