Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Tingkat kejadian gigi ompong

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Tingkat kejadian gigi ompong meningkat sebesar 4% per 10 tahun pada dewasa muda dan lebih dari 10% per 10 tahun setelah usia 70 tahun. Demikian menurut Carl E. Misch dalam bukunya yang berjudul in Dental Implant Prosthetics (Second Edition), 2015.

Rata-rata ompong total di seluruh jagat sebesar 20% pada populasi dewasa pada umur 60 tahun dengan variasi pada negara yang berbeda. Misalnya, tingkat ompong total pada kelompok umur 65-74 tahun di Kenya dan Nigeria adalah 4%,  Belanda 65,4% dan Islandia adalah 71,5%.

Di Amerika Serikat, tingkat kejadian ompong total berdasarkan survey 1999 sampai 2002 adalah 7,7% (20 juta orang) di antara populasi dewasa. Banyak ya.

Kasus ompong di Indonesia pada pasien senior punya tingkat kejadian 24%, Tiongkok 11%, dan Brazil 23% menurut penelitian Weili Han, et al yang berjudul Design and fabrication of complete dentures using
CAD/CAM technology.

Ompong terkadang dianggap sebagai prakara yang lumrah tapi sebenarnya tidak begitu. Ompong bukan prakara yang lumrah, bukan prakara yang wajar, dan perlu dirawat agar tulang rahang penyangga gigi pasien terhindar dari kondisi mengalami penyusutan dan hilang.

Ompong jarang terjadi secara natural. Kebanyakan ompong terjadi karena gigi dicabut, entah permintaan pasien, entah dokter yang memutuskan demikian. Faktor yang membuat pasien minta gigi dicabut adalah penghematan biaya. Jika perkara terjadi pada banyak gigi, maka lama kelamaan gigi pasien habis dicabuti sehingga ompong. Banyak kasus ompong terjadi karena faktor penyakit, kondisi kesarasan, atau kecelakaan.

Ompong karena kecelakaan bisa terjadi. Contohnya, ompong karena kecelakaan kendaraan, jatuh dari motor, tabrakan mobil atau motor, jatuh dari tempat tinggi, terbentur benda keras kala bekerja, terantuk daun pintu tanpa sengaja, dan kekerasan dalam rumah tangga. Jarang terjadi ompong karena cacat bawaan lahir. Orang terlahir dengan cacat bawaan tersebut jumlahnya sedikit sekali dibandingkan populasi dunia.

Apabila gigi yang copot cukup banyak, terlebih jika ditambah penyusutan tulang rahang, maka pasien mengalami kempot di bagian pipinya dan peot di mulut bagian depan (lihat gambar). Kondisi tersebut membuat pasien jadi terlihat lebih tua daripada umur yang sebenarnya. Dampak psikologisnya, pasien bisa merasa rendah diri dan kurang rasa percaya diri, terutama sat berinteraksi dengan orang lain. Tanam implant gigi dapat memulihkan tampilan tampak lebih tua itu ke tampilan yang lebih mendekati tampilan umur aslinya sehingga membuat tampilan pasien jadi tampak lebih muda dibandingkan kala kempot dan peot.


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in