Pendahuluan: Fibrin Kaya Platelet Lanjutan
Tujuan utama penelitian biomaterial dan rekayasa jaringan adalah untuk mempromosikan reaksi jaringan yang diinduksi oleh bahan dan yang mengarah ke regenerasi dan proses penyembuhan luka yang efektif di derah yang rusak. Dengan demikian, biomaterial harus berfungsi sebagai penghalang sementara untuk menutupi cacat dan meningkatkan regenerasi jaringan seraya kompatibel dengan jaringan dan, yang paling penting, bisa diterapkan secara klinis. Di bidang regenerasi jaringan, vaskularisasi memainkan peran penting karena memastikan pasokan nutrisi yang berkelanjutan dan menghilangkan produk limbah dari perancah dan derah yang ditransplantasikan.
Konsep semacam penggunaan biomaterial saja1,2 atau didahului dengan sel-sel mesenkim3 atau endothel4,5 primer yang berbeda adalah paya yang biasa untuk rekayasa jaringan yang berlaku secara klinis. Namun, konsep yang melibatkan pra kultivasi sel membutuhkan kala untuk isolasi atau kultivasi sel, serta untuk secara aseptik menangani pangintenan konstruksi yang lebih kompleks di ruang operasi. Ini menjadi tantangan besar jika ada permintaan untuk pendekatan yang cepat, kuat, dan "sederhana" melalui rekayasa jaringan berbasis sel. Jelas, kala adalah salah satu komoditas paling berharga di klinik.
Untuk memastikan metode rekayasa jaringan bisa diterapkan secara luas di bidang klinis, metode tersebut butuh modifikasi dengan cara yang tersedia dan relatif mudah digunakan dalam rutinitas klinis harian. Karena itu, langkah-langkah antara persiapan dan penerapan harus diminimalkan dan dioptimalkan agar implementasi praktis jadi realistis. Dengan demikian, tujuan keseluruhan untuk mengembangkan konsep yang sinangkan dari buana, dapat diproduksi "dekat" dengan pasien, dan akan mempercepat proses implantasi sambil secara finansial realistis bagi pasien dan sistem kesarasan.
Paya yang disebutkan di atas mengarahkan kami untuk mencari strategi baru di mana kelas baru biomaterial diwetuken dari darah autologous.6-9 Plasma yang kaya platelet (PRP) adalah perancah generasi pertama yang sinangkan dari sampel darah manusia, dan konsep ini secara luas dipelajari dan ditetapkan dengan denominator lumrah seperti penambahan antikoagulan dan serum sapi dan double / sentrifugasi.10 Penelitian komparatif menunjukkan bahwa PRP memiliki efek positif pada proses penyembuhan luka dan regenerasi jaringan.10 Namun, penambahan antikoagulan dan serum sapi membatasi penerapan klinis PRP dan membutuhkan strategi alternatif yang layak secara klinis.
Dengan tujuan meningkatkan dan merampingkan metode persiapan ini — terutama menuju biomaterial yang benihnya sel yang diwetuken dari darah pasien sendiri — dikembangkan konsep PRF.11–16 Perancah fibrin yang tidak memiliki sitotoksik apa pun ini berpotensi17 diperoleh dari 9 mL darah pasien sendiri setelah 1 langkah sentrifugasi. Faktor-faktor yang sebelumnya digunakan dalam persiapan perancah berbasis darah, seperti antikoagulan atau serum sapi, dikeluarkan dari prosedur persiapan ini, sehingga meminimalkan risiko trans-kontaminasi. Pendekatan utamanya adalah untuk menjaga metodologi tetap nyaman dan berlaku untuk penggunaan klinis.11-16 Jaringan fibrin tiga dimensi mampu meniru matriks ekstraseluler dalam prakara strukturnya,18-19 yang menciptakan lingkungan bagi sel agar berfungsi secara optimal.
PRF Choukroun diturunkan dari darah manusia dan mengandung berbagai sel darah — termasuk trombosit, B-limfosit, T-limfosit, monosit, sel induk, dan granulosit neutrofilik — serta faktor pertumbuhan.20,21 Keuntungan utama yang didapat dari metode ini adalah persiapannya sederhana. Proses sentrifugasi mengaktifkan proses koagulasi dan sebagai dampaknya bekuan terbentuk. Gumpalan darah ini terdiri dari jaringan fibrin 3 dimensi di mana trombosit dan sel darah lainnya terperangkap. Pelepasan faktor pertumbuhan dari bekuan PRF dimulai 5 hingga 10 menit setelah pembekuan dan berlanjut selama setidaknya 60 hingga 300 menit.21,22 Beberapa penelitian dengan PRF Choukroun telah menunjukkan potensi regenerasi jaringan dari perancah 3 dimensi yang diisi sel ini. Menariknya, perancah ini juga merupakan pembawa untuk sel-sel mesenkhim. Ling He et al mampu menunjukkan bahwa macam sel yang berbeda, seperti osteoblas tikus, dapat berdiferensiasi dan berkembang biak ketika dikultur pada PRF yang kaya leukosit (L-PRF). Perbedaan dan tingkat proliferasi diselidiki dalam prakara TGF-β, PDGF-AB, dan ALP pada 5 titik kala. Penelitian ini menunjukkan pelepasan TGF-β1 dan PDGF-AB yang lambat namun konstan serta aktivitas ALP.23
Penelitian eksperimental lebih lanjut menunjukkan bahwa bahkan pra-keratinosit dermal, fibroblas gingiva manusia, pra-adiposit, dan osteoblas maksilofasial nandhang diferensiasi dan berkembang biak dengan PRF Choukroun. Sel-sel pulpa gigi juga dapat tumbuh dan nandhang “diferensiasi” lebih lanjut pada perancah fibrin.24 Selain pendekatan eksperimental yang diwedhar di atas, uji klinis kelayakan bahan tersebut juga diuji. Mazor et al menunjukkan bahwa biopsi dari area augmentasi / implant yang dilakukan 6 bulan setelah implantasi mengungkapkan pembentukan tulang baru, sehingga menyoroti peluang potensi osteo-induktifnya.25
Meskipun penelitian yang disebutkan di atas menggarisbawahi potensi PRF yang cukup besar sehubungan regenerasi jaringan dan aplikasi klinis, masih belum jelas bagaimana sel-sel didistribusikan dalam tipe perancah ini bergantung pada kala dan kecepatan sentrifugasi yang berbeda-beda (yaitu, gaya sentrifugasi kumulatif). Penelitian ini bertujuan untuk menilai secara histologis dan histomorfometrik pola distribusi sel gumpalan fibrin dengan menerapkan protokol PRF (S-PRF) standar dengan kala sentrifugasi 12 menit dan 2700 rpm serta PRF canggih baru (A-PRF) protokol dengan kala sentrifugasi 14 menit dan 1500 rpm.