Infeksi odontogenik memakan tulang sekitar
Setelah infeksi odontogenik mengikis tulang, maka dimana lokasi infeksi pada jaringan lunak bisa diketahui dari posisi perforasi relatif terhadap perlekatan otot.
Pada gambar A di atas, infeksi telah mengikis tulang melalui proses alveolar pada arah fasial dan pada posisi yang lebih rendah dari perlekatan otot buccinator. Hal ini menyebabkan infeksi jadi terlihat sebagai abses vestibular. Pada gambar B, infeksi telah mengikis tulang pada posisi yang lebih tinggi dari perlekatan otot buccinator dan muncul sebagai infeksi pada ruang bukal karena otot buccinator memisahkan ruang bukal dan ruang vestibular.
Infeksi dari umumnya gigi yang berada di rahang atas mengikis tulang melalui pelat kortikal pada arah fasial. Infeksi ini juga mengikis tulang melalui tulang di bawah perlekatan otot yang menempel pada rahang atas. Hal ini berarti, umumnya abses yang terjadi pada gigi di rahang atas muncul pada awalnya sebagai abses vestibular. Kadang-kadang, abses palatal timbul dari apeks gigi insisivus lateral yang miring atau akar palatal molar pertama atau premolar rahang atas, seperti yang terlihat pada foto abses palatal dalam tautan ini.
Yang lebih umum terjadi, infeksi dari gigi molar rahang atas mengikis tulang pada posisi yang lebih tinggi dari insersi otot buccinator sehingga menghasilkan infeksi ruang bukal. Begitu pula kadang-kadang akar gigi taring rahang atas yang panjang memungkinkan infeksi mengikis tulang pada posisi yang lebih tinggi dari perlekatan otot levator anguli oris dan menimbulkan infeksi ruang di bawah tulang rongga mata (infraorbital).
Pada mandibula, infeksi gigi seri, gigi taring, dan premolar biasanya mengikis tulang melalui pelat kortikal fasial pada posisi yang lebih tinggi daripada pelekatan otot-otot bibir bawah sehingga menimbulkan abses vestibular. Infeksi molar rahang bawah lebih sering mengikis tulang kortikal pada arah lingual bila dibandingkan dengan kasus gigi anterior.
Infeksi molar pertama bisa mengalirkan nanah pada arah bukal atau lingual. Infeksi molar kedua dapat membuat lubang pada arah bukal atau lingual (tapi biasanya pada arah lingual), dan infeksi molar ketiga hampir selalu mengikis pelat kortikal pada arah lingual. Otot mylohyoid menentukan apakah infeksi mengalirkan nanah pada arah lingual sehingga posisinya lebih tinggi dari otot ke arah ruang sublingual atau posisi di bawahnya ke arah ruang submandibular.
Infeksi odontogenik mendalam pada daerah fasial pada umumnya abses ruang vertibular.
Kadang-kadang, pasien tidak mencari pengobatan untuk infeksi ini, dan proses akan pecah secara spontan dan mengering. Hal ini bisa membuat sembuh atau bisa membuat infeksi kronis. Infeksi bisa berulang jika lokasi drainase spontan menutup. Kadang-kadang, abses membentuk saluran sinus kronis yang mengalir ke dalam rongga mulut atau melalui kulit.
Selama saluran sinus terus mengalirkan nanah yang ada di dalamnya, pasien tidak akan mengalami rasa sakit. Pemberian antibiotik bisa menghentikan nanah untuk sementara. Tapi ketika obat sudah habis, maka nanah bisa mengalir lagi jika infeksi tidak tuntas disembuhkan. Perawatan definitif terhadap saluran sinus kronis memerlukan penanganan perkara kausatif aslinya. Biasanya, ini adalah pulpa nekrotis. Perawatan bisa berupa bedah endodontik atau cabut gigi yang terinfeksi.