Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Rencana pemasangan implant gigi depan rahang atas (1)

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Langkah pertama dalam perencanaan perawatan untuk kasus implan gigi adalah menentukan hasil final yang diinginkan, khususnya hasil prostetik. Setelah hasil prostetik tervisualisasi dengan jelas, dokter kemudian bisa mengambil langkah-langkah purwa yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Pendekatan ini sangat penting dalam zona estetik rahang atas bagian depan. Perencanaan melibatkan percakapan interaktif dengan pasien. Dalam percakapan ini, dokter perlu menjelaskan kepada pasien tentang pilihan-pilihan prostetik yang tersedia. Model, gambar tak bergerak, dan rekaman video sering dipakai untuk menyampaikan informasi ini. Fokus tentang hasil purna prostetis ini ditentukan oleh banyak faktor. Fokus ini juga meliputi diskusi tentang waktu perawatan, gigi palsu sementara, dan pembayaran.

Riwayat medis yang lengkap harus diperoleh untuk menentukan apakah pasien calon yang tepat untuk menerima perawatan implant gigi. Pasien dengan kondisi medis yang tidak terkontrol dan kehamilan harus ditunda untuk menerima perawatan implant sampai kondisinya prima. Jika perlu, dokter gigi bisa berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien.

Di samping itu, dokter gigi implant juga perlu mempertimbangkan kebiasaan pasien dan kesediaan pasien untuk menghentikan kebiasaannya, terutama selama masa perawatan. Kebiasaan yang dapat menurunkan peluang sukses perawatan implant antara lain merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan narkoba.

Dokter perlu pula mempertimbangkan faktor-faktor oklusal dan merekam oklusi calon pasien implan. Kondisi oklusi yang bisa menurunkan peluang kesuksesan implant meliputi kerot (bruxism), aktivitas parafungsional, dinamika muskular, dan mobilitas gigi yang bisa mengganggu restorasi berbasis implan. Hal-hal ini perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan apakah pasien bisa menerima perawatan implan gigi atau tidak.

Mempelajari model harus dilakukan untuk menilai dinamika oklusi pasien dan untuk menyiapkan dokumen-dokumen legal. Pembelajaran terhadap model ini berperan pula untuk memberi informasi tentan gposisi gigi yang mungkin memerlukan pergeseran ortodontik agar tersedia ruang yang cukup untuk penempatan implant gigi.

Analisis radiografi dengan film panoramik, film periapikal dan CT scan memberi informasi yang sangat penting berkenaan dengan arsitektur tulang dan posisi gigi. SC scan sangat membantu untuk perencanaan perawatan dengan perspektif 3 dimensi.

Seringkali, stent panduan radiopak digunakan dengan CT scan untuk menentukan posisi yang lebih baik. Mengamati posisi gigi final yang berhubungan dengan arsitektur tulang yang ada memungkinkan untuk mencapai keputusan sehubungan dengan kebutuhan untuk graft tulang.

Hubungan prostetik pada CT scan ini juga dapat membantu menentukan apakah prostesis lepasan diperlukan untuk mendukung bibir rahang atas. Jika ada perbedaan besar pada CT di antara posisi gigi final dan tulang yang ada, maka dukungan bibir melalui flange gigitiruan dapat diindikasikan.

Arsitektur tulang divisualisasikan pada CT scan. Potret CT scan juga bisa menunjukkan dukungan jaringan lunak yang sangat penting di zona estetika. Alasannya, kehadiran papila ditentukan antara lain oleh dukungan tulang di sekitar implan gigi serta jarak antar implan.

Tarnow menyarankan bahwa jika tidak tersedia jarak 5 mm atau kurang antara tulang kresta dan titik kontak interproksimal prostetik, maka pembentukan papila antar mahkota akan terganggu. Oleh karena itu, graft tulang mungkin perlu diberikan lebih dulu sebelum penanaman implant guna memperoleh hasil estetika yang lebih mudah ditebak. (Bersambung)

 


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in