Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Reoseointegrasi untuk menangani implant gagal

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Implan gigi yang mengalami kegagalan purwa atau pun kegagalan purna menunjukkan fenomena penyusutan tulang (bone loss). Apabila kondisi ini dibiarkan, maka penyusutan tulang terus berlanjut sampai tulang penyangga implant betul-betul tak tersisa. Akibatnya, implant copot dan implant baru tidak bisa dipasang di tempat itu karena tulang untuk menaruh implant sudah tidak ada lagi. Maka, tujuan sederhana dalam kasus implan gagal adalah menghentikan proses penyusutan tulang dan memastikan antarmuka jaringan lunak peri-implan dalam kondisi saras.

Ada sejumlah publikasi penelitian yang menawarkan pedoman tentang cara mengelola kegagalan tipe ini. Di antara penelitian-penelitian itu, ada penelitian yang cukup menarik bahwa oseointegrasi dan implant yang gagal masih bisa diubah agar jadi implant yang sukses dengan memakai kombinasi debridema mekanis, terapi anti-mikroba, dan GBR (guided bone regeneration, regenerasi tulang terpandu). Debridema yang dikombinasikan dengan terapi anti-mikroba tampak menyediakan peluang yang lebih tinggi bagi kesuksesan perawatan implan gigi yang gagal. Beberapa penelitian mendukung temuan reoseointegrasi ini.

Reoseointegrasi bisa terjadi di sekitar implan gigi yang sudah kehilangan kontak tulang-implan. Meski begitu, tidak semua implant yang gagal bisa dibalikkan jadi sukses. Sebabnya, reoseointegrasi dipengaruhi oleh seberapa banyak tulang yang telah hilang (tingkat penyusutan tulang) dan morfologi kerusakan yang dihasilkannya. Penelitian yang dilakukan oleh Grunder (48,40) menunjukkan bahwa peluang sukses reoseointegrasi bergantung pada anatomi kerusakan. Misalnya, kerusakan yang menyerupai kawah lebih mungkin untuk sukses dilakukan oseointegrasi ulang dibandingkan kerusakan tulang yang bentuknya horisontal.

Membran yang dihapus terlalu dini berkaitan dengan rendahnya tingkat kesuksesan oseointegrasi ulang. Peluang sukses yang paling baik diperoleh dengan memakai bahan partikulat bone graft bersamaan dengan membran GBR. Kunci pokok semua protokol perawatan adalah dekontaminasi permukaan implan. Pastikan permukaan implant bersih dari semua kontaminan. 

Alat yang direkomendasikan untuk dipakai dalam perawatan ini meliputi instrumen plastik untuk kedua tangan dan debridema ultrasonik. Rekomendasi ini diberikan sebagai saran yang dibuat berdasarkan teori bahwa instrumen keras yang terbuat dari logam bisa mengabrasi permukaan implant atau permukaan abutmen sehingga bisa menyebabkan permukaan jadi kasar. Padahal, permukana kasar pada implant menyebabkan plak jadi lebih mudah dan lebih kuat melekat. Selain dikarnakan oleh instrumen mental, permukaan implant juga bisa mengalami abrasi bila pasien menggunakan sikat berbulu kaku. Maka, disarankan untuk menyikat gigi pakai sikat yang berbulu lembut.

Informasi lebih lanjut, yuk hubungi kami saja.


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in