Open hour: senin - sabtu 09:00:00 - 20:00:00; minggu & tanggal merah tutup
Penelitian ini mengevaluasi supraerupsi dari molar kedua rahang atas setelah ekstraksi gigi yang berlawanan.

Material & method: Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant

author: Bo-Ah Lee, Byoungheon Kim,Young-Taek Kim | publisher: drg. Andreas Tjandra, Sp. Perio, FISID

Study design

Penelitian ini mengevaluasi supraerupsi dari molar kedua rahang atas setelah ekstraksi gigi yang berlawanan. Pasien yang menjalani penempatan implant di lokasi molar kedua mandibula antara September 2008 dan September 2016 dan memiliki radiograf panorama sebelum ekstraksi molar kedua mandibula dan ketika pemasangan prostesis implant pada molar kedua mandibula disertakan. Data dikumpulkan secara retrospektif dari grafik dan radiograf panorama mereka.

The study protocol was reviewed and approved by the Ethics Commission of National Health Insurance Service Ilsan Hospital, Korea (NHIMC IRB No. 2018-04-015).

Protokol penelitian ditinjau dan disetujui oleh Komisi Etika Senden Ilsan Layanan Kesarasan Nasional, Korea (NHIMC IRB No. 2018-04-015).

Koleksi data

Jumlah supraerupsi molar kedua maksila dan tingkat tulang alveolar gigi yang berdekatan dengan molar kedua rahang atas diukur oleh pemeriksa tunggal yang dikalibrasi (BH) pada radiograf panorama menggunakan perangkat lunak pencitraan dan piranti pengukuran yang dilengkapi dengan perangkat lunak pencitraan (Centricity Web PACS Viewer versi 3.0, GE Healthcare, Chicago, IL, USA). Reproduktifitas pemeriksa intra dievaluasi menggunakan analisis korelasi intra kelas pengukuran dari 10 pasien, yang mengungkapkan koefisien korelasi intra kelas 0,97 (P<0.05).

Jumlah supraerupsi diukur sebagai berikut (Gambar 1). Bidang referensi adalah bidang yang menghubungkan ujung kuspa premolar pertama dan kedua maksilla dan molar pertama. Jarak vertikal dari ujung kuspa tertinggi dari molar kedua rahang atas ke bidang referensi diukur. Nilai terukur dinyatakan sebagai nilai negatif ketika ujung kuspa molar kedua rahang atas diposisikan pada arah apikal ke bidang referensi dan sebagai nilai positif ketika diposisikan pada arah koronal ke bidang referensi.

Pengukuran pertama dilakukan pada radiograf panorama yang diperoleh sebelum ekstraksi gigi (Gambar 1A) dan pengukuran kedua dilakukan pada radiograf yang diperoleh ketika pemasangan prostesis implant (Gambar 1B). Pengukuran kedua disesuaikan mengingat ketinggian molar kedua rahang atas, yang diukur dari ujung kuspa mesiobuccal ke puncak akar mesiobuccal. Jumlah supraerupsi dihitung dengan mengurangi pengukuran pertama (a dalam Gambar 1A) dari pengukuran kedua (b pada Gambar 1B). Tingkat rata-rata supraerupsi dihitung dengan membagi jumlah supraerupsi pada periode antara radiograf pertama dan kedua.

Pengukuran pertama dilakukan pada radiograf panorama yang diperoleh sebelum ekstraksi gigi (Gambar 1A) dan pengukuran kedua dilakukan pada radiograf yang diperoleh pada kala pemasangan prostesis implan (Gambar 1B). Pengukuran kedua disesuaikan mengingat ketinggian molar kedua rahang atas, yang diukur dari ujung titik puncak mesiobuccal ke puncak akar mesiobuccal. Jumlah supraeruption dihitung dengan mengurangi pengukuran pertama (a dalam Gambar 1A) dari pengukuran kedua (b pada Gambar 1B). Tingkat rata-rata supraeruption dihitung dengan membagi jumlah supraeruption pada periode antara radiograf pertama dan kedua.

Tingkat tulang alveolar dari gigi yang berdekatan dengan molar kedua rahang atas dievaluasi dan digunakan sebagai referensi untuk menentukan lelarah periodontitis. Jarak dari persimpangan cementoenamel (CEJ) ke ABC pada sisi mesial dan distal dari premolar pertama dan kedua maksillary dan molar pertama diukur pada radiograf panorama yang diperoleh sebelum ekstraksi. Nilai rata-rata dari keenam pengukuran lalu dihitung. 

Macam kelamin dan usia juga direkam. Anonimitas pasien dilindungi dengan memberi nomor acak untuk setiap pasien. Ulasan diagram dilakukan oleh penguji lain (BA).

 

Serial posts:


id post:
New thoughts
Me:
search
glossary
en in