Karakteristik partikel aerosol / abab (2)
... partikel antara 1 hingga 10 μm atau < 0.5 μm sangat cenderung akan mengendap di derah trakeobronkial dan derah pulmonary dalam paru-paru, sedangkan partikel ≤5 μm memiliki peluang yang sangat tinggi untuk memasuki saluran udara bawah rata-rata orang dewasa selama inhalasi oral. Karena hidung menawarkan efisiensi penyaringan yang lebih besar daripada mulut, hanya partikel ≤3 μm yang punya peluang besar memasuki saluran udara bawah selama ambekan hidung. Partikel dengan diameter antara 1 dan 3 μm atau < 0.5 μm punya potensi yang paling besar untuk memasuki paru-paru, sehingga punya potensi paling tinggi untuk memulai infeksi di situs ini.
Infectious Diseases Society of America (IDSA) telah mendefinisikan "partikel yang dapat dihirup" sebagai partikel yang punya diameter ≤ 10 μm dan "partikel yang dapat dipikat" punya diameter antara 10 μm dan 100 μm, dan hampir semuanya dapat "dipikat" dalam saluran udara atas. Studi lain tentang penularan penyakit menular menunjukkan bahwa puncratan berdiameter > 5 μm terperangkap di saluran udara atas sedangkan puncratan berdiameter ≤ 5 μm dapat dihirup ke saluran udara bawah. Dalam ulasan ini, kita akan menggunakan diameter 10 μm untuk membedakan antara partikel abab/ aerosol dan bukan abab (non-aerosol), karena punya implikasi yang penting sehubungan dengan kala pengendapan, kedalaman penetrasi ke dalam saluran udara, dan kriteria untuk Pranti Pelindung Diri.
Karakteristik penting lain dari partikel abab yang berdampak pada definisinya adalah kala pengendapan. Dalam udara diam, diperkirakan bahwa partikel dengan diameter 0.5 μm membutuhkan kala 41 jam untuk mengendap dalam jarak 5 tapak kaki (153 cm), dan bahwa kala secara eksponensial menurun seiring bertambahnya ukuran partikel abab. Umpamanya, partikel berukuran 1 μm membutuhkan kala 12 jam untuk mengendap, sedangkan partikel berdiameter 10 μm butuh kala 8.2 menit, sedangkan partikel abab berdiameter 100 μm hanya membutuhkan kala 5.8 detik. Namun, karakteristik ini sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan arus udara (seperti lalu lintas pejalan kaki, pembukaan pintu, posisi dan pengaturan sistem sirkulasi udara kamar dll.), kelembaban, daya tarik / daya tolak antara partikel abab dan ukuran aglomerat / kogregat (lihat di bawah).
Serial posts:
- Mengusir kabut: Sumber bio-beban mikroba dalam abab denta (dental aerosol)
- Pendahuluan : bio-beban mikroba dalam abab denta (dental aerosol)
- Karakteristik partikel aerosol / abab (1)
- Karakteristik partikel aerosol / abab (2)
- Karakteristik partikel aerosol / abab (3)
- Metode untuk meneliti aerosol (abab)
- Rongga mulut sebagai reservoir untuk virus dalam kesarasan dan penyakit
- Pembentukan abab/ aerosol selama aktivitas fisiologis
- Rongga mulut sebagai inang untuk patogen bakteri ambekan (respiratory bakterial patheogens)
- Prosedur medis/ dental pembuat abab / aerosol (AGMP & AGDP) (1)
- Air liur sumber utama patogen dalam abab / aerosol gigi? (1)
- Ludah sumber primer patogen dalam abab/ aerosol gigi? (2)
- Penularan penyakit ke personel perawatan & pasien gigi
- Ringkasan & simpulan
- Prosedur medis/ dental pembuat abab / aerosol (AGMP & AGDP) (2)