Pendahuluan : Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant
Supraerupsi gigi oposisi merupakan suatu tantangan ketika memulihkan gigi yang hilang. Gigi terus erupsi perlahan selama hidup bahkan setelah bidang oklusal telah didekati, dan tingkat erupsi dapat meningkat jika kontak dengan gigi oposisi hilang. Hilangnya gigi posterior dapat mendatangkan perubahan 3 dimensi dalam posisi gigi yang berlawanan, seperti supraerupsi, rotasi, dan tipping. Tidak semua molar tanpa gigi oposisi jadi overerupsi, dan prevalensi yang dilaporkan supraerupsi merentang antara 70% hingga 85%.
Supraerupsi gigi oposisi secara berlebihan mengurangi ketinggian yang tersedia untuk restorasi mahkota. Restorasi implant membutuhkan ruang interokklusi setidaknya 8 mm dari kresta tulang alveolar (ABC). Ruang interoklusi yang tidak mencukupi dapat mengurangi retensi mahkota implant, dan bahkan membuat perawatan prostetik jadi mokal. Dilaporkan bahwa tinggi abutment prostetik rendah berkaitan dengan hilangnya tulang marjinal pada implant gigi. Selain itu, sebuah studi sebelumnya melaporkan bahwa premolars yang berdekatan dengan implant gigi kadang-kadang menunjukkan gejala oklusi traumatis karena kelebihan beban implant. Juga, beberapa gigi yang overerupsi dapat marakaken gangguan oklusal. Gangguan oklusal dapat membuat kelebihan oklusal, yang dianggap sebagai daruna utama komplikasi biomekanis.
Efek yang tidak diinginkan ini dapat dihindari dengan menerapkan perawatan tambahan seperti pengurangan oklusal dengan atau tanpa terapi saluran akar, intrusi ortodontik, atau osteotomi segmental. Perawatan ini meningkatkan biaya dan kala yang dibutuhkan untuk memulihkan gigi yang hilang, tetapi bisa untuk meminimalkan kerugian tersebut dengan menggunakan penahan/ retainer setelah ekstraksi pada pasien dengan risiko supraerupsi yang tinggi.
Ada laporan dalam literatur tentang prevalensi dan jumlah supraerupsi, tetapi tidak ada penelitian telah menyelidiki seberapa cepat supraerupsi terjadi, terutama pada pasien yang membutuhkan penempatan implant gigi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prevalensi, jumlah, dan tingkat supraerupsi dari molar kedua rahang atas menurut macam kelamin, usia, dan lelarah periodontitis.
Serial posts:
- Abstrak: Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant
- Pendahuluan : Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant
- Material & method: Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant
- Analisis statistik: Supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant
- Weton: supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant
- Wedharan: supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant (1)
- Wedharan: supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant (3)
- Wedharan: supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant (2)
- Wedharan: supraerupsi sebagai pertimbangan untuk restorasi implant (4)
- Gambar 1: bidang referensi
- Tabel 1. Kelumrahan supraerupsi (n=65)