Analisis frekuensi resonansi (RFA) & stabilitas implant
Analisis Frekuensi Resonansi atau Resonance frequency analysis (RFA) adalah metode yang dipakai untuk menentukan stabilitas dan tingkat oseointegrasi dalam implant (Bilbao et al. (2009) dan Veltri et al. (2009)). Stabilitas implan ditunjukan dengan nilai ISQ (Implant Stability Quotient). Semakin tinggi nilai ISQ, semakin tinggi pula stabilitas implan.
Teknik ini diperlukan guna mengetahui stabilitas implan terpasang dan mengevaluasi stabilitas implant sebagai fungsi kekakuan antarmuka tulang implan. Seperti yang telah kita ketahui, stabilitas implant adalah fenomena mekanis yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas tulang lokal, macem implan, dan teknik pemasangan implant yang dipakai. Teknik ini dipilih karena sederhana, mudah diterapkan dalam lingkungan klinis dan tidak invasif. Analisis frekuensi resonansi bisa dipakai sebagai piranti diagnostik non-invasif untuk mendeteksi stabilitas implan gigi selama tahap penyembuhan dan tindak lanjut setelah prosedur implant selesai tuntas.
Torsi dan stabilitas implant gigi
Torsi insersi implant dan nilai ISQ terbukti punya korelasi statistik yang signifikan (Turkyilmazed et al., 2008).
Para peneliti ini menemukan torsi insersi dan nilai ISQ turun ketika jumlah kerusakan tulang vertikal peri-implan meningkat. Mereka menemukan hubungan linier antara kerusakan tulang vertikal peri-implat dengan nilai RFA. Mereka lantas mengusulkan penggunaan RFA untuk memonitor penyembuhan kerusakan tulang peri-implan. Hal serupa juga diperoleh dari penelitian Tozum et al. (2008). Mereka menyarankan analizer frekuensi resonansi nir-kabel adalah piranti yang pas dan handal untuk menentukan stabilitas implan.
Alasan peduli stabilitas implan
Mungkin Anda bertanya-tanya: sebenarnya apa alasan di balik kepedulian pada stabilitas implant ini? Kenapa kok kelihatannya peduli banget? Alasannya begini...
Salah satu penyebab utama gagal implant adalah kurangnya stabilitas primer, yaitu kurangnya stabilitas implant pada waktu pemasangan implan. Padahal, stabilitas primer implant itu syarat bagi keberhasilan oseointegrasi (Sennerby & Maredith, 1998). Tanpa kestabilan implan, implant akan gagal. Ini sudah rumus pasti.
Tahukah Anda, apa yang terjadi bila implant tidak stabil? Ya, betul, proses oseointegrasi tidak akan terjadi. Sebabnya, implant yang goyah mengakibatkan infeksi dan infeksi memicu enkapsulasi fibrosa. Demikian menurut Lionbiovine-hack & Lang (2006) dan Molly (2006). Implan yang telah dipasang dimonitor dengan periode waktu tertentu untuk mengetahui stabilitasnya dan antisipasi faktor yang bisa mengganggu stabilitasnya.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa implant yang menghasilkan nilai ISQ tinggi selama pemeriksaan tindak lanjut adalah implant yang sukses, sedangkan implant dengan ISQ rendah mengindikasikan kemungkinan kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan implan.
Referensi
Bilbao A et al. Assessment of dental implant stability in osseodistraction-generated bone: a resonance frequency analysis. Clin Oral Implants Res Apr 28 2009
Veltri M et al. Soft bone primary stability of 3 different miniscrews for orthodontic anchorage: a resonance frequency investigation. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2009 May;135(5):642-8.
Lionbiovine-hack N, Lang NP, Karring T. Significance of primary stability for osseointegration of dental implants. Clin Oral Implants Res 2006;17:244-50. Back to cited text no. 10
Molly L. Bone density and primary stability in implant therapy. Clin. Oral Implant Res. 2006; 17 (Suppl. 2): 124-135.
Sennerby L, Maredith N. Resonance frequency analysis: Measuring implant stability and osseointegration. Compend Contin Educ Dent 1998;19:493-8.
Turkyilmaz I, Sennerby L, Yilmaz B, Bilecenoqlu B, Ozbek E N. Influence of defect depth on resonance frequency analysis and insertion torque values for implants placed in fresh extraction sockets: A human cadaver study. Clin Implant Dent Relat Res 2008.
Tozum TF, Turkyilmaz I, McGlumphy EA. Relationship between dental implant stability determined by resonance frequency analysis measurements and peri-implant vertical defects: an in vitro study. J Oral Rehabil 2008.