Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Osteoporosis dan implant gigi

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Penyakit tulang yang paling umum ditemui oleh dokter gigi implant adalah osteoporosis. Penyakit yang berkaitan dengan umur ini dicirikan dengan penurunan massa tulang, kondisi arsitektur mikro yang semakin merosot, dan kerentanan terhadap fraktur. Kondisi umum terjadi pada perempuan pasca-menopaus. Perubahan-perubahan yang dikarnakan oleh osteoporotis pada rahang manusia serupa pada tulang-tulang lain pada tubuh manusia.

Osteoporosis didiagnosis sebagai tingkat kepadatan mineral tulang (bone mineral density (BMD)) yang dihitung dengan pemindaian DEXA (dual-energy X-ray absorptiometry), deviasi standar 2,5 atau lebih di bawah rata-rata nilai rerata untuk  perempuan muda saras (t-score ≤ -2.5) (Kanis, et al., 2013).

Umumnya, osteoporosis dirawat menggunakan suatu kelas obat yang disebut biofosfonat. Tapi kelas obat ini menyebabkan komplikasi yang memengaruhi tulang-tulang dan mencegahnya mendapat darah yang memadai, sehingga sel-sel pada tulang tersebut mengalami nekrosis. Bila prakara ini terjadi pada tulang rahang, maka komplikasi ini dikenal sebagai osteonekrosis rahang yang terkait biofosfonat. Di samping itu, osteoporosis juga bisa dikarnakan oleh obat-obatan antiresorpsi, seperti misal RANK ligand inhibitor (denosumab), dan obat-obatan antiangiogenik.

Osteoporosis bisa menerima implan

Para peneliti berusaha mencari jawaban atas pertanyaan apakah pasien yang minum obat biofosfonat karena penyakit osteoporosis harus menanggung risiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi yang serius pada rahang ketika pasien tersebut menerima implan.

Penelitian Gaetti-Jardim et al. (2011) menyarankan bahwa perencanaan perawatan yang tepat, modifikasi geometri implan, penggunakan diameter implant yang lebih besar, akurat analisis kualitas tulang dengan tomografi, dan perawatan permukaan bisa membuat osteoporosis tidak jadi kontraindikasi bagi bedah implan.

Penelitian Giro et al. (2015) mengusulkan bahwa penelitian-penelitian yang dianalisisnya tidak menunjukkan korelasi positif antara kegagalan implan gigi dan osteoporosis. Subyek penderita osteoporosis menunjukkan tingkat sintasan implant yang serupa dengan subyek yang tidak menderita osteoporosis. Walau begitu, mereka menemukan bahwa subyek penderita osteoporosis menunjukkan tingkat kegagalan implant yang lebih tinggi ketimbang subyek tanpa osteoporosis.

Sementara itu, Elena Calciolari (2015) menyarankan agar waktu penyembuhan oseointegrasi perlu dipertimbangkan lebih lama. 

Referensi

Gaetti-Jardim EC1, Santiago-Junior JF, Goiato MC, Pellizer EP, Magro-Filho O, Jardim Junior EG. Dental implants in patients with osteoporosis: a clinical reality?. J Craniofac Surg. 2011 May;22(3):1111-3. doi: 10.1097/SCS.0b013e3182108ec9.

Gabriela Giro, Leandro Chambrone, Abrao Goldstein, Jose Augusto Rodrigues, Elton Zenóbio, Magda Feres, Luciene Cristina Figueiredo, Alessandra Cassoni, and Jamil Awad Shibli. Impact of osteoporosis in dental implants: A systematic review. World J Orthop. 2015 Mar 18; 6(2): 311–315. Published online 2015 Mar 18. doi:  10.5312/wjo.v6.i2.311

Kanis JA, McCloskey EV, Johansson H, Cooper C, Rizzoli R, Reginster JY; Scientific Advisory Board of the European Society for Clinical and Economic Aspects of Osteoporosis and Osteoarthritis, Committee of Scientific Advisors of the International Osteoporosis Foundation. European guidance for the diagnosis and management of osteoporosis in postmenopausal women. Osteoporos Int. 2013;24(1):23-57.

Elena Calciolari, DDS, MS. The effect of osteoporosis on dental treatments. https://www.implantpracticeus.com/free-ce/the-effect-of-osteoporosis-on-dental-treatments/. August 12, 2015.

 


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in