Graft jaringan ikat (1)
Menurut Zuhr et al., pengenalan graft jaringan ikat (CTG) dan peningkatan peralihan dari FGG ke CTG memunculkan transisi dari operasi mukogingiva biasa ke bedah plastik periodontal. Sementara pendekatan mukogingiva biasa ditujukan terutama untuk meningkatkan KTW, tujuan utama dari periodontik modern harus mencakup keluaran estetika pamungkas. Terdapat bukti ekstensif bahwa CTG adalah teknik pilihan dalam merawat resesi gingiva / mukosa di gigi dan lokasi implant (Gambar 2), untuk meningkatkan ketebalan jaringan lunak, menutupi akar yang berubah warna atau komponen implant yang terlihat, serta rekonstruksi papilla interdental ( Tabel 1).
Beberapa teknik, entah dengan CTG atau pengganti graft lainnya telah diusulkan untuk perawatan resesi gingiva, seperti teknik flap lanjutan pada arah koronal (CAF), teknik flap rotasi pada arah lateral, teknik flap semilunar, teknik terowongan, atau teknik akses terowongan subperiosteal sayatan vestibular (VISTA). Di antara teknik-teknik itu, pendekatan berbasis CTG menunjukkan potensi terbesar untuk mencapai penutupan akar lengkap yang disertai keluaran estetika yang lebih baik. Ada spekulasi bahwa CTG bertindak sebagai pengisi biologis, meningkatkan adaptasi dan stabilitas flap ke akar selama perbaikan luka purwa. Dampaknya, fenotip gusi menjadi lebih tebal dan pencapaian penutupan akar yang lengkap punya potensi yang lebih tinggi. Dengan adanya peningkatan ketebalan jaringan lunak, migrasi margin gingiva pada arah koronal dari masa ke masa, fenomena yang didefinisikan sebagai "perlekatan merayap," juga bisa terlaksana. Ini dapat menjelaskan kecenderungan stabilitas margin gingiva selama kerusakan resesi yang dipulasara dengan CTG.
Sementara FGG mempertahankan rupa yang sebenarnya dari jaringan lunak palatal di lokasi penerima dan dapat memicu integrasi estetika yang buruk dan tekstur seperti jaringan parut, CTG mampu meningkatkan volume dan kualitas jaringan lunak, serta memberi margin gusi yang harmonis. Namun demikian, selama dasawarsa pungkasan, peningkatan teknik dan pengenalan pendekatan bedah mikro, yang terdiri dari augmentasi, iluminasi, instrumen mikro, dan bahan jahitan baru, telah berkontribusi pada peningkatan daya ramal prosedur penutupan akar. Ini membuat Chambrone dan Pini Prato berspekulasi bahwa persiapan dan tata laksana flap merupakan elemen yang lebih penting dalam penutupan akar.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa CAF + CTG memberi weton yang lebih baik dibandingkan CAF saja jika ketebalan gusi ≤ 0.8 mm (yaitu fenotipe gingiva tipis). Oleh karena itu, disarankan agar penggunaan CTG secara selektif untuk lokasi dengan ketebalan gingiva <1 mm dan KTW ≤1 mm lebih disukai.
Serial posts:
- Abstrak: Cangkok jaringan lunak autogenous
- FGG (Graft gusi bebas)
- Gambar 1. Graft gusi bebas pada gigi sentral bawah
- Graft jaringan ikat (1)
- Graft jaringan ikat (2)
- Palatal harvesting: batasan, komplikasi, dan perspektif pasien
- Conclusion: FGG
- Gambar 2. Teknik CTG
- Tabel 1 Indikasi untuk graft jaringan lunak autogenous
- Tabel 2. Faktor pengaruh morbiditas & penyembuhan