Reposisi saraf alveolar inferior dalam operasi implant
Pemasangan implant gigi pada rahang bawah posterior dengan resorpsi yang parah bisa menimbulkan kerusakan pada saraf alveolar inferior. Teknik reposisi saraf telah dipakai untuk menciptakan peluang agar pemasangan implant gigi dengan panjang yang memadai bisa sukses dalam kasus semacam ini. Dalam kasus punggungan mandibula posterior atrofi, teknik reposisi saraf alveolar inferior jadi alternatif yang bisa diterima untuk prosedur augmentasi sebelum pemasangan implant gigi.
Pasien sering menginginkan restorasi implant gigi cekat untuk gigi rahang bawah posterior yang telah copot. Ini didefinisikan sebagai daerah yang berada pada arah posterior dari mental foramen.
Pemasangan implant pada rahang bawah posterior dibatasi oleh ketinggian tulang antara kresta alveiolar dan transposisi saraf alveolar inferior. Alternatif lainnya, lateralisasi saraf alveolar inferior jadi opsi pilihan untuk pasien dengan rahang bawah posterior yang ompong dengan ketinggian tulang yang kurang mencukupi di atas saraf alveolar inferior (Scarano et al., 2011).
Lateralisasi saraf mengandung risiko kerusakan epineurial atau peregangan iskemik. Kompresi implant bisa menyebabkan neuropati dan pengeboran lubang bisa menghasilkan pembentukan aneka macem neuroma. Dalam beberapa kasus, prakara itu bisa menimbulkan sindrom nyeri sentral.
Dua pola neuropati bisa dilihat sebagai hasil. Hipoestesias dengan gangguan fungsi sensorik sering terlihat dengan phantom pain, dan hiperestesias dengan gangguan sensorik minimal memicu fenomena nyeri (Gregg, 2000).
Kerusakan pada saraf alveolar pada umumnya terjadi karena kekurangan informasi tentang lokasi salurang mandibular. Komplikasi ini termasuk komplikasi yang paling sering terjadi. Kerusakan juga bisa terjadi karena kekurangan pengetahuan tentang jalur saraf alveolar inferior, arteri, dan pembuluh darah dalam saluran mandibular (Kim et al., 2009).
Nyeri neuropati yang berkaitan dengan penempatan implant tergolong langka dalam literatur. Dalam literatur implantologi, komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengan saraf disebut sebagai "gangguan sensorik" yang berfokus pada kejadian parestesia dan disestesia, yang kemudian disertai dengan sensasi nyeri transisi selama pengeboran tulang atau pemasangan implan.
Publikasi laporan pertama tentang penempatan ulang saraf alveolar inferior untuk insersi implant gigi muncul pada tahun 1987. Dalam penelitian tersebut, fungsi sensorik saraf alveolar inferior kembali normal 5 minggu setelah operasi menurut kriteria subyektif (Jensen & Nock, 1987).