Gingivitis terinduksi plak diperburuk oleh kondisi sistemik
Hiperglikemia, keganasan hematologi, dan defisiensi nutrisi adalah kumpulan keadaan sistemik yang sangat beragam yang dapat memengaruhi jaringan gusi. Untuk kondisi sistemik tertentu, seperti hiperglikemia, leukemia akut, dan / atau defisiensi vitamin C, bakteri plak dibutuhkan untuk metuken respons gingiva.
Hiperglikemia
Gingivitis adalah fitur yang konsisten ditemukan pada anak-anak penderita diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol dengan baik. Tingkat kontrol glikemik bisa saja lebih penting untuk menentukan tingkat keparahan radang gusi ketimbang kualitas kontrol plak. Pada orang dewasa penderita diabetes mellitus, jauh lebih sulit untuk mendeteksi efek penyakit endokrin ini pada penyakit gusi. Bukti yang tersedia masih terbatas. Sebagian besar penelitian telah mengevaluasi radang gusi yang berhubungan dengan kehilangan perlekatan.
Leukemia
The bleeding is due to thrombocytopenia and clotting factor deficiencies and can present in preleukemic states such as myelodysplasia as an initial sign. Gingival enlargement has also been reported, initially beginning at the interdental papilla followed by the marginal and attached gingiva. The enlargement is caused by infiltration of gingivae by leukemic cells. Although local irritants can predispose to exacerbate the gingival response in leukemia, they are not prerequisites for lesions to form in the oral cavity.
Manifestasi oral telah dijelaskan terutama pada leukemia akut dan terdiri dari limfadenopati serviks, petechiae, dan ulkus mukosa serta peradangan dan pembesaran gingiva. Tanda-tanda peradangan pada gusi termasuk jaringan yang membengkak, mengkilap, dan seperti spons yang tampak merah sampai ungu tua. Perdarahan gusi adalah tanda kaprah pada pasien leukemia dan merupakan tanda dan / atau gejala oral purwa pada 17,7% dan 4,4% pasien leukemia akut dan kronis. Perdarahan terjadi karena trombositopenia dan defisiensi faktor pembekuan dan dapat muncul pada keadaan preleukemik seperti mielodisplasia sebagai tanda purwa. Pembesaran gusi juga telah dilaporkan, mulanya dimulai dari papilla interdental diikuti dengan gingiva marginal dan gingiva terlekat. Pembesaran tersebut dikarenakan infiltrasi sel-sel leukemia ke dalam gusi. Meskipun iritan lokal dapat menjadi predisposisi untuk memperburuk respon gingiva pada leukemia, iritan lokal bukanlah prapaya untuk terbentuknya lesi di rongga mulut.
Merokok
Studi epidemiologi telah mengungkapkan bahwa merokok adalah salah satu faktor risiko lingkungan yang terkait gaya hidup utama untuk terjadinya penyakit periodontal. Efek lokal maupun efek sistemik dari asap rokok harus dipertimbangkan secara intrinsik. Asap rokok yang dihirup diserap dari pembuluh kapiler melalui epitel alveolar paru dan memasuki sirkulasi sistemik. Sementara itu, paparan langsung dari asap rokok yang dihirup terhadap jaringan periodontal marakken vasokonstriksi mikrovaskuler periodontal dan fibrosis gingiva. Fenomena ini sering teramati terjadi pada perokok. Meskipun akumulasi plak dan perkembangan penyakit diperburuk pada perokok, perokok memiliki lebih sedikit tanda dan gejala klinis dari peradangan gingiva, dan karena itu merokok dapat menyamarkan gingivitis yang mendasarinya.
Malnutrisi
Apa peran pasti nutrisi dalam inisiasi atau perkembangan penyakit periodontal masih harus dijelaskan, marakken kurangnya informasi yang tersedia mengenai efek dari hampir semua defisiensi nutrisi pada jaringan periodontal manusia. Kekurangan nutrisi yang memiliki efek yang telah terdokumentasi dengan baik pada periodonsium melibatkan penipisan asam askorbat plasma (yaitu, vitamin C).
Penyakit kudis tidak biasa terjadi di derah dengan persediaan makanan yang memadai. Meskipun begitu, populasi tertentu dengan diet terbatas (contohnya, bayi dari keluarga sosial ekonomi rendah, wardah yang terlembaga, dan pecandu alkohol) berisiko mengembangkan kondisi ini. Meskipun tidak ada perselisihan tentang kebutuhan asam askorbat makanan untuk kesarasan periodontal, dengan tidak adanya penyakit kudis yang nyata, efek penurunan kadar asam askorbat pada gingiva dapat sulit untuk dideteksi secara klinis, dan ketika terdeteksi, biasanya memiliki karakteristik. yang mirip dengan gingivitis yang diinduksi plak.
Serial posts:
- Kondisi gusi yang diinduksi oleh plak gigi: abstrak
- Pendahuluan: gingivitis terinduksi plak
- Figure 1. Pathogenesis of periodontitis
- Metode penelitian : gingivitis terinduksi plak
- Gingivitis yang diinduksi plak
- Tabel 1. Ringkasan penelitian epidemiologi tentang gingivitis
- Tabel 2. Klasifikasi gingivitis terinduksi plak & faktor modifikasi
- Gingivitis terinduksi plak pada periodontium susut
- Faktor pengubah gingivitis terinduksi plak
- Gingivitis terinduksi plak diperburuk oleh kondisi sistemik
- Gingivitis terinduksi plak diperburuk oleh faktor mulut
- Pembesaran gusi karena pengaruh obat
- Revisi sistem klasifikasi penyakit gusi terinduksi plak 1999 (1)
- Revisi sistem klasifikasi penyakit gusi terinduksi plak 1999 (2)
- Signifikansi kondisi gusi terinduksi plak denta (1)
- Signifikansi kondisi gusi terinduksi plak gigi (2)
- Simpulan: gingivitis terinduksi plak