Biokompatibilitas biomateri implant gigi
Konsep modern tentang biokompatibilitas bukan hanya melibatkan kompatibilitas materi dengan jaringan saja, tetapi juga kemampuannya untuk melakukan fungsi spesifik. Respon terhadap materi tertentu bisa berbeda pada lokasi yang berbeda. Oleh karena itu, biokompatibilitas didefinisikan hanya untuk penerapan tertentu di lokasi tertentu.
Sebagai contoh, biomaterial yang dipakai dalam lensa intraokular tidak cocok dipakai sebagai bahan untuk membuat implan gigi walaupun bahan lensa intraokular dan bahan implan gigi sama-sama punya kompatibilitas biologis. Dalam prakteknya, tidak ada bahan yang biokompatibel untuk semua penerapan di seluruh lokasi pada tubuh manusia. Dengan demikian, biokompatibilitas bukan hanya tergantung pada sifat-sifat material (fisik, kimia, mekanis), tetapi juga bergantung pada situasi di mana bahan itu dipakai.
Perangkat medis harus punya biokompatibilitas yang cocok untuk kontak jangka panjang dengan jaringan tubuh manusia. Materi tidak boleh membahayakan jaringan dan punya kelembaman kimia dan biologis. Dalam terapan di bidang implant gigi, bahan juga harus bisa berpadu dengan tulang (oseointegrasi).
Faktor-faktor utama yang memengaruhi biokompatibilitas biomateri implan gigi meliputi:
- Komposisi kimia
- Sifat mekanik
- Muatan listrik
- Fitur permukaan.
Biokompatibilitas bahan yang digunakan dalam implan gigi dievaluasi dengan mempelajari reaksi antara implant dan tulang. Reaksi antara implant dan jaringan lunak ini juga penting. Daerah dimana implant kontak dengan jaringan lunak bertanggung jawab membangun semacam segel yang mengisolasi implant dan tulang dari lingkungan mulut.
Analisis biokompatibilitas biomateri dicapai dengan pengujian in vitro dan dilengkapi dengan tes in vivo. Tes secara in vitro meliputi kultur sel, karakterisasi komposisi kimia permukaan, identifikasi macem oksida dan struktur kristal, penentuan ketebalan lapisan oksida, dan kuantifikasi resistensi dalam kondisi pembebanan mekanik dan korosi resistensi dinamis dinamis. Stabilitas implan, kekasaran permukaan dan keterbasahan permukaan juga penting.
Tes implant in vivo dilakukan pada hewan, terutama tikus, kelinci, anjing, domba, dan babi. Tahap pengujian pungkasan melibatkan analisis percobaan klinis pada manusia. Dalam tes in vivo, setelah implant dilepas dari binatang percobaan, sampel dianalisis dengan mikroskop untuk menentukan kualitas jaringan di sekitar implan. Dalam tes tersebut, beberapa macem reaksi jaringan berulang kali diamati. Tes lain yang penting juga adalah resistensi mekanis antarmuka implan-tulang setelah osteointegrasi implan. Pengukuran ini secara tidak langsung ditentukan dengan mengukur torsi minimum yang diperlukan untuk melepas implan. (Bersambung)