Aspek yang paling kritis dari penanaman implan gigi adalah posisi apiko-koronal. Kekurangan jaringan dalam dimensi ini bisa dihasilkan dari beberapa faktor. Tipe jaringan ini perlu ditangani secara khusus selama perencanaan perawatan. Karena grafting jaringan lunak dan jaringan keras itu rumit, maka pasien-pasien yang memerlukan prosedur ini dimasukkan dalam grup berisiko tinggi.

Penyusutan tulang kerapkali mengikuti gigi copot. Kesenjangan antara level tulang pada bakal lokasi implant dan level gigi gigi yang berdekatan sangat perlu untuk dievaluasi. Perbedaan jarak yang terlalu besar menandakan adanya risiko bagi kesarasan jaringan periodontal dan peri-implan. Untuk mengatasi prakara ini, dokter perlu mempertimbangkan rekonstruksi ridge sebelum penanaman implant gigi.

Penempatan posisi implant pada arah apiko-koronal adalah perbedaan vertikal antara permukaan oklusal implant dan puncak tulang septa pada arah proksimal terhadap gigi yang berdekatan, hasil estetika yang paling bagus muncul ketika perbedaan ini minimal.

Dalam rangka memperoleh posisi apiko-koronal implan yang sesuai, penggunakaan lilin diagnostik perlu diselesaikan dan berdasarkan diagnosis ini panduan bedah dibuat. Profil yang muncul dan bentuk restorasi direproduksi pada panduan dipakai untuk memverifikasi posisi implant kala pemasangan.

Gigi seri tengah rahang atas diukur dengan rata-rata 7-8 mm pada arah mesiodistal dan 6 mm pada arah fasio-lingual pada munculan dari jaringan lunak. Implan r mm perlu dipasang 3-4 mm pada arah apikal terhadap margin gingiva gigi kontra lateral guna memungkinkan kemunculan restorasi dengan profil natural.

Jarak vertikal 3-4 mm diperlukan untuk transisi bertahap dari diameter 4 mm platform implant ke dimensi 7-8 mm pada margin gingiva. Jika gigi seri lateral diganti, implant tidak harus dipasang pada arah yang begitu apikal karena diameter rata-rata mahkota pada margin gingiva adalah 5 mm dan hanya perlu sedikit ruang untuk transisi. (Bersambung)