Bahan restorasi gigi dengan properti anti-mikroba (1)
Bahan-bahan dental harus meniru semirip mungkin struktur gigi dan harus merestorasi anatomi dan fungsi permukaan gigi yang terkena dampak dari karies atau trauma gigi. Meskipun begitu, estetika tetap jadi prakara yang dikehendaki dan kepedulian pada biokompatibilitas tidak boleh dilupakan. Kriteria-kriteria ini ditemukan pada resin komposit, semen ionomer kaca (GIC), dan IRM. Perlu kita ketahui, tulang dan dentin dapat dianggap sebagai komposit natural dengan konstituen utama berupa kolagen (polimer) dan apatit (keramik).
Logam telah dipakai selama berabad-abad sebagai agen anti-mikroba. Hal ini terus berlangsung sampai kala ini. Logam yang paling umum dipakai di bidang kedokteran gigi meliputi perak, tembaga, emas, titanium, dan zinc. Dioksida titanium telah dipakai sebagai agen pemutih. Namun, perak dan tembaga menerima perhatian yang lebih besar karena punya properti anti-mikroba. Karena itu, logam-logam ini digabungkan dengan beberapa produk dental untuk mengontrol halitosis dan biofilm dalam mulut.
Resin, GIC, dan IRM bisa jadi control terbaik pada masa sekarang di bidang pengembangan materi restorasi gigi. Ketiganya punya kontribusi pada pemulihan bentuk dan fungsi anatomi ideal tanpa perlu membuang banyak struktur gigi asli.
Penggunaan bahan yang melepaskan fluorida, bahan "pintar", dan bahan bio-aktif jadi fitur yang diinginkan pada masa modern dan diperlukan dalam banyak situasi klinis. Alasannya, perawatan invasif minimal untuk lesi karies jauh lebih dapat diterima pada masa sekarang.
Mungkin, pengalaman pertama untuk memproduksi bahan "pintar" yang berguna berkaitan dengan konsep bahan yang melepaskan fluorida. Semen ionomer kaca tidak mengalami perubahan-perubahan dimensi yang cukup banyak dalam lingkungan yang lembab dan menunjukkan penyusutan yang dapat diamati dalam lingkungan kering dengan temperatur lebih tinggi dari 50°C, serupa dengan perilaku dentin. Ini contoh yang baik untuk biokompatibilitas.
Upaya untuk meningkatkan GIC terbilang cukup sukses. Ada satu laporan yang mengindikasikan bahwa penambahan zinc ke GIC bisa menurunkan pertumbuhan mikroorganisme dan memperbaiki pelepasan fluorida tanpa memengaruhi kekuatan lentur dan kelarutan bahan.
Dalam laporan lain, GIC konvensional dicampur dengan antibiotika yang berbeda, seperti metronidazole, ciprofloxacin, dan cefaclor untuk menghasilkan GIC dengan properti anti-bakteri. Setelah evaluasi secara in vitro terhadap dentin terinfeksi yang ditambal dengan produk ini, ternyata terjadi penurunan mikroorganisme, agregat bakteri, dan dentin intertubular dengan serat kolagen dan tubulus dentin yang terbuka. [Bersambung]