Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

PENILAIAN PENGARUH TERAPI FOTODINAMIK PADA PENGOBATAN PERIODONTITIS SEDANG SAMPAI BERAT: STUDI PERCOBAAN KLINIS ACAK

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Babak Amoian, Aida Mirzaee & Seyed Mostafa Hosseini
Departemen Periodontologi dan Pusat Penelitian Kesarasan Mulut, Sekolah Kedokteran Gigi, Ilmu Medis Universitas Babol, Iran
Departemen Periodontologi, Sekolah Kedokteran Gigi Babol, Ilmu Medis Universitas Babol, Babol, Iran
Departemen Mikrobiologi, Fakultas kesarasan, Ilmu Medis Universitas Hamadan, Hamadan, Iran
Korespondensi: Aida Mirzaee, Mahasiswa Pascasarjana, Departemen Periodontologi, Sekolah Kedokteran Gigi Babol, Ilmu Medis Universitas Babol, Babol, Iran. E-mail: ida.mirzaee65@gmail.com Diterima: 5  Juni 2016 Disetujui: 20 Juli 2016 Dipublikasi Online: 5 Agustus 2016doi:10.5539/gjhs.v9n4p83 URL: http://dx.doi.org/10.5539/gjhs.v9n4p83

Abstrak:

Latar Belakang dan Tujuan : terapi fotodinamik adalah cara pengobatan non-invasif terlokalisasi untuk penyakit periodontal. Beberapa bukti menunjukkan bahwa teknik ini efektif dalam meningkatkan hasil pengobatan. Penelitian ini membandingkan efek terapi fotodinamik dengan dan tanpa scaling dan root planing serta root planing saja pada parameter klinis periodontitis kronis.

Alat dan Metode : Dalam percobaan klinis acak single-blind, 30 pasien periodontitis kronis (10 untuk masing-masing cara) dipilih dan 3 metode berbeda; terapi fotodinamik (kelompok 1) saja oleh sistem FotoSan 630, scaling dan root planing (SRP) saja (kelompok 2), scaling dan root planing dikombinasikan dengan terapi fotodinamik (kelompok 3) dilakukan secara acak. Parameter klinis probing pocket depth (PPD), bleeding on probing (BOP), dan clinical attachment level (CAL) diukur pada garis dasar dan 3, 6, 12 minggu kemudian. Varian tes analisis satu sisi digunakan untuk menganalisis PPD dan CAL di antara kelompok pengobatan dalam setiap jangka waktu kala pasangan perbandingan dilakukan dengan menggunakan tes Dunnett. Kelompok pengobatan tersebut dianalisis secara statis dengan tes chi-square tentang BOP.

Hasil : sebelum pengobatan; tidak ada perbedaan signifikan yang diamati di antara metode pengobatan mengenai parameter klinis; sedangkan perbedaannya terlihat pada 3 minggu (p<0.0001 untuk PPD dan CAL; p<0.001 untuk BOP); 6 minggu (p<0.0001 untuk PPD dan CAL, p<0.002 untuk BOP); dan 12 minggu setelah pengobatan (semua: p<0.0001). Nilai paling sedikit dari PPD dan CAL dan frekuensi paling banyak pada status non-pendarahan di probing diukur dengan metode PDT + SRP pada 3, 6, dan 12 minggu setelah pengobatan.

Kesimpulan : Terapi fotodinamik mendukung parameter klinis dari periodontitis serupa dengan SRP; Namun, PDT dikombinasikan dengan SRP menunjukkan hasil yang lebih baik daripada yang menggunakan SRP saja. Oleh karena itu, PDT yang dikombinasikan dengan SRP dapat digunakan untuk meningkatkan hasil paremeter klinis periodontitis dibandingkan dengan SRP saja dalam jangka pendek.

Kata kunci : terapi fotodinamik, periodontitis, dental scaling, root planing

  1. Pengantar

Periodontitis adalah penyakit multifaktor yang dimulai dan berkembang dari kerusakan jaringan pendukung seperti ligamen periodontal dan tulang alveolar di sekitar gigi. Kebersihan mulut yang buruk, merokok, konsumsi alkohol, stres, dan diabetes adalah beberapa faktor resiko yang mempengaruhi penyakit ini (Lindhe, Westfelt, Nyman, Socransky, & Haffajee, 1984). Tujuan pengobatan periodontal adalah untuk menghilangkan biofilm dari permukaan akar dan untuk menghentikan proses peradangan melalui pengurangan jumlah mikroorganisme patogen di daerah-daerah ini. Keberhasilan pengobatan tersebut bergantung pada keefektifan menghilangkan biofilm dan lapisan smear yang mengandung bakteri, endotoksin, dan akar sementum yang terinfeksi (Lindhe et al., 1984; Ramfjord et al., 1987).

Terdapat bukti-bukti yang mengusulkan bahwa pengobatan non-bedah seperti scaling dan root planing dapat meningkatkan nilai dari beberapa parameter klinis dan mikroba (Lindhe et al., 1984; Ramfjord et al., 1987). Namun, scaling dan root planing sub dan supragingiva tidak bisa sepenuhnya menghilangkan patogen periodontal yang terletak di area dalam sekitar gigi dan tidak mencegah bakteri menyebar ke dalam jaringan lunak periodontal. Lagipula, penggunaan pengobatan semacam ini mungkin membantu bakteremia dan endotoksemia untuk berkembang (Giannelli, Formigli, Lorenzini, & Bani, 2015). Sebagai pengobatan tambahan, beberapa sistem laser dengan berbagai macam panjang gelombang, seperti Er, dioda, Cr: YSGG, Nd: YAG, dan Er: YAG, telah direkomendasikan untuk mengobati penyakit periodontal. Selain itu, laser tingkat rendah dengan agen photosensitizing telah dianggap sebagai teknik yang berguna untuk berperang melawan kontaminasi bakteri di dalam poket periodontal. Teknik ini dikenal dengan terapi fotodinamik antimikroba (a-PDT) (Chan & Lai, 2003; O’Neill, Hope, & Wilson, 2002).

Dalam teknik ini, pada awalnya, agen photosensitizing disuntikkan ke area yang diinginkan, kemudian, area tersebut di sinari dengan spesifik sinar cahaya, dan dibawah pengaruh cahaya LED fotosensitizer akan membangkitkan dan memperoleh watak racun melawan patogen target dan pungkasan menonaktifkan atau membunuhnya. Fotosensitizer harus memenuhi beberapa kriteria untuk digunakan dalam teknik ini; mengikat patogen secara selektif, kemampuan menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar, mempunyai efek tidak beracun pada permukaan mukosa dan jaringan yang terletak di sekitar area target, dan tidak menimbulkan bahaya bagi orang yang menggunakannya adalah beberapa kriterianya.  Methylene blue memenuhi kriteria tersebut dan merupakan satu dari senyawa yang digunakan secara luas dalam prakara ini. Faktor lain yang harus diperhitungkan dalam penggunaan teknik ini yaitu panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk membangkitkan fotosensitizer. Setiap senyawa hanya bisa dibangkitkan dengan panjang gelombang tertentu, sebaliknya ia tidak mampu mengantarkan radikal bebas dan tidak akan ada pengobatan. Jadi, panjang gelombang dari sumber cahaya harus dipilih berdasarkan watak kimia fotosensitizer (Andersen, Loebel, Hammond, & Wilson, 2007).

Teknik ini mempunyai beberapa manfaat: ia mampu menghilangkan bakteri dalam waktu singkat; tidak membahayakan jaringan disekitarnya; memungkinkan kita untuk mengakses dan mendesinfeksi area dengan struktur anatomi yang kompleks; mengurangi kemungkinan bakteremia pada pasien dengan sedikit imun; mengurangi sensitivitas dentine setelah root planing; sebagai metode non-bedah, tidak ada rasa sakit atau bengkak setelah pengobatan; dan biaya yang terjangkau (Garcez et al., 2007; Hope & Wilson, 2006).

Berdasarkan manfaat yang disebutkan tadi, dapat dihipotesiskan bahwa jika PDT secara positif mampu mempengaruhi pengobatan penyakit periodontal, dapat digunakan, bersama teknik lain seperti scaling dan root planing, sebagai pengobatan tambahan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan pengobatan penyakit periodontal. Namun, meskipun telah ada beberapa laporan menyarankan kegunaan a-PDT untuk mengobati penyakit tersebut, hasil studi yang dilakukan pada area ini bertentangan dalam beberapa kasus. Inkonsistensi ini dapat dikarnakan oleh beberapa variabel yang mempengaruhi hasil pengobatan, seperti sistem laser yang berbeda dengan intensitas cahaya yang berbeda, variasi waktu pemaparan, dan agen fotosensitizing yang berbeda. Demikian juga, macem dan tingkat keparahan penyakit, jumlah sesi perawatan, dan perbedaan kemampuan masing-masing spesialis yang melakukan pengobatan adalah faktor lain yang bisa mempengaruhi keberhasilan pengobatan (Fontana et al., 2009).

Maka perlu untuk melakukan lebih banyak penelitian di area ini untuk menilai dan membandingkan pengaruh variabel seperti itu. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh 3 metode; fotodinamik saja, scaling dan root planing saja, terapi fotodinamik dikombinasikan dengan scaling dan root planing untuk mengobati periodontitis sedang sampai berat.

  1. Metode

2.1 Peserta dan Persyaratan

Dalam single-blind terkontrol, uji klinis acak, 30 pasien yang didiagnosis periodontitis kronis sedang sampai berat, dikonfirmasi oleh periodontis, dipilih untuk dinilai. Ukuran sampelnya yaitu ditentukan berdasarkan beberapa penelitian serupa (Alwaeli, Al-Khateeb, & Al-Sadi, 2015; Andersen et al., 2007). Clinical Attachment Level (CAL) adalah parameter utama yang digunakan oleh periodontis untuk mendiagnosa penyakit periodontal. Parameter diukur menggunakan pemeriksaan periodontal, dan kasus dengan CAL lebih dari 4 mm dianggap sebagai periodontitis sedang sampai berat.

Perlu dicatat bahwa semua pasien dirujuk ke fakultas kedokteran gigi ilmu medis universitas Babol, Babol, Iran, diuji dan dimasukkan ke dalam penelitian jika mereka memenuhi kriteria inklusi penelitian (Rasolabadi et al., 2015). Kriteria inklusinya adalah sebagai berikut; usia diatas 18 tahun, memiliki lebih dari 20 gigi saras, mempunyai setidaknya area dengan kedalaman poket 4 mm atau lebih di setidaknya 2 kuadran mulut dengan bleeding on gentle probing, dan pasien yang mempunyai nilai indeks plak kurang dari 30% (sebelum mengukur variabel yang diinginkan, pasien akan disatukan sesuai dengan indeks bakteri plak). Selain itu, pengecualian kriteria pada penelitian adalah sebagai berikut; kehamilan, menerima scaling dan root planing, atau terapi antibiotik selama 6 bulan pungkasan sebelum dimulainya penelitian, sejarah restorasi subgingiva yang luas, crown, gigi palsu sebagian dan implan, merokok, dan menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi status periodontal pasien.

30 peserta secara acak dibagi menjadi 3 kelompok. Dalam prakara ini, pertama setiap pasien diberi label dengan nomor 1 sampai 30 berdasarkan urutan di mana mereka dirujuk untuk pengobatan, kemudian, menggunakan fungsi RANDBETWEEN pada Microsoft Excel (Office 2013; Microsoft Corporation, Seattle, Washington) serangkaian nomor acak dalam rentang ini dihasilkan. Terakhir, 10 nomor pertama berada di kelompok 1 dan diobati dengan terapi fotodinamik saja, 10 nomor kedua berada di kelompok 2 dan diobati dengan metode scaling dan root planing, dan 10 nomor pungkasan berada di kelompok 3 dan diobati dengan kedua metode yaitu terapi fotodinamik berdampingan dengan scaling dan root planing.

2.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk menilai efektivitas dari 3 prosedur pengobatan berbeda adalah sebagai berikut;

Probing pocket depth (PPD); panjang antara margin gingiva ke dasar sulkus gingiva dalam milimeter (Carranza & Newman 1996).

Bleeding on probing (BOP); ada atau tidak adanya bleeding on probing setelah 30 detik di dalam bukal dan daerah lingual (Carranza & Newman, 1996).

Clinical Attachment Level (CAL); panjang antara CEJ dan dasar sulkus gingiva dalam milimeter.

Perlu disebutkan bahwa ketiga kelompok disatukan berdasarkan variabel-variabel tersebut (Carranza & Newman, 1996).

2.3 Prosedur

Seperti yang disebutkan sebelumnya, terapi fotodinamik adalah satu-satunya metode yang digunakan untuk mengobati pasien di kelompok 1. Fotosensitizer yang digunakan dalam prakara ini yaitu methylene blue (MERCK, Jerman) dengan konsentrasi 10mg/ml. Larutan disuntikkan ke dalam poket periodontal menggunakan semprotan insulin selama sedikitnya 60 detik (Gambar 1). Pada langkah berikutnya, menurut pedoman yang diterbitkan oleh pabrik, poket periodontal dicuci dengan air yang sudah disaring. Kemudian, gunakan FotoSan 630 (CMS dental, panjang gelombang: nm630, power: 2000-4000mw/cm2) dan 15 mm Perio tip seluruh poket periodontal disinari selama setidaknya 30 detik pada tiap sisi dari; bukal dan lingual (Gambar 2). Karena sinar seragam yang disediakan oleh sistem FotoSan (CMS dental, Denmark), maka memungkinkan untuk menyinari semua poket periodontal secara merata. Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan prosedur ini. Untuk mengobati pasien kelompok 2 dan 3, scaling dan root planing dilakukan dalam 2 sesi oleh dokter yang terampil. Pertama-tama, scaling dilakukan dengan menggunakan perangkat ultrasonik (LED DTE D5, WoodPecker, China) dan sebuah dental handpiece ultrasonik (DTE HD-7L, Zhengzhou Smile Dental Equipment Co., Ltd.). Selanjutnya, untuk root planing dan pembersihan sisa calculi, gracey curette khusus digunakan. Selain itu, pada kelompok 3, terapi fotodinamik dilakukan segera setelah proses scaling dan root planing.

[caption id="attachment_8515" align="aligncenter" width="150"]Suntikan fotosensitizer ke dalam poket periodontal Gambar 1. Suntikan fotosensitizer ke dalam poket periodontal[/caption]

 

[caption id="attachment_8514" align="aligncenter" width="150"]Gambar 2. Penyinaran poket periodontal menggunakan pancaran sinar perio tip Gambar 2. Penyinaran poket periodontal menggunakan pancaran sinar perio tip[/caption]

 

Semua variabel yang dijelaskan pada bagian sebelumnya diukur sebelum menerapkan pengobatan. Setelah mengobati peserta dengan 3 prosedur berbeda, variabel-variabel tersebut diukur kembali dalam 3 jangka waktu; di 3 minggu, 6 minggu, dan 12 minggu setelah pengobatan. Jangka waktu ini dipilih menurut penelitian sebelumnya (Alwaeli et al., 2015; Andersen et al., 2007). Serangkaian pemeriksaan, untuk mengukur variabel yang diinginkan, dilakukan oleh dokter yang tidak mengetahui macem pengobatan mana yang digunakan untuk setiap pasien.

2.4 Analisis Statistik

Paket perangkat lunak versi IBM SPSS digunakan untuk melaksanakan tes statistik. Statistik deskriptif digunakan untuk mewakili rata-rata dan standar deviasi variabel sebelum dan sesudah pengobatan. Normalitas data diselidiki menggunakan tes Kolmogorov-Sminov. Selain itu, nilai PPD dan CAL di jangka waktu berbeda antara sebelum dan sesudah pengobatan dibandingkan satu sama lain menggunakan analisis varians (ANOVA) dan tes post hoc Dunnett. Tes Chi-square diaplikasikan untuk menganalisis data berkaitan dengan BOP. Untuk menilai kecenderungan perubahan di berbagai jangka waktu ANOVA, pengukuran berulang, dan tes McNemar digunakan. Semua tes statistik dilakukan pada tingkat signifikansi 0.05.

2.5 Masalah Etis

Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik universitas. Penelitian ini juga telah terdaftar di pendaftaran uji klinis Iran dengan kode “IRCT201512251760N44”. Selain itu, seluruh pasien menandatangani perjanjian persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

  1. Hasil

Penelitian ini dilakukan pada 30 pasien yang menderita periodontitis kronis sedang sampai berat. Pasien secara acak dikategorikan menjadi 3 kelompok. Karakteristik demografis dari kelompok-kelompok ini dirangkum dalam tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik demografis tiap kelompok

Kelompok

Jumlah pasien dalam Kelompok

Rata-rata usia (SD)

Rentang (tahun)

Laki-laki

Perempuan

Total

dari

ke

Kelompok 1

4

6

10

39.0 (6.54)

28

50

Kelompok 2

5

5

10

36.4 (7.12)

26

45

Kelompok 3

3

7

10

30.6 (5.73)

24

43

Setelah pemeriksaan dan penggolongan pasien, untungnya, tidak ada kekurangan dan semua pasien menyelesaikan penelitian ini. Selain itu, 192 situs gigi dinilai sebelum dan setelah melakukan 3 proses pengobatan yang berbeda. Tabel 2 menunjukkan data yang diperoleh untuk PPD. Nilai rata-rata dan standar deviasi variabel ditunjukkan pada tabel ini pada berbagai jangka waktu baik sebelum dan sesudah pelaksanaan metode pengobatan. Hasil tes ANOVA pada tiap titik waktu ditunjukkan di kolom paling kanan dari tabel ini. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok mempunyai status yang sama dalam prakara PPD sebelum pengobatan, namun, setelah dilakukan 3 metode pengobatan, nilai PPD untuk semua metode pengobatan meningkat secara konsisten. Hasil tes pengukuran berulang ANOVA juga ditunjukkan pada baris pungkasan dalam tabel yang menekankan pada perubahan signifikan variabel dari waktu ke waktu (P-value=0.001). dari tabel ini, lagipula, kita dapat menyimpulkan jika menggunakan scaling dan root planing (SRP) memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan terapi fotodinamik terapi (PDT) dan penggunaan PDT dan SRP mempunyai hasil yang lebih baik daripada yang diperoleh dari PDT atau SRP secara terpisah.

Tabel 2. Hasil penelitian variabel probing pocket depth (PPD)

Jarak Waktu

Jenis pengobatan

P-value

PDT (mm)

SRP (mm)

PDT+SRP (mm)

Sebelum pengobatan

4.64±1.79

4.84±2.11

4.81±2.11

0.258

3 minggu setelah pengobatan

3.24±1.47

2.64±1.33

2.31±1.37

<0.001

6 minggu setelah pengobatan

2.9±1.41

2.19±1.23

1.56±1.09

<0.001

12 minggu setelah pengobatan

2.9±1.44

1.93±1.07

1.48±0.96

<0.001

p-value

<0.001

<0.001

<0.001

 

Tabel 3. Juga menunjukkan data terkait CAL yang diperoleh dari penelitian ini. Hasil tes ANOVA pada tiap titik waktu ditunjukkan di kolom paling kanan dari tabel ini. serupa dengan PPD, dapat diamati jika 3 kelompok mempunyai kondisi serupa dalam prakara variabel ini sebelum pelaksanaan pengobatan (P-value=0.311). Namun, menerapkan gabungan 2 pengobatan (PDT dan SRP) pada pasien meningkatkan nilai variabel-variabel secara signifikan (P-value<0.05). menurut tes pengukuran berulang ANOVA (P-value ditunjukkan pada baris pungkasan dari tabel ini), semua metode pengobatan meningkatkan CAL secara konsisten dari waktu ke waktu (P-value<0.05). Selanjutnya, dapat disimpulkan dari tabel jika menggunakan 2 teknik yaitu PDT dan SRP berdampingan satu sama lain mempunyai hasil yang lebih baik daripada yang kita peroleh ketika menggunakan masing-masing dari mereka saja.

Tabel 3. Hasil penelitian variabel Clinical Attachment Level (CAL)

Jangka waktu

Jenis pengobatan

P-value

PDT (mm)

SRP (mm)

PDT+SRP (mm)

Sebelum pengobatan

4.63±1.52

4.81±1.76

4.55±1.82

0.311

3 minggu setelah pengobatan

3.54±1.31

3.74±1.6

3.13±1.51

<0.001

6 minggu setelah pengobatan

3.1±1.34

3.23±1.56

2.43±1.38

<0.001

12 minggu setelah pengobatan

3.28±1.4

2.88±1.47

2.15±1.19

<0.001

p-value

<0.001

<0.001

<0.001

 

Hasil berkaitan dengan BOP juga ditunjukkan di tabel 4. Sama seperti 2 variabel sebelumnya, tidak ada perubahan signifikan antara 3 kelompok sebelum pengobatan (P-value=0.07). Kita juga melihat bahwa mengaplikasikan gabungan 2 pengobatan (PDT dan SRP) meningkatkan nilai index dari waktu ke waktu secara konsisten. Menggunakan SRP mempunyai hasil yang lebih baik daripada PDT di semua jangka waktu kecuali 3 minggu pertama. Selain itu, menggunakan kedua PDT dan SRP bersama-sama sejauh ini merupakan metode yang paling berhasil dalam mengobati penyakit tersebut.

Tabel 4. Hasil penelitian variabel BOP

Jangka waktu

Jenis pengobatan

P-value

PDT (mm)

SRP (mm)

PDT+SRP (mm)

Sebelum pengobatan

64 (100%)

61 (100%)

62 (96.9%)

0.07

3 minggu setelah pengobatan

21 (32.8%)

29 (43.9%)

9 (14.3%)

<0.001

6 minggu setelah pengobatan

20 (31.3%)

10 (15.2%)

5 (7.8%)

<0.001

12 minggu setelah pengobatan

36 (56.3%)

26 (39.4%)

1 (1.6%)

<0.001

p-value

<0.001

<0.001

<0.001

 

  1. Diskusi

Penelitian ini ditetapkan untuk menilai keefektifan ketiga metode pengobatan, SRP, PDT, dan kombinasi SRP dan PDT dalam menangani periodontitis kronis. 30 pasien dipilih dan dikelompokkan dalam 3 kelompok. Keefektifan metode pengobatan dinilai menggunakan 3 indeks, termasuk PPD, CAL, dan BOP. Hasil penelitian mengungkapkan jika ketiga kelompok pasien secara statistik serupa dalam prakara 3 indeks ini. Namun, setelah pelaksanaan metode pengobatan, perbedaan signifikan dinilai diantara mereka. Ketiga modalitas pengobatan mempunyai pengaruh signifikan pada index yang dievaluasi di penelitian kali ini.

Hasil keseluruhan penelitian ini menegaskan jika menggunakan SRP dan PDT secara berdampingan lebih efektif daripada ketika kita menggunakan salah satunya saja (Sgolastra, Petrucci, Gatto, Marzo, & Monaco, 2013) melakukan penelitian pada area ini dan menilai keefektifan PDT sebagai tambahan SRP. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kombinasi PDT dan SRP adalah metode yang lebih disukai dalam menangani periodontitis kronis yang kesepakatannya diperoleh dari penelitian ini. Selain itu, keunggulan PDT yang dikombinasikan dengan SRP dibanding SRP saja juga telah ditunjukkan oleh (Alwaeli et al., 2015). Dalam prakara yang sama, (Birang, Shahaboui, Kiani, Shadmehr, & Naghsh, 2015) menjelaskan bahwa menggunakan PDT sebagai tambahan SRP akan meningkatkan keseluruhan hasil pengobatan.

Salah satu keterbatasan utama dalam penelitian ini adalah pengaruh metode pengobatan yang dinilai hanya dalam jangka waktu pendek. Masalah yang sama juga diamati dari kebanyakan penelitian yang dilakukan pada area ini.

Namun, telah ada penelitian yang menjelaskan jika menggunakan PDT setelah SRP tidak memberikan peningkatan. Seperti contoh, (Pourabbas et al., 2014) menggunakan PDT dengan sistem laser 638 nm dan toluidine blue sebagai agen fotosensitizer pada pasien penderita periodontitis kronis untuk meningkatkan pengobatan SRP tetapi mereka tidak menemukan kemajuan apapun selama 3 bulan berikutnya.

Pengaruh positif PDT pada hasil pengobatan mungkin dikarenakan oleh kemampuannya dalam menghancurkan patogen dengan membangkitkan reaksi tipe 1 (dimulai dari super oksidase, hidroksil anionik, dan radikal bebas) dan reaksi tipe 2 (dimulai dari oksigen singlet). Spesies oksigen reaktif secara terbalik dapat menonaktifkan bakteri dengan mengubah watak protein mereka, merusak rantai pernafasan, dan mengubah asam nukleatnya (Braun, Dehn, Krause, & Jepsen, 2008; Fontana et al., 2009; Wainwright, 1998). Bakteri periodontopatogenik mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal dan harus dipertimbangkan bahwa mereka mungkin tetap aktif setelah pengaplikasian metode SRP dan melanjutkan aktivitas perusakan mereka pada jaringan-jaringan ini, jadi mungkin diperlukan penggunaan teknik pengobatan lain setelah yang utama.

Efisiensi PDT tergantung pada beberapa faktor; daya output sistem laser dan konsentrasi agen fotosensitizer adalah beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan di daerah ini. Kebanyakan peneliti telah menggunakan sistem laser dioda pada penelitiannya, namun, mereka tidak memperjelas macem agen fotosensitizer mana yang memberikan hasil yang lebih baik, daya output mana yang lebih efektif, dan berapa lama waktu optimal penyinaran. Secara logis, variabel-variabel ini berperan dalam hasil purna pengobatan. Selain itu, menerapkan PDT beberapa kali berturut-turut akan menghasilkan hasil yang lebih baik daripada mengaplikasikannya sekali. Dalam prakara ini, (Soukos & Goodson, 2011) menunjukkan bahwa menerapkan PDT 5 kali per 2 minggu mungkin meningkatkan hasil pengobatan.

Sistem laser dioda yang digunakan di PDT mungkin menghasilkan panjang gelombang yang dapat diserap oleh hemoglobin dan akan memproduksi hemoglobin yang teroksigenasi dan melanin; fenomena ini terjadi ketika panjang gelombang yang diproduksi oleh sistem laser termasuk wilayah inframerah (Moritz et al., 1998). Mekanisme kerja terapi laser tingkat rendah mencakup keterlibatan penerima optik dalam rantai pengangkut elektron pada membran mitokondria. Penyerapan cahaya menyebabkan aktivasi rantai pernafasan jangka pendek dan memicu sintesis senyawa asam nukleat (Yu, Naim, & Lanzafame, 1997). Penyinaran laser tingkat rendah mempunyai efek tambahan pada proliferasi fibroblas, meningkatkan jumlah sel dengan menginduksi sekresi dari faktor pertumbuhan, dan meningkatkan diferensiasi fibroblas ke myofibroblas (Kreisler, Christoffers, Al-Haj, Willershausen, & d’Hoedt, 2002), semua proses ini dapat efektif dalam mengobati penyakit periodontal.

Meskipun PDT terbukti menjadi teknik yang efektif dalam mengobati penyakit periodontal, ia bisa membahayakan jaringan sekitar karena efek panasnya. Penggunaan sistem laser dioda daya rendah telah terindikasi menyebabkan setidaknya efek samping yang merugikan (Schoop et al., 2004), contohnya, (Nagayoshi et al., 2011) melaporkan bahwa penyinaran dengan sistem laser semacam itu dengan daya 5 watts selama sepanjang 60 detik menyebabkan kenaikan suhu disekitar jaringan sama dengan 5 derajat celcius (Nagayoshi et al., 2011).

Dalam penelitian ini, cahaya yang dipancarkan dari LED dengan panjang gelombang 630 nm dan daya 2000-4000mw/cm2 disediakan oleh perangkat PhotoSan 630. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Chondros et al., 2009) dan (Christodoulides et al., 2008), laser dioda dengan panjang gelombang 630 nm dan daya output 75 mwatt digunakan. Namun, panjang gelombang 660 nm diterapkan oleh (Alwaeli et al., 2015). Kelemahan utama sistem laser berbasis dioda adalah efek samping  pada jaringan disekitarnya yang merugikan. Sistem-sistem ini harus diterapkan hanya oleh dokter gigi berpengalaman. Sebaliknya, dalam penelitian ini cahaya LED yang digunakan tidak mempunyai efek samping dan lebih penting lagi, ia bisa diaplikasikan bahkan oleh asisten tanpa banyak pengalaman.

Agen fotosensitizer yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu methylene blue dengan konsentrasi 10mg/ml. Agen tersebut mampu menyerap rentang panjang gelombang yang luas dan setelah aktivasi sangat efektif untuk menonaktifkan bakteri, virus, dan jamur (Zanin, Goncalves, Junior, Hope, & Pratten, 2005). Agen tersebut, terlebih lagi, telah banyak digunakan pada beberapa penelitian seperti studi yang dilakukan oleh (Giannelli, Formigli, Lorenzini, & Bani, 2012).

  1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari penelitian kali ini jika PDT dan SRP, ketika digunakan terpisah, menghasilkan hasil yang sama dalam prakara kemampuannya menangani periodontitis kronis. Namun, ketika mereka diterapkan berdampingan satu sama lain, hasil pengobatan meningkat dan hasil yang lebih baik tercapai. Karena itu, sangat disarankan jika PDT, sebagai pengobatan non-agresif, harus digunakan setelah penerapan pengobatan lain seperti scaling dan root planing.

Rekomendasi untuk Penelitian yang akan Datang

Disarankan untuk penelitian mendatang untuk menyelidiki pengaruh fotosensitizer lain selain methylene blue. Selain itu, daya output laser dan beragam panjang gelombang bisa menjadi subjek di penelitian mendatang. Sebagai tambahan, pengaruh PDT jangka panjang adalah faktor lain yang harus dievaluasi di penelitian selanjutnya.

Ucapan Terima Kasih

Para penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ilmu medis Universitas Babol untuk dukungan finansial dibawah skema tesis Kedokteran Gigi.

Pernyataan Minat Bersaing

Para penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan mengenai publikasi artikel ini.

Referensi

Alwaeli, H. A., Al-Khateeb, S. N., & Al-Sadi, A. (2015). Long-term clinical effect of adjunctive antimicrobial photodynamic therapy in periodontal treatment: A randomized clinical trial. Lasers in medical science, 30(2), 801-807. http://dx.doi.org/10.1007/s10103-013-1426-y

Andersen, R., Loebel, N., Hammond, D., & Wilson, M. (2007). Treatment of periodontal disease by

photodisinfection compared to scaling and root planing. Journal of Clinical Dentistry, 18(2), 34.

Birang, R., Shahaboui, M., Kiani, S., Shadmehr, E., & Naghsh, N. (2015). Effect of Nonsurgical Periodontal Treatment Combined With Diode Laser or Photodynamic Therapy on Chronic Periodontitis: A Randomized Controlled Split-Mouth Clinical Trial. Journal of lasers in medical sciences, 6(3), 112. http://dx.doi.org/10.15171/jlms.2015.04

Braun, A., Dehn, C., Krause, F., & Jepsen, S. (2008). Short-term clinical effects of adjunctive antimicrobial photodynamic therapy in periodontal treatment: A randomized clinical trial. Journal of Clinical Periodontology, 35(10), 877-884. http://dx.doi.org/10.1111/j.1600-051X.2008.01303.x

Carranza, F. A., & Newman, M. G. (1996). Clinical periodontology: WB Saunders Company.

Chan, Y., & Lai, C.-H. (2003). Bactericidal effects of different laser wavelengths on periodontopathic germs in photodynamic therapy. Lasers in medical science, 18(1), 51-55. http://dx.doi.org/10.1007/s10103-002-0243-5

Chondros, P., Nikolidakis, D., Christodoulides, N., Rössler, R., Gutknecht, N., & Sculean, A. (2009).

Photodynamic therapy as adjunct to non-surgical periodontal treatment in patients on periodontal maintenance: A randomized controlled clinical trial. Lasers in medical science, 24(5), 681-688. http://dx.doi.org/10.1007/s10103-008-0565-z

Christodoulides, N., Nikolidakis, D., Chondros, P., Becker, J., Schwarz, F., Rössler, R., & Sculean, A. (2008). Photodynamic therapy as an adjunct to non-surgical periodontal treatment: A randomized, controlled clinical trial. Journal of Periodontology, 79(9), 1638-1644. http://dx.doi.org/10.1902/jop.2008.070652

Fontana, C., Abernethy, A., Som, S., Ruggiero, K., Doucette, S., Marcantonio, R., ... Tanner, A. (2009). The antibacterial effect of photodynamic therapy in dental plaque-derived biofilms. Journal of periodontal research, 44(6), 751-759. http://dx.doi.org/10.1111/j.1600-0765.2008.01187.x

Garcez, A. S., Ribeiro, M. S., Tegos, G. P., Núñez, S. C., Jorge, A. O., & Hamblin, M. R. (2007). Antimicrobial photodynamic therapy combined with conventional endodontic treatment to eliminate root canal biofilm infection. Lasers in surgery and medicine, 39(1), 59-66. http://dx.doi.org/10.1002/lsm.20415

Giannelli, M., Formigli, L., Lorenzini, L., & Bani, D. (2012). Combined photoablative and photodynamic diode laser therapy as an adjunct to non-surgical periodontal treatment. A randomized split-mouth clinical trial. Journal of Clinical Periodontology, 39(10), 962-970. http://dx.doi.org/10.1111/j.1600-051X.2012.01925.x

Giannelli, M., Formigli, L., Lorenzini, L., & Bani, D. (2015). Efficacy of Combined Photoablative-Photodynamic Diode Laser Therapy Adjunctive to Scaling and Root Planing in Periodontitis:

Randomized Split-Mouth Trial with 4-Year Follow-Up. Photomedicine and laser surgery, 33(9), 473-480. http://dx.doi.org/10.1089/pho.2015.3955

Hope, C., & Wilson, M. (2006). Induction of lethal photosensitization in biofilms using a confocal scanning laser as the excitation source. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 57(6), 1227-1230. http://dx.doi.org/10.1093/jac/dkl096

Kreisler, M., Christoffers, A. B., Al-Haj, H., Willershausen, B., & d’Hoedt, B. (2002). Low level 809-nm diode laser-induced in vitro stimulation of the proliferation of human gingival fibroblasts. Lasers in surgery and medicine, 30(5), 365-369. http://dx.doi.org/10.1002/lsm.10060

Lindhe, J., Westfelt, E., Nyman, S., Socransky, S., & Haffajee, A. (1984). Long-term effect ofsurgical/non-surgical treatment of periodontal disease. Journal of Clinical Periodontology, 11(7), 448-458. http://dx.doi.org/10.1111/j.1600-051X.1984.tb01344.x

Moritz, A., Schoop, U., Goharkhay, K., Schauer, P., Doertbudak, O., Wernisch, J., & Sperr, W. (1998). Treatment of periodontal pockets with a diode laser. Lasers in surgery and medicine, 22(5), 302-311. http://dx.doi.org/10.1002/(SICI)1096-9101(1998)22:5<302::AID-LSM7>3.0.CO;2-T

Nagayoshi, M., Nishihara, T., Nakashima, K., Iwaki, S., Chen, K.-K., Terashita, M., & Kitamura, C. (2011). Bactericidal effects of diode laser irradiation on Enterococcus faecalis using periapical lesion defect model. ISRN dentistry, 2011. http://dx.doi.org/10.5402/2011/870364

O’Neill, J. F., Hope, C. K., & Wilson, M. (2002). Oral bacteria in multi-species biofilms can be killed by red light in the presence of toluidine blue. Lasers in surgery and medicine, 31(2), 86-90. http://dx.doi.org/10.1002/lsm.10087

Pourabbas, R., Kashefimehr, A., Rahmanpour, N., Babaloo, Z., Kishen, A., Tenenbaum, H. C., & Azarpazhooh, A. (2014). Effects of photodynamic therapy on clinical and gingival crevicular fluid inflammatory biomarkers in chronic periodontitis: A split-mouth randomized clinical trial. Journal of Periodontology, 85(9), 1222-1229. http://dx.doi.org/10.1902/jop.2014.130464

Ramfjord, S., Caffesse, R., Morrison, E., Hill, R., Kerry, G., Appleberry, E., ... Stults, D. (1987). Four modalities of periodontal treatment compared over five years. J Periodontal Res, 22(3), 222-223. http://dx.doi.org/10.1111/j.1600-0765.1987.tb01573.x

Rasolabadi, M., Khaledi, S., Khayati, F., Kalhor, M. M., Penjvini, S., & Gharib, A. (2015). Scientific production of Medical Universities in the West of Iran: A scientometric analysis. Acta Informatica Medica, 23(4), 206-209. http://dx.doi.org/10.5455/aim.2015.23.206-209

Schoop, U., Kluger, W., Moritz, A., Nedjelik, N., Georgopoulos, A., & Sperr, W. (2004). Bactericidal effect of different laser systems in the deep layers of dentin. Lasers in surgery and medicine, 35(2), 111-116. http://dx.doi.org/10.1002/lsm.20026

Sgolastra, F., Petrucci, A., Gatto, R., Marzo, G., & Monaco, A. (2013). Photodynamic therapy in the treatment of chronic periodontitis: A systematic review and meta-analysis. Lasers in medical science, 28(2), 669-682. http://dx.doi.org/10.1007/s10103-011-1002-2

Soukos, N. S., & Goodson, J. M. (2011). Photodynamic therapy in the control of oral biofilms. Periodontology 2000, 55(1), 143-166. http://dx.doi.org/10.1111/j.1600-0757.2010.00346.x

Wainwright, M. (1998). Photodynamic antimicrobial chemotherapy (PACT). Journal of Antimicrobial

Chemotherapy, 42(1), 13-28. http://dx.doi.org/10.1093/jac/42.1.13

Yu, W., Naim, J. O., & Lanzafame, R. J. (1997). Effects of photostimulation on wound healing in diabetic mice. Lasers in surgery and medicine, 20(1), 56-63. http://dx.doi.org/10.1002/(SICI)1096-9101(1997)20: 1<56::AID-LSM9>3.0.CO;2-Y

Zanin, I. C. J., Goncalves, R. B., Junior, A. B., Hope, C. K., & Pratten, J. (2005). Susceptibility of Streptococcus mutans biofilms to photodynamic therapy: An in vitro study. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 56(2), 324-330. http://dx.doi.org/10.1093/jac/dki232

Hak Cipta

Hak cipta artikel ini dipegang oleh penulis, dengan prakara pubilkasi pertama diberikan untuk jurnal. Ini adalah artikel bebas akses yang didistribusikan dibawah syarat dan ketentuan dari Lisensi Creative Commons Attribution (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas jagat harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. (Konstitusi 1945)


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in