Ludah sumber primer patogen dalam abab/ aerosol gigi? (2)
Plausibilitas ini selanjutnya didukung oleh fakta bahwa perangkat ultrasonik dan handpiece berkecepatan tinggi pakai air sebagai pendingin dengan laju aliran pilah 10 hingga 40 mL per menit, sedangkan tingkat kecepatan aliran ludah selama rentang kala yang sama adalah 0.4-0.5 mL. Dengan demikian, rasio pengenceran beragam antara 1:20 hingga 1:100. Itu bukan berarti bahwa ludah tidak berkontribusi pada muatan mikroba dalam abab. Bahkan, korelasi yang rosa diamati antara jumlah gigi yang membusuk pada pasien dan tingkat streptococci hemolitik beta pada masker operator, dan pengurangan unit pembentuk koloni aerobik dan anaerobik (CFUs) telah dilaporkan setelah pembilasan mulut prosedural.
Namun, seperti yang dijelaskan di atas, sebagian besar bakteri yang mudah dibudidayakan, yang dikonangi sejauh ini dalam abab gigi datang dari lingkungan, profil bakteri dalam abab menunjukkan ''kebisingan" yang sangat rendah antara penelitian dan faktor pengenceran karena pendingin air sangat tinggi. Dengan tidak adanya bukti yang menunjukkan sumber ludah untuk bakteri ini, kesamaan mikroba antara garis air dan abab adalah satu-satunya bukti yang dapat dibawa untuk menanggung argumen ini.
Meskipun jumlah upaya yang diinvestasikan dalam mempelajari abab gigi layak dipuji, penelitian ini punya kelemahan yang kritis dalam desain dan metodologi yang menghalangi pengambilan keputusan yang kokoh. Contohnya, tidak ada penelitian yang menggunakan kelompok kontrol di mana abab dibikin tanpa adanya pasien. Ini akan memberikan informasi yang tak ternilai pada sumber muatan mikroba.
Ada juga keragaman luar biasa dalam metodologi yang digunakan. Contohnya, beberapa penelitian yang datang dari benua India dan Asia Tenggara belum menggunakan aspirasi cairan oral apapun, sedangkan sebagian besar studi dari Eropa dan Amerika Serikat telah menggunakan aspirator volume tinggi atau rendah. Karena jumlah abab secara langsung berkorelasi dengan tekanan parsial cairan dalam mulut, variabel penting ini tidak membisakan melakukan perbandingan antar penelitian. Barangkali kesenjangan paling penting dalam pengetahuan datang dari penggunaan pendekatan berbasis budidaya dasar untuk mencirikan mikrobiota.
Pendekatan semacam itu telah menciptakan pandangan yang sangat sederhana tentang kontaminan mikroba (umpamanya gram positif versus gram negatif, jumlah kotor CFU, aktivitas katekalase, dan karakterisasi dasar lainnya), telah menghambat kemampuan kita untuk menentukan sumber abab dan benar-benar mengabaikan virus, jamur dan konstituen lain dari muatan mikroba. Oleh karena itu, penelitian ini membisakan pemberian ruang untuk interpretasi liberal terhadap data, dan dalam beberapa kasus, ini berfungsi menciptakan sesat informasi pada tingkat tertentu.
Serial posts:
- Mengusir kabut: Sumber bio-beban mikroba dalam abab denta (dental aerosol)
- Pendahuluan : bio-beban mikroba dalam abab denta (dental aerosol)
- Karakteristik partikel aerosol / abab (1)
- Karakteristik partikel aerosol / abab (2)
- Karakteristik partikel aerosol / abab (3)
- Metode untuk meneliti aerosol (abab)
- Rongga mulut sebagai reservoir untuk virus dalam kesarasan dan penyakit
- Pembentukan abab/ aerosol selama aktivitas fisiologis
- Rongga mulut sebagai inang untuk patogen bakteri ambekan (respiratory bakterial patheogens)
- Prosedur medis/ dental pembuat abab / aerosol (AGMP & AGDP) (1)
- Air liur sumber utama patogen dalam abab / aerosol gigi? (1)
- Ludah sumber primer patogen dalam abab/ aerosol gigi? (2)
- Penularan penyakit ke personel perawatan & pasien gigi
- Ringkasan & simpulan
- Prosedur medis/ dental pembuat abab / aerosol (AGMP & AGDP) (2)