Efek rokok pada implant gigi
Tulisan berikut ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Sun, et al tentang pengaruh merokok berat pada implant gigi yang dipasang pada rahang bawah posterior pasien pria. Penelitian diterbitkan dalam Journal of Oral Implantology
edisi Desember 2016, Vol. 42, No. 6, pp. 477-483.
Penelitian Sun, et al bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas implant gigi dan respon jaringan peri-implant pada pasien perokok berat penerima implant gigi karena menderita ompong sebagian di rahang bawah posterior (rahang bawah bagian belakang). Penelitian menggunakan 45 implant gigi ITI Straumann. Implant gigi dipasang pada 16 pasien perokok berat dan 16 pasien bukan perokok (tidak merokok).
Satu implant di setiap pasien dievaluasi untuk hal-hal berikut ini:
- stabilitas implant gigi setelah operasi dan sebelum pembebanan
- indeks plaks termodifikasi (mPLI, modified plaque index)
- indeks perdarahan sulkus termodifikasi (mSBI, modified sulcus bleeding index)
- probing kedalaman (PD, probing depth)
- penyusutan tulang marjinal (MBL, marginal bone loss) setelah dilakukan pembebanan
Sementara itu, kapabilitas osteogenik sampel sumsum rahang yang dikumpulkan dari pasien dievaluasi menggunakan tes mineralisasi in vitro. Untuk kedua kelompok, ISQ (Implant Stability Quotient ) menurun dari ISQ inisial yang dicapai segera setelah operasi dan kemudian meningkat sejak dari 2 minggu pasca operasi.
Namun, pada minggu ke 3, 4, 6, dan 8 pasca operasi, ISQ berbeda signifikan antara pasien perokok berat dan pasien bukan perokok. Semua implant gigi mencapai oseointegrasi tanpa komplikasi sekurang-kurangnya pada ujung minggu ke 12 pasca operasi. Pada minggu ke-6 atau 12 pasca pembebanan, MBL dan PD sangat lebih tinggi pada pasien perokok berat dibanding pasien bukan perokok, sedangkan mSBI dan mPLI hanya sedikit berbeda di antara kedua kelompok itu.
Tingkat sukses kumulatif 1 tahun untuk implant gigi pada kedua kelompok adalah 100%. Penelitian klinis tersebut punya batasan seperti ukuran sampel kecil dan durasi penelitian pendek. Dalam batasan-batasan tersebut, penelitian menerapkan pembebanan dilakukan 3 bulan pasca operasi. Hasilnya, merokok berat tidak memengaruhi tingkat kelangsungan hidup kumulatif 1 tahun untuk implant gigi yang dipasang pada rahang bawah posterior pasien pria, tapi merokok berat terbuki berpengaruh buruk pada penyembuhan tulang di sekitar implant gigi. Pengaruh buruk meliputi masa penyembuhan jadi lebih lama karena terjadi penurunan kecepatan penyembuhan sebagai dampak dari merokok.
Hasil-hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa mungkin penting untuk memilih waktu yang tepat untuk menerapkan pembebanan implant untuk pasien perokok berat. Selain itu, merokok berat meningkatkan penyusutan tulang marginal dan juga meningkatkan perkembangan kantong gigi (dental pocket). Penelitian-penelitian klinis lebih lanjut dengan populasi pasien yang lebih besar dan durasi penelitian yang lebih lama diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian Sun et al ini.