Wedharan: Implant gigi PEEK
Wedharan
Menunjuk ke analisis element terbatas 3 dimensi pada implant titanium dan implant CFR-PEEK (Tabel 1), para pengarang penelitian ini menyimpulkan bahwa karena konsentrasi stresnya yang lebih tinggi, implant CFR-PEEK tidak dapat direkomendasikan.11
Tingkat deformasi ini barangkali bisa dikecilkan dengan pengerasan bagian dalam implant, contohnya, dengan sekrup koneksi penyangga yang memanjang sampai derah apikal implant, dimana perilaku biomekanis lengkap implant PEEK harus diuji pakai percobaan untuk mencapai data yang akurat.
Karena CFR-PEEK berwana hitam karena serat karbon, penggunaan CFR-PEEK barangkali bisa saja kurang disukai, mliginya penggunaan di derah estetis.
Dalam penelitian sato dari tahun 1995, BIC dan kekuatan geser implant CFR-PEEK berlapis titanium dan implant CFR-PEEK tanpa lapisan telah dievaluasi.35 Kekuatan geser para implant tanpa lapisan secara signifikan lebih tinggi setelah 4 minggu dan secara signifikan lebih rendah setelah 8 minggu masa penyembuhan, meskipun tingkat BIC implant yang diberi lapisan selalu secara signifikan lebih tinggi (Tabel 2).
Kekasaran permukaan sebagai faktor yang penting tidak dinilai, sehingga fenomena ini sulit untuk dijarwakan.
Menimbang potensi hipersensitivitas terhadap titanium, dalam kasus semacam itu, lapisan titanium bisa memprovokasi reaksi para inflasi hipersensitif.
Percobaan sato yang kedua bertujuan untuk mengevaluasi oseointegrasi implant 1 piece yang dibuat dari zirkonia, zirkonia berlapis (dilapisi dengan lapisan sol-gel TiO2 yang membebaskan kalsium), titanium, dan PEEK yang bergantung pada kedalaman penyisipannya setelah masa penyembuhan 4 bulan karena rancangan split-mouth (penyembuhan terbenam dan tidak terbenam).34 Sayangnya, para nilai weton BIC dari kelompok implant terbenam maupun kelompok implant tidak terbenam dalam penelitian ini hanya berupa rinkesan nilai rerata (Tabel 2). Macam penyembuhan yang berbeda bisa saja punya pengaruh pada para nilai BIC karena perbedaan paparan implant terhadap beban pengunyahan dan flora mulut.
Untuk analisis histomorfometri, BL antara benang paling atas dan level tulang kresta dibagi lagi menjadi 2 bagian. Satu bagian mendeskripsikan BL yang berkaitan dengan tulang, yang merentang dari level tulang kresta sampai BIC yang paling tinggi. Bagian lainnya dinamai BL terkait implant, diukur dari benang yang paling atas sampai level BIC yang paling tinggi. Level BIC yang paling tinggi dilokalkan antara benang yang paling tinggi dan level tulang kresta. Semua weton dinyatakan sebagai nilai negatif (Tabel 3). Para pengarang penelitian ini berargumentasi bahwa level tulang lumrahnya menyulihi para nilai yang lebih tinggi dalam kelompok implant terbenam karena kedalam penyisipan implant yang lebih dalam, yang tidak didefinisikan sebelum atau ketika implant disisipkan.
Untuk memperoleh rerata kedalam penyisipan benang yang paling tinggi dalam hubungannya dengan level tulang kresta, kami mengambil nilai rerata BL yang berkaitan dengan tulang dan rerata BL terkait implant dari artikel tulen dan menyatukannya (Tabel 3). Lalu, kami mengevaluasi perbedaan dalam kedalam penyisipan terkalkulasi ini untuk implant non-terbenam dan implant terbenam untuk melihat seberapa dalam implant yang terbenam disisipkan dalam perbandingannya dengan implant yang tidak terbenam (Tabel 4) Perbedaannya bernilai positif ketika weton menyingkapkan kedalaman penyisipan yang lebih besar untuk implant terbenam dan bernilai negatif jika kedalaman penyisipan implant terbenam kurang dalam.
Dengan cara ini, kami menghitung para nilai berikut: untuk implant zirkonia terbenam +0.47 mm, implant zirkonia berlapis −0.31 mm, implant titanium +0.6 mm, dan implant PEEK +0.81 mm (Tabel 4). Temuan-temuan ini berlawanan dengan pernyataan para pengarang bahwa implant yang terbenam lumrahnya disisipkan lebih dalam ketimbang implant yang tidak terbenam.
Temuan lain dalam artikel tersebut menyatakan bahwa implant PEEK yang tidak terbenam menunjukkan BL terkait implant yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan implant zirkonia berlapis dan implant titanium yang tidak terbenam (P = .046, .028). Tidak ada bukti yang disebutkan apakah rerata kedalaman penyisipan zirkonia berlapis (2.56 mm), titanium (2.02 mm), dan implant PEEK (1.74 mm) bisa memainkan perang yang berpengaruh untuk BL terkait tulang, sebagaimana implant PEEK dalam kelompok tidak terbenam menunjukkan rerata kedalaman penyisipan yang paling rendah (Tabel 3).
Tidak ada satu pun dari 2 penelitian sato tersebut mengamati para tanda inflasi reaksi benda asing, yang menekankan terbuktinya biokompatibilitas PEEK. Penelitian in vitro lain menunjukkan perlekatan gel kolagen ke PEEK oleh deposisi mineral yang diinduksi oleh enzim.38 Jika pemberian lapisan ini bisa dipakai untuk menjangkarkan implant PEEK dalam tulang alveolar oleh para serat kolagen seperti gigi yamak, maka ini bisa menyulihi keuntungan lain PEEK atas titanium dengan mengembalikan beban tensil fisiologi ke tulang.
Serial posts:
- Abstrak: Implant gigi PEEK
- Pendahuluan: Implant gigi PEEK
- Bahan & metode: Implant gigi PEEK
- Weton: Implant gigi PEEK
- Tabel 1: Gambaran lumrah dari studi elemen hingga 3 dimensi in vitro
- Tabel 2. Gambaran lumrah 2 penelitian binatang in vivo
- Wedharan: Implant gigi PEEK
- Tabel 3. Rerata nilai BL terkait implant dan BL terkait tulang
- Tabel 4. Perbedaan rerata kedalaman penyisipan implant
- Simpulan: Implant gigi PEEK