Stomatitis alergi
Reaksi antibodi terhadap antigen bisa menimbulkan penyakit klinis di mulut dan wajah. Reaksi anafilaktik atau reaksi hipersensitivitas tipe langsung dicirikan dengan edema, misalnya, urtikaria dan edema angioneurotik. Reaksi alergi bisa pula menyebabkan vesikel multipel akut dan ulkus mukosa oral atau reaksi likenoid. Reaksi-reaksi ini bisa dihasilkan dari antigen yang diberikan secara sistemik sehingga memicu reaksi di mukosa dan kulit atau di mukosa saja.
Reaksi alergi di mulut terhadap antigen yang diberikan secara oral (contohnya, obat-obatan) punya nama lain dalam literatur, yaitu stomatitis medicamentosa. Lesi dicirikan dengan inflamasi, ulkus, dan vesikel yang serupa dengan Eritema Multiformis atau ulkus dan lesi putih dari reaksi likenoid. Pemisahan entitas-entitas ini menimbulkan kebingungan yang tidak diperlukan, sehingga sebutan "stomatitis medicamentosa" bisa diabaikan.
Vesikel dan ulkus oral yang berasal dari alergi yang dibedakan dari eritema multiformis atau lichen planus adalah vesikel dan ulkus oral yang dari erupsi tetap obat dan alergi kontak. Erupsi tetab obat dicirikan dengan eritema, edema, dan vesikulasi dengan area lokal di kulit dan mukosa area tertentu ketika alergen tertentu diberikan. Reaksi ini umumnya di kulit tapi bisa pula terjadi di mukosa oral. Reaksi di mukosa oral dilaporkan berasal dari reaksi terhadap barbiturat.
Alergi kontak dikarnakan oleh reaksi hipersensitivitas tipe tertunda terhadap antigen topikal. Di kulit, reaksi ini dirujuk sebagai dermatitis alergi kontak atau dermatitis venenata. Di mulut, lesi ini dirujuk sebagai stomatitis venenata atau stomatitis kontak. Reaksi kulit bisa dipicu oleh tanaman beracun, produk kulit, karet, nikel, obat, atau zat-zat kimia lain. Lesi kulit biasanya gatal, area erimatosa dengan vesikel dangkal berada tepat pada daerah kontak antara kulit dengan alergen. Lesi alergi di mulut lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan lesi kulit sekalipun alergen yang sama mengenai mukosa oral dalam mulut.
Penjelasan yang diberikan sehubungan dengan relatif jarangnya alergi kontak terjadi pada mukosa oral adalah rendahnya jumlah sel Langerhans. Air liur yang mengencerkan alergen berperan pula mengguyur alergen dari permukaan mukosa dan mencerna alergen dengan enzim. Lapisan keratin yang lebih tebal di daerah kulit daripada di daerah mukosa oral membuatnya bisa jadi sumber protein bila dikombinasikan dengan hapten.