Panas bisa menggagalkan implant gigi
Panas tinggi yang timbul dari tindakan mengebor tulang (osteotomi) menyebabkan kematian sel-sel tulang. Akibatnya, jaringan tulang tidak merespon implant dan kondisi ini pasti menghasilkan kegagalan implan. Panas setinggi 47 °C atau lebih bisa menghasilkan kematian sel-sel tulang atau osteonekrosis (Eriksson & Albrektsson, 1983). Artinya, kesuksesan atau kegagalan implant ditentukan oleh kemampuan dokter untuk menghindari panas selama proses osteotomi (pengeboran tulang) (Cordioli & Majzoub Z, 1997).
Seberapa banyak panas yang dihasilkan oleh proses pengeboran tulang dipengaruhi oleh macem tulang yang dibor (Watanabe et al., 1992 & Yacker M, Klein, 1996). Misalnya, tulang kompak yang punya sedikit pasokan darah lebih lama mengusir panas sehingga panas lebih cepat naik pada macem tulang ini. Sementara itu, tulang spons punya pembuluh darah lebih banyak, lemak, dan air sehingga lebih cepat mengusir panas yang timbul. Akibatnya, tulang spons lebih lambat panas. Kegagalan implant yang terjadi pada tipe tulang D1 berkaitan dengan panas tinggi yang ditimbulkan oleh gesekan antara bor dengan tulang kortikal yang padat (Brisman, 1996).
Apabila pengeboran menghasilkan panas yang tinggi, maka pada tahap purwa masa penyembuhan, implan gigi bertemu dengan zona sel nekrotik, alih-alih bertemu dengan zona sel yang hidup. Selama "zona kematian" ini masih ada, jaringan tulang di sekitar implant tidak akan merespon implant gigi. Oseointegrasi tidak akan terjadi. Apabila zona ini ada, maka dokter perlu lebih dulu menghapus zona nekrosis ini sampai bersih dan hanya menyisakan zona sel tulang yang masih hidup. Barulah setelah itu, implant dimasukkan ke dalamnya. Tanpa kehadiran zona nekrosis, jaringan tulang yang hidup dapat merespon implant sehingga proses oseointegrasi pun dimulai.
Langkah pertama proses perbaikan tulang sangat bergantung pada unsur-unsur dalam pembuluh darah dan sel. Berikut beberapa di antaranya:
- Osteosit punya kemampuan untuk meregulasi resorpsi tulang (bone resorption) dan pembentukan tulang baru (neoformasi).
- Protein matriks tulang berfungsi sebagai molekul transduksi sinyal yang meningkatkan migrasi tulang. Protein ini meningkat setelah terjadi cedera pada jaringan. Menurut de Souza Carvalho (2011), terjadi sintesis dan pelepasan protein sek sitoplasma sel 2 – 3 menit setelah terjadinya cedera jaringan.
- Protein matriks ekstrasel berperan penting dalam proses osifikasi. Protein ini punya andil dalam meningkatkan aktivitas sel di sekitar implant dan, karenanya, punya andil dalam proses oseointegrasi (Nagai, 2002 dan Rammelt, 2004).
- Osteoprotegerin (OPG) yang terutama disekresikan oleh osteoblas adalah regulator resorpsi tulang yang langsung bekerja pada proses pemodelan ulang tulang (Crotti, 2004; Woo, 2002; Bucay et al., 1998).
- Osteocalcin diproduksi oleh osteoblas dan punya andil dalam proses mineralisasi jaringan tulang. Aksinya terjadi selama tahap purwa perbaikan tulang dan penting untuk meregulasi aktivitas osteoblas (Rammelt et al., 2005; Thorwarth, 2005; Lieberman, 2002).
Apabila proses oseointegrasi dalam masa penyembuhan berlangsung mulus tanpa gangguan, maka besar kemungkinan implant akan jadi. Pasien perlu menjaga dan berhati-hati agar implant diam tidak terganggu dan tidak bergerak sama sekali agar proses oseointegrasi ini tidak terganggu.
Referensi
Eriksson R, Albrektsson T. Temperature threshold levels for heat induced bone tissue injury: a vital-microscopic study in the rabbit (Level ambang suhu untuk panas yang diinduksi cedera jaringan tulang: penelitian mikroskopik vital pada kelinci). J Prosthet Den. 1983;50:101–107. doi: 10.1016/0022-3913(83)90174-9.
Cordioli G, Majzoub Z. Heat generation during implant site preparation: an in vitro study (Pembangkitan panas selama preparasi lokasi implan: suatu penelitian in vitro). Int J Oral Maxillofac Implantol. 1997;12:186–193.
Watanabe F, Tawada Y, Komatsu S, Hata Y. Heat distribution in bone during preparation of implant sites: heat analysis by real-time thermography (Distribusi panas pada tulang selama preparasi situs implan). Int J Oral Maxillofac Implants. 1992;7:212–219.
Yacker M, Klein M. The effect of irrigation on osteotomy: depth and bur diameter. Int J Oral Maxillofac Implants (Pengaruh irigasi pada osteotomi: kedalaman dan diameter bur). 1996;11:634–638.
Brisman D. The effect of speed, pressure, and time on bone temperature during the drilling of implant sites (Efek kecepatan, tekanan, dan waktu pada suhu tulang selama pengeboran lokasi implan). Int J Oral Maxillofac Implants. 1996;11:35–37.
de Souza Carvalho ACG, Queiroz TP, Okamoto R, Margonar R, Garcia IR, Filho OM. Evaluation of bone heating, immediate bone cell viability, and wear of high-resistance drills after the creation of implant osteotomies in rabbit tibias (Evaluasi pemanasan tulang, viabilitas sel tulang segera, dan penggunaan bor dengan resistensi tinggi setelah pembuatan osteotomi implant pada tibia kelinci). Int J Oral Maxillofac Implants. 2011;26:1193–1201.
Nagai M, Hayakawa T, Fukatsu A, et al. In vitro study of collagen coating of titanium implants for initial cell attachment (Penelitian in vitro tentang lapisan kolagen implant titanium untuk perlekatan sel awal). Dent Mater J. 2002;21:250–260. doi: 10.4012/dmj.21.250.
Rammelt S, Schulze E, Bernhardt R, et al. Coating of titanium implants with type I collagen. J Orthop Res. 2004;22:1025–1034. doi: 10.1016/j.orthres.2004.02.011.
Woo KM, Choi Y, Ko S-H, et al. Osteoprotegerin is present on the membrane of osteoclasts isolated from mouse long bones. Exp Mol Med. 2002;34:347–352. doi: 10.1038/emm.2002.49.
Crotti TN, Smith MD, Findlay DM, et al. Factors regulating osteoclast formation in human tissues adjacent to peri-implant bone loss: expression of receptor activator NFKappaB, RANK ligand and osteoprotegerin. Biomaterials. 2004;25:565–573. doi: 10.1016/S0142-9612(03)00556-8.
Bucay N, Sarosi I, Dunstan CR, et al. Osteoprotegerin-deficient mice develop early onset osteoporosis and arterial calcification. Genes Dev. 1998;12:1260–1268. doi: 10.1101/gad.12.9.1260.
Lieberman JR, Daluiski A, Einhorn TA. The role of growth factors in the repair of bone. Biology and clinical applications. J Bone Joint Surg Am. 2002;84:1032–1044.
Thorwarth M, Rupprecht S, Falk S, et al. Expression of bone matrix proteins during de novo bone formation using a bovine collagen and platelet-rich plasma (prp)—an immunohistochemical analysis. Biomaterials. 2005;26:2575–2584. doi: 10.1016/j.biomaterials.2004.07.041.
Rammelt S, Neumann M, Hanisch U, et al. Osteocalcin enhances bone remodeling around hydroxyapatite/collagen composites. J Biomed Mater Res. 2005;73:284–294. doi: 10.1002/jbm.a.30263.