Oseointegrasi
Oseointegrasi modern ditemukan pada tahun 1950an oleh profesor Per-Ingvar Branemark dan didasarkan pada kemampuan sel tulang manusia untuk melekat pada permukaan biomaterial. Sampai kala ini, oseointegrasi dipakai untuk memasang organ buatan pada tubuh manusia secara tetap, seperti gigi buatan, tangan buatan, dan kaki buatan.
Oseointegrasi didefinisikan sebagai hubungan struktural dan fungsional langsung antara tulang tulang hidup yang teratur dengan permukaan implant penanggung beban. Zarb &Albrektsson mendefinisikan oseointegrasi sebagai proses penyembuhan yang bergantung pada waktu untuk mencapai dan mempertahankan fiksasi rigid asimptomatik klinis bahan-bahan aloplastis pada tulang selama pembebanan fungsional.
Oseointegrasi sangat penting untuk stabilitas implan. Oseointegrasi dipandang sebagai prasyarat agar implant bisa dipakai untuk menerima beban (menggigit dan mengunyah makanan, dsb) dan prasyarat kesuksesan implant dalam jangka panjang. Aneka macem implan gigi memerlukan oseointegrasi agar bisa menyatu dengan tulang manusia.
Antarmuka implan-jaringan merupakan daerah interaksi yang sangat dinamis. Interaksi yang kompleks ini bukan hanya melibatkan perkara biokompatibilitas dan biomaterial tapi juga perubahan lingkungan mekanis.
Dalam oseointegrasi, tulang alveolar dan bagian badan akar buatan yang diiimplan saling mengunci satu sama lain. Selanjutnya, proses ini memerlukan fiksasi biologis melalui aposisi tulang berkelanjutan dan pemodelan ulang tulang ke arah implan gigi. Proses ini sangat kompleks. Ada banyak faktor yang memengaruhi pembentukan dan pemeliharaan tulang pada permukaan implant gigi.
Hasil yang sukses dari pelaksanaan prosedur implan gigi sangat bergantung pada salingketerhubungan antara berbagai komponen berikut:
- Biokompatibilitas bahan implan
- Sifat dasar makroskopik dan mikroskopik permukaan implant dan desain implan
- Status bantalan implant dalam konteks kesarasan dan morfologi (kualitas tulang)
- Teknik bedah
- Fase penyembuhan tanpa gangguan
- Kondisi pembebanan
Dalam pengalaman klinis, terbukti bahwa implant bisa tertanam dalam tulang tanpa intervensi jaringan fibrosa. Data menunjukkan oseointegrasi terjadi hingga level ultrastruktural. Filamen-filamen kolagen yang mendekati permukaan titanium oksida hanya dipisahkan oleh lapisan Proteoglikan setebal 20-40 nanometer saja. Sangat tipis.
Penelitian tentang pentingnya mengontrol teknik bedah menunjukkan bahwa jaringan tulang jauh lebih sensitif pada pada ketimbang yang pernah dipercaya dokter era sebelumnya. Eriksson dan Albrektsson menemukan bahwa implant yang disisipkan dengan suhu mencapai 47 °C mengalami gangguan yang signifikan dalam oseointegrasi dengan tulang-tulang penyangga di sekitarnya.
Branemark dan Albrektsson mengevaluasi hasil semua implant yang disisipkan setelah 1 tahun dan tindak lanjut 5 tahun. Mereka menemukan tingkat kesuksesan implan gigi mencapai 96,5 % untuk rahang bawah.
- doctor✚dentist
- Klinik Gigi & Implan Gigi Jakarta
- Layanan umum: (+62)21 2253 9385 (Pos Pengumben)Layanan umum: +622153654792 (Palmerah)
- Jl. Pos Pengumben No. 40c Jakarta Barat, Jakarta 11560 Indonesia
Jl. Palmerah Barat No. 108 Jakarta Barat, Jakarta 11480 Indonesia
Referensi
S. Parithimarkalaignan and T. V. Padmanabhan. Osseointegration: An Update. J Indian Prosthodont Soc. 2013 Mar; 13(1): 2–6. Published online 2013 Jan 11. doi: 10.1007/s13191-013-0252-z.
https://www.osseointegration.eu/osseointegration/ ; akses 11 Februari 2017