Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Sel induk folikel gigi dan rekayasa jaringan (2)

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Terma “rekayasa jaringan” diciptakan pada tahun 1993 oleh Langer dan Vacanti untuk mendeskripsikan proses yang melaluinya jaringan dan organ diregenerasi dengan transplantasi sel dengan atau tanpa perancah. Hampir 20 tahun kemudian, rekayasa jaringan berkembang lebih lambat dari harapan sekalipun terdapat banyak pencapaian penting di bidang ini.

Dalam bidang kedokteran gigi, minat pada riset rekayasa jaringan meningkat cepat dalam kalangan peneliti dan institut. Salah satu alasan untuk terjadinya prakara tersebut adalah dokter gigi akrab dengan teknik-teknik regenerasi jaringan, misalnya, teknik regenerasi jaringan yang memakai dentin tersier dalam pulpa gigi dan periodontium dalam regenerasi jaringan terpandu yang sekarang banyak dipakai dalam rumahsakit-rumahsakit gigi. Lagipula, perkembangan teknik-teknik untuk menghasilkan gigi utuh sedang berlangsung. Faktor kunci untuk menyempurnakan teknologi ini dalam konteks rekayasa jaringan modern adalah penggunaan sel induk dewasa.

Sel induk didefinisikan berdasarkan kapasitasnya untuk menghasilkan sel-sel anak (daughter cells) dengan properti yang berbeda dan yang lebih terbatas. Dalam jaringan dental post-natal pada manusia, ada lima sumber sel induk mesenkim yang telah diidentifikasi, yaitu:

  1. Pulpa gigi
  2. Ligamen periodontal
  3. Gigi sulung eksfoliat
  4. Folikel gigi
  5. Papila apikal akar gigi

Sel-sel induk gigi ini berasal dari kresta neural sehingga punya asal yang berbeda dari sel induk mesenkim yang berasal dari sumsum tulang yang berasal dari mesoderm.

Di sisi lain, sel-sel induk epitel belum diidentifikasi dalam jaringan gigi post-natal. Namun, dalam penelitiannya yang relatif baru, Honda et al mendemonstrasikan bahwa ERM (epithelial rest of Malassez) bisa menghasilkan jaringan enamel. Hal ini menyarankan bahwa sel-sel induk epitel betul-betul ada pada ERM.

Ulasan dari Honda et al (2010) berfokus pada sel induk folikel gigi karena aplikasi potensial alternatif sel-sel ini dalam rekayasa tulang dan jaringan periodontal. Bila dibandingkan dengan sel induk mesenkim yang berasal dari sumsum tulang (BMD-MSC), sel induk folikel gigi (DFSC) mudah diisolasi dari gigi impaksi dan siap ditumbuhkan dalam kondisi kultur. Memanen sel induk folikel gigi dari gigi yang telah dicabut adalah teknik yang non-invasif, sekalipun mencabut gigi adalah teknik yang invasif.

Sambungan dari Bersambung ke

id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in