Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan prevalensi, jumlah, dan tingkat supraerupsi molar

Abstrak: Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant

author: Bo-Ah Lee, Byoungheon Kim,Young-Taek Kim | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID
Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan prevalensi, jumlah, dan tingkat supraerupsi molar kedua maksila berdasarkan macam kelamin, usia, dan lelarah periodontitis.

Metode

Data dikumpulkan secara retrospektif dari grafik dan radiograf panorama dari 65 pasien yang direncanakan untuk menjalani penempatan implant di lokasi molar kedua mandibula. Jumlah supraeruption dari molar kedua rahang atas dan tingkat tulang alveolar gigi tetangga diukur pada radiograf panorama digital. Prevalensi dievaluasi pada setiap kelompok, dan analisis regresi logistik yang beragam dan multivarian digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi prevalensi supraeruption. Jumlah dan tingkat supraerupsi dibandingkan antara pasangan kelompok menggunakan tes Mann-Whitney U. Untuk semua tes, nilai P < 0.05 dianggap menunjukkan signifikansi statistik.

Keluaran

Supraeruption terjadi pada 78% pasien. Prevalensi supraeruption dipengaruhi oleh macam kelamin, usia, dan lelarah periodontitis. Jumlah rata-rata supraerupsi adalah 0,91 mm dan tingkat rata-rata supraerupsi adalah 0,14 mm / bulan. Jumlah dan tingkat supraerupsi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan menurut macam kelamin, usia, atau jarak dari persimpangan sementoenamel ke puncak tulang alveolar (P > 0.05).

Simpulan

Weton ini menunjukkan bahwa jumlah supraerupsi pada molar kedua rahang atas mirip dengan ketebalan enamel pada permukaan oklusal. Ketika satu implant akan ditempatkan pada molar kedua mandibula, supraerupsi antagonis harus dipertimbangkan.

Serial posts:


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in