Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup

Saraf alveolar inferior penting dalam perawatan implant

author: | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Anatomi jalur saraf alveolar inferior sangat penting bagi dokter gigi, dokter saraf, radiolog, dan patolog guna membantu diagnosis, penanganan, perencanaan bedah, dan penerapan anestesia lokal. Demikian disampaikan oleh Polland et al. dalam penelitiannya pada tahun 2001. 

Kerusakan saraf alveolar inferior menghasilkan dampak yang negatif pada kualitas sensibilitas fasial dan kemampuan pasien untuk melakukan translasi pola aktivitas saraf yang terubah menjadi perilaku motorik yang bermakna fungsional. Perubahan sensorik bisa berhubungan dengan perubahan anatomis atau perubahan fungsional dalam saraf setelah resolusi inflamasi dan edema di dalam dan di sekitar saraf (Essick, 2004; Becerra et al., 2006). 

Standarisasi metode penilaian memfasilitasi identifikasi kriteria diagnostik untuk beraneka macem gangguan sensor saraf. Menurut Takazakura et al. (2007), penilaian perubahan sensorik bisa dievaluasi memakai 3 tipe ukuran sebagai berikut:

  1. Ukuran  elektrofisiologi obyektif konduksi saraf
  2. Ukuran tes sensorik
  3. Laporan pasien.

Permintaan penduduk bumi terhadap implant gigi untuk mengganti gigi yang sudah copot terus meningkat setiap tahunnya sehingga kejadian komplikasi pasca operasi di seluruh jagat juga meningkat (Kim et al., 2009). Apabila ketinggian tulang antara kresta alveolar dan saluran alveolar inferior tidak mencukupi, maka penempatan implant pada rahang bawah posterior jadi terbatas. Satu di antara beberapa kesulitan bedah implant yang paling menantang adalah resorpsi proses mandibular posterior yang parah (Ardekian et al., 2001). 

Mengerti distribusi saraf alveolar inferior intra-tulang merupakan prakara yang penting dalam perencanaan praoperasi yang akurat untuk menempatkan implant mandibular (Kieser et al., 2002). Ada beberapa opsi perawatan untuk pasien dengan ketinggian tulang yang tidak mencukupi, superior terhadap saluran alveolar inferior. Ada banyak metode rekonstruksi alternatif lengkung dental atrofi, antara lain (McAllister & Haghighat 2007; Hashemi 2010; Misch & Resnik 2010):

  • penggunaan graft tulang autogen
  • alograft
  • bahan xenogenik
  • bahan alloplastik dengan atau tanpa regenerasi tulang terpandu
  • distraksi osteogenesis,
  • lateralisasi saraf alveolar inferior
  • memasang implant pada sisi bukan saraf alveolar inferior

Punggungan alveolar yang ideal dengan ketinggian dan dan lebar tulang yang mencukupi adalah prakara yang penting untuk kesuksesan rehabilitas gigi (McAllister & Haghighat, 2007).

 


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in