Struktur anatomi penentu pasca implant
Ada dua struktur anatomi yang penting dan yang menentukan prediktabilitas jaringan lunak setelah penanaman implant gigi. Struktur yang pertama adalah ketinggian dan ketebalan dinding tulang fasial dan struktur yang kedua adalah ketinggian tulang kresta alveolar pada daerah interproksimal.
Ketinggian dan ketebalan dinding tulang fasial
Prediktor penting untuk mengetahui level gingiva adalah posisi tulang kresta. Menurut Kois (2001), tulang kresta pasien diklasifikasi jadi tiga, yaitu:
- tulang kresta tinggi
- tulang kresta normal
- tulang kresta rendah.
Klasifikasi Kois didasarkan pada jarak vertikal yang diukur dari kresta tulang ke margin gingiva bebas. Semakin jauh jarak dari puncak tulang ke margin gingiva bebas, semakin besar risiko kehilangan jaringan setelah prosedur invasif. Menurut saran Kois, jika total jarak vertikal kompleks dentogingival keseluruhan pada aspek wajah pertengahan (midfacial) adalah 3 mm, maka kehilangan sedikit jaringan apikal hingga 1 mm bisa diantisipasi setelah ekstraksi dan implant segera dilakukan segera setelah ekstraksi selesai dilakukan. Jarak lebih besar atau lebih kecil dari 3 mm menunjukkan perubahan yang relatif bisa diabaikan dibandingkan lebih dari 1 mm. Mengukur jarak dari margin gingiva bebas ke tulang kresta sebelum ekstraksi merupakan prediktor diagnostik yang penting untuk antisipasi posisi final margin gingiva bebas.
Ketinggian tulang kresta di daerah interproksimal
Tulang kresta interproximal memainkan peran penting terlepas dari ada-tidaknya papilla peri-implan. Suatu penelitian klinis tentang gigi mengukur jarak dari kontak interproximal ke ketinggian tulang vertikal. Penelitian tersebut selanjutnya juga mengamati seberapa sering ruang interproksimal diisi sepenuhnya dengan jaringan lunak.
Apabila poin kontak dengan tulang berjarak 3-5 mm, maka papilla selalu mengisi ruang. Apabila jaraknya sebesar 6 mm, tidak ada papilla dalam 45% waktu, dan, bila jaraknya 7 mm, papilla tidak mengisi ruang dalam 75% waktu. Perbedaan 1-2 mm adalah perbedaan yang signifikan untuk mendapatkan estetika jaringan lunak. Hal ini telah dikonfirmasi dengan restorasi yang didukung implan.
Ketinggian celah papilla peri-implan pada satu gigi tunggal telah dibuktikan tidak bergantung pada level tulang proksimal di dekat implant tapi bergantung pada ketinggian tulang interproksimal gigi-gigi yang berada di dekat lokasi implan.
Dari perspektif diagnostik, pengukuran dari ujung papilla hingga tulang kresta interpoximal gigi sebelahnya adalah prediktor yang penting. Jika jarak ini 5 mm atau kurang, maka mempertahankan jaringan interproksimal semakin mungkin dapat diprediksi setelah penanaman implan gigi dan restorasi. Jika jarak tersebut lebih besar dari 5 mm, mempertahankan papilla semakin sulit diprediksi setelah intervensi bedah.
Referensi
Kois JC, Kan JY. Predictable per-implant gingival aaesthetics. Surgical and prosthodontic rationales. Prac Perio Aest Dent 2001; 13: 691–698.